Kalap Tak Hanya Kalah Lapar, tapi Mata Lapar yang Bikin Dompet Ambyar!
Tuh, kan? Bayangkan, empat belas jam menjalankan ibadah puasa, dengan menahan lapar dan haus. Aku disodori jawaban yang jauh dari logis.
Bagi anak-anakku, berpuasa dan berbuka juga dijalankan setiap senin dan kamis. Namun, perilaku berpuasanya menjadi berbeda pada momen Ramadan.
Biasanya, jika pada hari biasa sahur dan buka sekedarnya. Namun saat Ramadan “harus” istimewa. Mungkin karena Ramadan istimewa, maka semua musti istimewa, ya?
Pada titik ini, anak-anakku menjadi "gagal" menahan diri dari godaan rasa dan selera. Berbeda kasus, jika keinginan menu berbuka itu memang disantap habis. Iya, kan?
Begitulah, terkadang saat berpuasa, apalagi menjelang berbuka, kita acapkali membiarkan diri dikuasai selera.
Bayangkan saja, sesudah sahur dan mendengar bunyi imsak. Kemudian duduk manis di layar televisi. Ternyata acara “Menu Berbuka Hari Ini” dengan sajian yang aduhay. Akhirnya naluri kalap hadir.
Akhirnya mulai berfikir, “aih, nanti sore beli!”,
Padahal belum lagi terbit matahari. Jika sehari melihat acara sejenis di 5 saluran televisi berbeda? Ditambah lagi anggota keluarga memiliki selera berbeda? Itu godaan yang jauh, kan?
Ada juga godaan terdekat! Semisal tetangga yang berdagang aneka takjil untuk berbuka puasa. Kalau berbelanja, biasanya selain diberi “bonus” juga harganya rada “miring”. Nah, ini juga bikin kalap!
Selain, merasa sungkan kalau membeli dan mencari makanan dengan jenis yang sama, ke tempat yang lain tah? Sama tetangga, masa gitu? Iya kan?