Ramadhan Talks (19): Lailatul Qadar dan Resonansi Sosialnya
Salah satu keistimewaan Ramadhan adalah Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan). Momen satu malam di sepuluh hari terakhir Ramadhan yang mengandung banyak hikmah dan keberkahan.
Sebagaimana sabda Rosulullah, "Carilah Lailatul Qadar itu di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan." (HR. Imam Bukhari). Hanya satu malam, yang menurut para Ulama ada di malam-malam tanggal ganjil. Dan momen superlangka ini hanya hadir di bulan Ramadhan.
Didalam Al Quran, Lailatul Qadar secara eksplisit disebut dalam surat Al Qodr (5 ayat). "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."
Sementara di dalam surat Ad Dukhan ayat 3, Allah menyebutnya dengan Lailatin Mubarokatin (Malam yang Diberkahi). "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan." Yang diturunkan itu maksudnya adalah Al Quran.
Makna Lailatul Qadar
Berdasarkan firman Allah itu, para Ulama kemudian merumuskan tiga hakikat makna Lailatul Qadar berikut ini.
Pertama "Malam Ketetapan." Istilah ini mencakup sedikitnya dua maksud atau pengertian. Yakni ketetapan Allah tentang perjalanan hidup manusia dalam satu tahun kedepan, dan penetapan dimulainya langkah awal misi Nabi Muhammad SAW menyampaikan risalah Islam dan perjuangan menegakannya.
Kedua, "Malam Kemuliaan." Istilah ini juga merujuk pada dua cakupan maksud atau pengertian. Yakni berkenaan dengan diturunkannya Al Quran dari Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia) dan limpahan pahala yang bernilai lebih dari seribu bulan dari setiap amal baik yang dilakukan pada momen Lailatul Qadar ini.