zaldy chan
zaldy chan Administrasi

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Hobi Koleksi, Jebakan Gaya Hidup di Antara Prestasi, Prestise dan Investasi

5 Mei 2021   20:50 Diperbarui: 5 Mei 2021   20:57 1485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi Koleksi, Jebakan Gaya Hidup di Antara Prestasi, Prestise dan Investasi
Ilustrasi surat dan prangko (sumber gambar: pixabay.com)

Begitu juga dengan buku-buku. Aku bukan orang yang baik sebagai pengumpul buku. Jika sebuah buku sudah kumiliki, kemudian aku sudah membacanya. Maka, buku itu kubiarkan beralih ke tangan orang lain yang berminat membacanya.

Sampai sekarang, aku tak sempat menyusun buku di lemariku. Buku-buku tersebut kerapkali berpindah tangan. Hingga aku lupa siapa yang meminjam dan siapa yang tidak mengembalikan. Kuanggap saja mereka lebih memerlukan. Dan, itu investasiku. Haha...

 

Toh, aku pembaca buku. Bukan pengepul atau pengumpul buku! Namun, aku menghormatii dan menghargai orang-orang yang memiliki ratusan hingga ribuan judul buku di lemari buku hingga di ruang tamu. Itu kesukaan dan pilihan, kan?

Ilustrasi lemari buku. Salah satu benda yang jamak dijadikan koleksi (sumber gambar: pixabay.com)
Ilustrasi lemari buku. Salah satu benda yang jamak dijadikan koleksi (sumber gambar: pixabay.com)
Hobi Koleksi Barang? Jika Nyaman, Lakukan!

Motivasi seseorang memiliki hobi koleksi barang bisa beragam, kan? Ada berdasarkan alasan rasa suka, alasan mengenang prestasi yang pernah diraih, atau sekadar prestise dan gengsi. Tak sedikit juga mengoleksi dengan alasan investasi.

Namun, tak sedikit juga yang kemudian terjebak oleh hobinya. Malah menjadi penimbun barang. Perlahan, rumah yang seharusnya menjadi tempat tinggal, malah berubah fungsi menjadi gudang. Bahkan untuk sekadar berjalan di dalam rumah pun, tak lagi nyaman.

Sependektahuku, suatu saat hobi koleksi tak lagi menjadi ranah privasi. Itu yang kualami setelah menikah dan memiliki anak.

Jika barang yang kumiliki, juga menghadirkan rasa nyaman bagi orang di sekitarku, maka akan aku simpan. Jika tidak, maka akan lebih memilih untuk meninggalkan.

Begitulah! Makanya, sedari awal aku mengakui. Jika aku adalah kolektor barang yang buruk! Jika boleh memilih, maka biarlah aku menjadi kolektor kenangan dan ingatan yang baik saja. Ahaaay...

Curup, 05.05.2021

Zaldy chan

[Ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun