Budiyanti
Budiyanti Lainnya

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Berburu Takjil

1 April 2023   07:04 Diperbarui: 1 April 2023   07:18 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berburu Takjil
Foto diambil dari Antaranew.com

Jelang Magrib Bunda Dian mengajak ketiga anaknya jalan-jalan untuk mencari takjil. Akhir bulan isi kulkas habis. Oleh karena itu hari ini sengaja Bu Dian akan beli masakan matang sekalian jalan-jalan sore. 

Usai semuanya mandi dan salat asar, Arif dan kedua adiknya keluar rumah. Hal ini membuat mereka senang. Bisa jalan-jalan menikmati sore hari dan  bisa membeli aneka jajanan.  Galih pun membayangkan akan bisa makan jajan yang disukai.

"Kita jalan saja lho, ya," ucap Bu Dian sambil membetulkan kerundung birunya. Kali ini Bu Dian memakai gamis hitam dengan kerudung coklat corak. 

"Siap Bund," ucap Arif sambil membuka pagar. 

Mereka berempat berjalan lewat kampung sebelah. Setelah masuk gang, mereka sampai berjumpa dengan orang-orang yang sama-sama jalan sore. 

Beberapa menit kemudian mereka melewati jalan yang kanan kirinya persawahan. Namun, sayangnya pas lewat tidak ada tanaman padi karena baru saja dipanen. 

Dari tempat itu tampak
Gunung menjulang tinggi. Gunung Merbabu dengan birunya bisa dinikmati jelas oleh mereka. 

"Nang, kamu berdiri di sini, ambil  video Bunda saat berjalan ya?" pinta Bu Dian sambil menyerahkan HP ke  anak sulungnya. 

"Oke," ucap Arif sambil mencari aplikasi camera. Lalu mulai berancang-ancang untuk mengambil video.

"Siap, satu, dua, tiga," Arif memberi aba-aba. Kedua adiknya pun menggoda saat bundanya berjalan. 

"Ih kamu, ya sudah, ikutan saja kalian. Video kami bertiga," seru Ibu yang tak mau kalah dengan anak muda untuk membuat reel Instagram. 

Mereka berempat pun melanjutkan perjalanan setelah berfoto ria dengan pemandangan yang indah. Tak lama kemudian mereka sampai di pasar Lanang. Pasar dengan nama aneh. Lanang artinya laki-laki. Pasar laki-laki tetapi kini sudah untuk umum. Konon Pasar Lanang dulu untuk jualan ya banyak dijual kebutuhan kaum laki-laki yaitu kayu. Namun, perkembangan zaman pasar Lanang digunakan untuk umum. 

Suasana pasar benar-benar ramai. Segera berempat menuju tempat dasaran yanh digelar di depan pasar. Aneka jajanan yang menggiurkan menggoda untuk dibeli. 

"MasyaAllah, ramai sekali ya Bund," ucap Galih sambil memandangi warna-warni jajanan. 

"Silakan kalian ambil sesukamu, nih plastiknya. Tetapi ingat...!" ucap ibu sambil mengacungkan jari. 

"Maksudnya?" tanya Arif dengan mimik heran.

"Maksudnya ambil sesukamu tetapi ingat, jajanan yang dibeli wajib dimakan semua. Jangan ada yang dibuang!" 

"Siap Bund," ucap ketiga anak dengan serempak.

Bu Dian tersenyum bahagia melihat ketiga anaknya semangat mengambil jajan. Jajanan yang semuanya enak membuat mereka berpikir dulu. 

"Ini Bund."

Tiga plastik disodorkan  ketiga anak yang masih sekolah dasar ini. Beraneka jajan ada dalam plastik putih. 

"Yakin ini semua kalian makan?" ucap Bu Dian yang setelah melihat jajanan yang lumayan banyak. 

Ketiga anak itu mengangguk sambil tersenyum tipis. Tampaknya ada keraguan pada diri Yoga.

"Aku gak jadi ini lah," kata si Ragil sambil meletakkan satu jajan yaitu roti bulat. 

Sedangkan Arif dan Galih tetap pada pilihannya. Bunda Dian pun langsung menyatukan dengan pilihannya. Pilihannya hanya beberapa jajanan sederhana. Ada klepon, pisang godok. Itu saja. Kemudian diberikan penjual untuk dihitung lalu Bu Dian membayar. 

"Bund gak beli gorengan hangat itu. " Tiba-tiba Arif menunjuk ke penjual gorengan yang berada di ujung selatan. Tampak banyak sekali pembeli yang berada di depan gerobak jualan. Benar-benar laris penjual gorengan itu. Tidak seperti biasanya.

"Lihat antreannya banyak, besok lagi ya. Besok Bunda buatkan sendiri lebih sehat. Tuh lihat minyaknya hitam, artinya tidak sehat."

Ketiga anak itu mengerti akan penjelasan bundanya. Selanjutnya mereka pulang dengan jalan kaki lagi. Sampai di rumah pas azan Maghrib berkumandang. Usai bersihkan tangan mereka bersama-sama berbuka puasa. Arif memimpin doa.
Mereka lahap dengan menyantap aneka jajanan yang dipilihnya. 

Sebelum makan, mereka salat berjamaah. Ayah Cahyo menjadi imam. Namun baru saja selesai salat, Galih menuju kamar mandi dengan memegang perut.  Ia mengerang kesakitan. 

Bunda Dian paham karena tadi melihat anak nomor dua itu menghabiskan semua jajanan.

"Galih, dianjurkan Rasulullah bahwa berbuka puasa itu secukupnya. Jangan berlebihan," ucap Bunda Dian sambil mengusap minyak kayu putih ke perut Galih. 

"Ya, Bunda."

Setelah itu ketiga anak Pak  Cahyo bersiap-siap salat tarawih. 

Ambarawa, 1 April 2023

 Saat berbuka puasa hendaknya makan dan minum secukupnya dan tidak berlebihan hingga membuat perut sakit. Memang seringkali saat berbuka kita ingin banyak makanan karena telah menahan lapar dan haus berjam-jam, namun hal tersebut tidak dianjurkan oleh Rasulullah SAW sesuai hadistnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun