Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020
Tradisi Nyadran Jelang Ramadan dari Masa ke Masa
Sebab, sebagian orang yang merantau mereka menyempatkan untuk pulang kampung. Agar bisa berkumpul dengan keluarga serta ziarah kubur segenap anggota keluarga.
Suasana begitu ramai, hampir menyerupai perayaan Hari Raya Idul-Fitri. Nyadran juga identik dengan masak besar, untuk kenduren.
Kenduren adalah menyantap nasi bersama lauk pauk, ada ayam ingkung, tahu tempe, sayur sambal goreng krecek telur dan lain sebagainya.
Adapula berbagai penganan tradisional(rampatan bisa 3 hingga 7 rupa) rampatan beratri komplit, ada jadah, wajik kue apem, coro atau cucur dan lain-lain.
Semua hidangan dimasukan dalam "tenong" atau tenongan.
Tenong adalah tempat menaruh makanan yang terbuat dari bambu yang dianyam dengan bentuk bulat.
Biasanya digunakan saat ada acara khusus( helatan tradisional di desa untuk membawa nasi golong, berikut sayur, lauk-pauk, penganan dan buah. Kemudian dibawa ke bangsal atau rumah sesepuh desa untuk didoakan.
Baru kemudian disantap bersama layaknya hari raya lebaran. Nyadran Tenongan merupakan wujud syukur masyarakat setempat terhadap limpahan rezeki dari Allah SWT dari tahun ke tahun tetap terjaga.
2. Padusan.
Menjelang ramadan ada tradisi padusan "adus" atau mandi(membersihkan diri dengan cara mandi junub(besar) di kolam renang atau pemandian).