Aji Mufasa
Aji Mufasa Wiraswasta

Ku berlari mengejar waktu

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Membeli Pakaian Baru: Apakah Ini Sebuah Kewajiban di Hari Raya?

23 April 2023   12:00 Diperbarui: 23 April 2023   12:01 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membeli Pakaian Baru: Apakah Ini Sebuah Kewajiban di Hari Raya?
Ilustrasi toko pakaian (Freepik)

Memakai pakaian baru pada hari raya telah menjadi sebuah tradisi yang dijalankan oleh masyarakat di Indonesia. Setiap kali Lebaran tiba, toko-toko pakaian akan dipadati oleh orang-orang yang ingin membeli pakaian baru sebagai bentuk kebahagiaan dan merayakan momen penting. Namun, saya percaya bahwa membeli pakaian baru untuk dipakai pada hari raya seharusnya tidak perlu dilakukan.

Budaya konsumerisme yang semakin berkembang di Indonesia, termasuk dalam konteks pembelian pakaian baru saat Lebaran, dapat menimbulkan dampak negatif pada masyarakat dan lingkungan. Selain itu, penggunaan bahan kimia berbahaya dalam produksi pakaian baru juga dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa tradisi membeli pakaian baru saat Lebaran seharusnya dievaluasi dan dikaji kembali.

Orang seringkali merasa perlu untuk membeli pakaian baru saat Lebaran sebagai bentuk kebahagiaan dan penghormatan terhadap momen penting tersebut. Pakaian baru juga dianggap sebagai simbol kemakmuran dan kesuksesan, serta memberikan kepercayaan diri saat bertemu dengan kerabat dan teman-teman.

Namun, di balik keuntungan yang dirasakan, kebiasaan membeli pakaian baru pada hari raya juga dapat menimbulkan dampak negatif. Banyak orang yang terjebak dalam budaya konsumerisme dan tergoda untuk membeli pakaian baru meskipun mereka tidak membutuhkannya atau mampu membelinya. Hal ini dapat memicu terjadinya hutang konsumen yang berujung pada masalah keuangan yang serius.

Selain itu, industri produksi pakaian baru juga dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan sosial. Proses produksi pakaian baru memerlukan penggunaan bahan kimia berbahaya dan air yang besar, yang dapat mengancam kesehatan pekerja dan merusak lingkungan di sekitarnya. Selain itu, pakaian baru yang tidak terpakai akan menjadi sampah yang menumpuk dan sulit untuk didaur ulang.

Maka dari itu, sebagai masyarakat yang peduli terhadap keberlangsungan lingkungan dan kesejahteraan sosial, kita seharusnya mulai memikirkan dampak dari kebiasaan membeli pakaian baru pada hari raya. Kita perlu menyadari bahwa penghormatan terhadap hari raya dan momen penting lainnya dapat dilakukan dengan cara yang lebih berkelanjutan dan bermakna, tanpa harus terjebak dalam budaya konsumerisme yang tidak sehat dan merugikan.

Kebiasaan membeli pakaian baru pada hari raya merupakan bagian dari budaya konsumerisme yang semakin berkembang di Indonesia. Budaya konsumerisme ini mendorong orang untuk selalu membeli barang-barang baru meskipun mereka tidak membutuhkannya atau mampu membelinya. Hal ini tidak hanya merugikan keuangan individu, tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan sosial.

Peran iklan dalam mendorong konsumsi pakaian baru pada hari raya tidak dapat diabaikan. Iklan seringkali menampilkan gambaran tentang bagaimana seseorang akan terlihat lebih menarik, sukses, dan bahagia jika menggunakan pakaian baru tertentu. 

Iklan juga memanipulasi emosi dan keinginan manusia untuk merayakan momen penting dengan cara yang spesial dan tidak terlupakan. Hal ini dapat menimbulkan rasa tidak puas dan tidak percaya diri jika seseorang tidak memiliki pakaian baru pada hari raya.

Selain itu, industri produksi pakaian baru juga menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan sosial. Penggunaan bahan kimia berbahaya dalam produksi pakaian baru dapat mengancam kesehatan pekerja dan merusak lingkungan di sekitarnya. 

Air yang dibutuhkan untuk produksi juga sangat besar, sehingga dapat menyebabkan kelangkaan air di beberapa daerah. Pakaian baru yang tidak terpakai akan menjadi sampah yang menumpuk dan sulit untuk didaur ulang, sehingga menjadi beban bagi lingkungan.

Dalam menghadapi masalah ini, kita sebagai masyarakat harus lebih bijak dan kritis dalam mengambil keputusan konsumsi. Kita perlu menghindari terjebak dalam budaya konsumerisme yang tidak sehat dan merugikan, dan memilih alternatif yang lebih berkelanjutan dan bermakna bagi kehidupan kita dan lingkungan di sekitar kita. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan memilih pakaian yang ramah lingkungan atau menggunakan pakaian yang sudah dimiliki sebelumnya.

Dalam menghadapi dampak negatif budaya konsumerisme pada masyarakat, perlu diambil kebijakan yang dapat mengurangi perilaku konsumtif dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan. 

Salah satu kebijakan yang bisa diambil adalah dengan mendorong produksi pakaian yang ramah lingkungan, serta memberikan insentif bagi produsen yang mematuhi standar produksi yang lebih baik. Selain itu, pendidikan dan sosialisasi tentang pentingnya mengurangi konsumsi dan memilih alternatif yang lebih berkelanjutan juga perlu ditingkatkan.

Ada banyak pilihan alternatif dalam merayakan hari raya tanpa harus membeli pakaian baru. Salah satunya adalah dengan mengenakan pakaian yang sudah dimiliki sebelumnya atau dengan menukar pakaian dengan teman atau keluarga. 

Selain itu, bisa juga membeli pakaian bekas yang masih layak pakai atau membuat pakaian baru dari bahan yang ramah lingkungan. Alternatif ini tidak hanya lebih ramah lingkungan, tetapi juga dapat membantu mengurangi pengeluaran dan meningkatkan keberdayaan ekonomi lokal.

Sebagai individu, saya juga merenungkan kebiasaan membeli pakaian baru pada hari raya. Saya menyadari bahwa konsumsi yang berlebihan tidak hanya merugikan diri saya sendiri, tetapi juga berdampak negatif pada lingkungan dan sosial di sekitar saya. Oleh karena itu, saya berkomitmen untuk memilih alternatif yang lebih berkelanjutan dan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Dalam kesimpulannya, tradisi membeli pakaian baru saat Lebaran memang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Meskipun demikian, sebagai masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan sosial, kita perlu berpikir kritis dan bijak dalam mengambil keputusan konsumsi pakaian.

Kita telah melihat bahwa konsumerisme yang berlebihan dapat membawa dampak negatif pada lingkungan dan sosial di sekitar kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempertimbangkan alternatif yang lebih berkelanjutan dan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Sebagai ajakan terakhir, saya mengajak masyarakat untuk berpikir kritis dan bijak dalam memutuskan apakah perlu membeli pakaian baru saat Lebaran atau tidak. Kita perlu mempertimbangkan dampak konsumsi kita pada lingkungan dan masyarakat, serta memilih alternatif yang lebih berkelanjutan. Dengan begitu, kita dapat merayakan momen penting seperti Hari Raya Lebaran dengan penuh kebahagiaan dan tanpa merugikan diri sendiri maupun lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

15 March 2024

MYSTERY CHALANGE

Mystery Challenge | Video Youtube to KGNow Semarak Pasar Takjil
ramadan bercerita 2024  ramadan bercerita 2024 hari 5 
16 March 2024
Lokasi Ngabuburit Favorit
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 6
17 March 2024
Menu Sahur Tinggi Serat
ramadan bercerita 2024 ramadan bercerita 2024 hari 7

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun