Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak
Tidak Mudik, Tapi Ikut Memantau Mudik
Beberapa sore hari ini tugasku makin bertambah. Selain tugas-tugas rutin di sore hari seperti membersihkan halaman rumah, menyapu, dan memberi makan hewan piaraan, ditambah satu lagi yang terbaru yaitu memantau mudik melalui televisi.
Kata istriku, "Enak ya kalau liburan seperti ini. Di depan TV saja. Terus saja melototi televisi!"
Saya menjawab, "Bukan sekedar nonton bu, tapi ini tugas baruku untuk pantau mudik 2024!"
(Maaf ya... saya menambahkan bahwa ini tugas dari Kompasiana. Ya tipu sucilah, biar tidak diomeli lama-lama, kan?)
Jadilah opiniku sore ini.
Tidak Mudik, tapi ikut memantau mudik
Meskipun tahun ini kami sekeluarga tidak mudik libur ke kampung ketika teman-teman umat Muslim merayakan "Hari Kemenangan, Idul Fitri 1445 H", namun saya merasa sangat bersukacita karena diperkenankan boleh berbuka puasa bersama saudaraku yang Muslim pada beberapa hari yang lalu yang telah dilaporkan dalam judul: https://www.kompasiana.com/yosef90274/66116f401470935c705f4802/bukber-bunda-citra-bareng-teman-teman-guru-smandu-tasbar.
Untuk itu saya berusaha mengikuti dan memantau mudik dari pansela para saudara-saudariku, biar bisa membayar 'utang' tak mudik.
Dari pantauan mudik dari pansela, saya menyaksikan betapa banyak saudara-saudari dengan menggunakan kendaraan baik roda empat maupun roda dua, tiap-tiap keluarga berjuang untuk mudik agar bisa merayakan Idul Fitri bersama keluarga besar.
Karena merayakan Idul Fitri bersama keluarga menjadi kesempatan yang istimewa untuk saling memperkuat rasa kekeluargaan dan persaudaraan, serta saling memaafkan.
Sayang di tengah ramainya mudik lebaran tahun 2024 ini ada kejadian-kejadian berupa kecelakaan lalulintas yang menyebabkan ada yang meninggal dunia.