Andai Berpuasa adalah Gaya Hidup, Urusan Sehat dan Berat Badan Bukan Lagi Beban, Kan?
"Dulu, sebelum punya anak, BB-ku 49! Sekarang melar!"
"Wah? Kok bisa?"
"Kan, lebih banyak di dapur? Nyicipnya bablas. Terus, ngabisin makanan anak. Biar gak mubazir!"
"Yang penting sehat, kan?"
Hal di atas, adalah duplikasi percakapanku dengan seorang teman perempuan. Saat aku mencari referensi untuk tema samber hari ke-10 ini.
Sependektahuku, bagi lelaki, urusan timbangan tak begitu menjadi prioritas. Namun, bagi perempuan, urusan berat badan itu bisa menjadi hal sensitif pakai bingits, tah?
Setidaknya, ada 3 tema pembahasan tentang Berat Badan ini. Pertama. Bagaimana mengurangi berat badan. Kedua. Bagaimana menambah berat badan. Ketiga. Bagaimana menjaga berat badan!
Gegara mengalami dilema dengan 3 hal itu, terkadang lupa. Bahwa sehat adalah poin utama daripada urusan angka-angka yang tertera pada timbangan badan, tah?
Nah, bulan ramadan, terkadang menjadi ajang untuk mengurangi dilema itu. Sehingga terjebak pada rumus : Puasa agar sehat, atau sehat agar puasa?
Kali ini, aku akan tulis bagaimana caranya sehat sekaligus menjaga berat badan, jika bercermin dari Hikmah Ramadan sebagai ajang latihan yang hasilnya bisa diraih di akhir bulan.
Pertama. Berlatih Menikmati Rasa Lapar dan Haus.
Ramadan mengajak kita untuk menikmati dua hal itu. Sejak matahari terbit hingga tenggelam. Lapar dan haus adalah hal yang pasti dirasakan.
Mungkin saja, kedua rasa itu tak bisa ditahan jika dialami di hari selain ramadan, kan? Tak ada rumus anti lapar dan anti haus yang paling praktis selain berpuasa.
Karena itu, ramadan melatih kita menikmati rasa haus dan lapar.
Kedua. Berlatih untuk Komitmen dan Konsisten.
Ramadan mengajarkan kita disiplin untuk konsisten dengan waktu. Karena sudah diatur waktu untuk melakukan apa yang boleh dan yang tidak boleh.