Ketika Kota Kami Ditinggal Mudik
Berkeliling sekitar kota Malang di satu atau dua hari menjelang lebaran adalah hal yang tak pernah saya lewatkan.
Seperti pagi ini, jalanan terasa sepi, jauh dari ingar-bingar kendaraan sehingga mengingatkan saya pada suasana kota Malang ketika saya masih kecil.
Oh ya, saya tidak pernah punya agenda mudik karena hampir semua famili ada di Malang.
Karena itu saat kota Malang banyak ditinggal mudik seperti hari ini terasa sangat istimewa. Jarang jarang melihat suasana kota sesepi ini.
Dengan Vario saya mulai perjalanan. Jalan Ijen tampak sepi. Hanya beberapa kendaraan yang melintas. Beberapa orang tampak selfie di trotoar Jalan Ijen, juga depan Museum Brawijaya.
Sepeda saya terus melaju ke arah Simpang Balapan. Jalan yang di zaman Belanda merupakan tempat pacuan kuda tersebut juga sepi dari kendaraan. Di trotoar beberapa orang duduk-duduk di kursi taman.
Perjalanan saya teruskan ke Jalan Bandung untuk mengisi bensin, dan balik ke Jalan Ijen lalu ke Jalan Semeru.
Seperti halnya Jalan Ijen dan Simpang Balapan, Jalan Semeru juga tak banyak dilalui kendaraan. Padahal dalam kesehariannya jalan ini tak pernah sepi dari kendaraan pribadi maupun umum.
Sampai di Jalan Kahuripan tiba-tiba saya ingin mampir ke Pasar Bunga. Sepeda saya belokkan ke kanan, akhirnya sampai di Pasar Bunga.
Suasana Pasar Bunga tidak seramai biasanya. Hanya beberapa orang yang tampak membeli bunga. Bisa jadi mereka yang tidak punya acara mudik seperti saya.
Saya berhenti di sebuah kios bunga, memilih beberapa dan pot yang rencananya akan saya letakkan di depan rumah. Bunga pinka kata mbak yang menjual. Cantik, sesuai dengan warnanya yang pink menyala.
"Ibu tidak mudik?" tanya Mbak Penjual Bunga.
"Besok Mbak, mudiknya, ke Kayutangan."
Si Mbak tertawa ramah.
"Saya juga tidak mudik Bu," katanya sambil menyerahkan tas kresek besar berisikan bunga dan pot.
Dari Pasar Bunga saya langsung pulang lewat jalan yang lain. Tak ubahnya jalan yang tadi saya lalui, di Jalan Arjuno, Kelud dan Kawi juga tak banyak pengendara.
Rupanya kondisi pandemi yang sudah semakin teratasi membuat orang sudah tidak ragu untuk melakukan tradisi mudik kembali.
Bisa dimaklumi, sudah dua tahun ada larangan mudik. Tentunya pelonggaran terhadap aturan mudik adalah kesempatan yang akan digunakan sebaik-baiknya bagi para pemudik untuk bertemu kembali dengan keluarga tercinta.
Kepada sahabat Kompasiana yang sekarang dalam perjalanan mudik saya ucapkan selamat mudik. Hati -hati di jalan dan tetap patuhi prokes.
Semoga selamat sampai tujuan dan bertemu dengan keluarga dalam suasana yang penuh kebahagiaan.