Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Penulis

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Arjuna di Rimba Tegasara

16 Mei 2018   06:15 Diperbarui: 16 Mei 2018   07:55 1161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arjuna di Rimba Tegasara
sumber: wayang.files.wordpress.com

"Permintaan kami tidak dapat ditawar-tawar."

"Aku tak dapat memenuhinya."

"Bila tidak, kami akan membunuhmu."

"Bunuhlah bila kalian mampu!"

Raksasa hitam, naga merah, putri bertaring gading, dan harimau putih itu semakin murka. Dengan mulut menganga dan kuku-kuku seruncing ujung belati, mereka segera menerkam Arjuna. Namun sebelum menjamahnya, mereka lenyap. Merasuk ke dalam raga sang pekik yang sontak berubah menjadi ikan nila. Tak ada yang disantap saat berbuka dan saur, selain lumut dan sari tirta.

***

Tigapuluh hari tigapuluh malam; Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong menunggu di bawah beringin putih tepian sendang Pancawarna. Bersama rembulan tanggal pertama, Arjuna muncul dari pusar sendang. Berbinar-binar wajahnya, sebagaimana wajah punakawan itu.

Bersama tembang Ilir-Ilir yang dikidungkan seluruh punakawan, Arjuna merasa bertakhta di puncak Gunung Thursina. Namun ada yang tak dimengerti sebelum pulang ke Amarta. Sendang Pancawarna memekarkan teratai biru bermahkota cahaya emas-keperakan.

-Sri Wintala Achmad-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun