#MendadakDakwah Eps 25: Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Kerajaan Aceh memiliki sejarah yang panjang, dari tahun 1496 hingga 1903. Kerajaan ini mengalami kemunduran yang disebabkan berbagai faktor, di antaranya:
- Makin menguatnya kekuasaan Belanda di Selat Malaka dan Pulau Sumatera
- Jatuhnya Bengkulu dan berbagai wilayah lain di Sumatera ke tangan Belanda
- Perebutan kekuasaan di antara pewaris tahta kesultanan
- Terjadinya Perang Aceh
Aceh dijuluki Serambi Makkah karena pada awal abad ke-17, Kerajaan Aceh mengalami puncak kejayaannya. Saat itu, pengaruh agama dan kebudayaan Islam begitu besar dalam kehidupan masyarakat Aceh. Aceh juga merupakan awal umat Muslim dari wilayah lain berangkat ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Itulah sebabnya mengapa hukum syariah di Aceh diimplementasikan secara penuh, bahkan menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang menerapkan syariat yang mengacu pada ketentuan hukum pidana Islam, yang disebut hukum jinayat.
Dari Sumatera kita menuju ke Jawa, mengulik lebih dalam tentang sejarah Kerajaan Demak. Kerajaan ini berdiri pada perempat akhir abad ke-15 di Demak, Jawa Tengah. Demak sebelumnya merupakan kadipaten yang tunduk pada Majapahit yang saat itu telah melemah untuk beberapa tahun sebelum melepaskan diri. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah.
Kerajaan Demak memainkan peran penting dalam mengakhiri pemerintahan Majapahit dan penyebaran Islam di Jawa. Salah satu pelabuhan yang ditaklukkan oleh Kerajaan Demak adalah Sunda Kelapa, yang pada waktu itu berada dalam kekuasaan Kerajaan Sunda. Sunda Kelapa ditaklukkan oleh Fatahillah pada tanggal 22 Juni 1527, yang kemudian mengganti namanya menjadi Jayakarta. Kemudian berubah nama lagi menjadi Batavia sebelum berganti nama lagi menjadi Jakarta yang kita kenal sekarang.
Kerajaan Demak mengalami kemunduran ketika Sultan Trenggana terbunuh dalam perang melawan Panarukan pada tahun 1546. Sunan Prawoto kemudian naik tahta menggantikan beliau, namun dibunuh pada tahun 1547 oleh suruhan Arya Panangsang. Kerajaan Demak berakhir dengan didirikannya Kesultanan Pajang.
Dari Demak kita menuju ke Kerajaan Mataram Islam atau Kesultanan Mataram. Kesultanan Mataram adalah negara berbentuk kesultanan di Jawa yang berjaya pada abad ke-16. Puncak kejayaannya berada di bawah pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Mataram adalah salah satu negara terkuat di Jawa, yang menguasai sebagian besar wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur kecuali Banten.
Perjanjian Giyanti yang membuahkan kesepakatan bahwa Kesultanan Mataram dibagi dalam kedua kekuasaan, yaitu Nagari Kasunanan Surakarta dan Nagari Kasultanan Ngayogyakarta dan ditandatangani pada tanggal 13 Februari 1755 di Giyanti (sekarang Jantiharjo, Karanganyar, Jawa Tengah) menandai berakhirnya Mataram. Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo yang sering dikunjungi adalah peninggalan Kesultanan Mataram.
Dari Jawa Tengah, kita menuju ke Jawa Barat, tepatnya Banten. Berawal sekitar tahun 1526, Kerajaan Banten berdiri ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan, dan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan sebagai antisipasi terealisasinya perjanjian antara Kerajaan Sunda dan Portugis pada tahun 1522.
Sultan Maulana Hasanuddin adalah sultan pertama Kerajaan Banten. Beliau adalah putra Sunan Gunung Jati yang berperan dalam penaklukan beberapa kawasan pelabuhan tersebut. Kerajaan Banten mengalami puncak kejayaan pada akhir abad ke-16 dan pertengahan abad ke-17, saat dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa. Kerajaan Banten mengalami kemunduran setelah Sultan Ageng Tirtayasa turun tahta dan digantikan oleh putranya tercinta, Sultan Haji. Berbeda dengan sang ayah yang anti-VOC, Sultan Haji justru ingin menjalin hubungan dengan VOC dengan baik.
Namun, setelah Sultan Haji meninggal pada tahun 1687, VOC mulai mencengkeramkan pengaruhnya pada Kesultanan Banten, sehingga pengangkatan para Sultan Banten harus mendapat persetujuan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia (Jakarta sekarang).
Dari Jawa, kita menuju Sulawesi. Kerajaan Gowa-Tallo adalah gabungan dari dua kerajaan berbeda, Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo, yang mencapai puncak kejayaannya sekitar tahun 1511-1669. Kerajaan ini berpusat di daerah Sulawesi Selatan, tepatnya di jazirah selatan dan pesisir barat semenanjung yang mayoritasnya didiami oleh suku Makassar.