Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020
Tradisi Nyadran Jelang Ramadan dari Masa ke Masa
Nyadran dan Padusan, Dua Tradisi Jelang Ramadan.
Baiklah, mari mengulik tradisi jelang puasa ramadan dari Kota Klaten.
1. Ruwahan identik dengan Nyadran
Nyadran adalah sebuah tradisi unik yang dilakukan masyarakat Jawa secara turun temurun.
Tradisi ini merupakan budaya Jawa dan Islam. Kata "Nyadran" berasal dari kata "Sraddha" yang berarti keyakinan.
Dalam kalender Jawa, disebut juga dengan bulan Ruwah. Nyadran dilakukan sebulan sebelum puasa atau tepatnya pada tanggal 15, 20, 23, 25, 27 bulan Ruwah menurut daerah masing-masing.
Nyadran diawali dengan kegiatan membersihkan makam bersama-sama. Pada umumnya di pedesaan. Dalam hal ini diharapkan kita sebagai manusia bisa bergotong royong, saling tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan ziarah kubur bukan semata-mata kita datang ke sebuah pemakaman anggota keluarga, kerabat yang sudah berpulang ke rahmatullah.
Akan tetapi sebagai pengingat bahwa kelak kita juga akan berpulang kehariban-Nya. Kematian adalah jalan kehidupan selanjutnya yang akan dilewati setiap manusia.
Dengan melakukan ziarah kubur, setidaknya bisa mempersiapkan diri agar lebih baik dari hari ke hari. Orang Jawa bilang, sakdremo nunggu giliran dipundut pengeran.(sekedar menunggu giliran dipanggil Allah)
Ziarah kubur sebenarnya bisa dilakukan sepekan sekali, atau seperlunya. Tidak hanya dilakukan setahun sekali( jelang ramadan). Namun tradisi nyadran ini sangat berbeda.