ade anita
ade anita Penulis

ibu rumah tangga yang suka menulis dan berkebun serta menonton drama silat china.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Artikel Utama

Hampers Lebaran, Tradisi Baru yang Membantu UMKM

1 Mei 2022   11:35 Diperbarui: 6 Mei 2022   12:45 2545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hampers Lebaran, Tradisi Baru yang Membantu UMKM
Ilustrasi hampers Lebaran berisi kue-kue kering. (sumber: SHUTTERSTOCK/CHARISMA MAYA via kompas.com)

Ketika akan memasuki bulan Ramadhan, di rumahku sering terdengar teriakan "PAKET!" dari kurir pengantar barang paket. 

Setelah teriak  pintu belum terbuka, maka biasanya kurir lanjut dengan mencari bel pintu dan memencet bel pintu beberapa kali. Hingga akhirnya ada anggota rumah yang muncul di depan pintu.

Jujur saja, kehadiran orang muncul di depan pintu rumahku memang butuh waktu tidak sebentar. Hal ini terkait dengan ketentuan berpakaian sesuai syariat Islam yang kami sekeluarga jalankan.

Jadi, ketika bel pertama terdengar, biasanya perempuan yang ada di rumahku langsung membenahi pakaian. Mengambil jilbab lalu mengenakan baju panjang yang menutupi lengan dan kaki (dan tentu saja seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan). Setelah itu lanjut dengan mengambil masker untuk mencegah tertular dari paparan virus C19. 

2 tahun dididik oleh pandemi sepertinya memang membuat sebuah kebiasaan baru di rumahku. Yaitu menutup wajah dengan masker secara otomatis ketika akan bertemu dengan orang luar (yang bukan anggota rumah kami). 

Jadi, mohon maaf jika kalian berkunjung ke rumahku dan mengalami kondisi seperti tidak ada respon setelah memencet bel pertama kalinya. Hahaha... karena memang  butuh waktu untuk bebenah.

Paket yang dikirim oleh kurir pun diterima. Nah, di awal ramadhan paket yang diterima biasanya adalah hampers ramadhan.

Apa itu Hampers?

ketika paket tiba di depan rumah (gambar koleksi pribadi)
ketika paket tiba di depan rumah (gambar koleksi pribadi)

Dikutip dari Good News From Indonesia, (8/5/2021), hampers adalah suatu kotak berisi makanan dan minuman yang diberikan sebagai kado.

Jaman dulu (merujuk ketika aku masih belum menikah deh, bukan jaman nenek moyang, jadi sekitar tahun 1990-an), tradisi mengirim hampers jelang Ramadhan sepertinya sudah ada. 

Hanya saja, lingkup saling kirim hampersnya tidak seluas seperti sekarang. LIngkup saling kirim hampers jelang Ramadhan terjadi antar tetangga dan antar keluarga dekat saja. Biasanya saling kirim sembako atau lauk matang dengan harapan keduanya atau salah satunya bisa dimakan untuk sahur atau berbuka.

Tradisi saling kirim hampers berupa sembako atau lauk matang ini, didasari oleh semangat agama Islam. Yaitu, 

Memberi makan untuk orang berbuka puasa amat besar pahalanya. Rasulullah SAW bersabda seperti diriwayatkan Imam Tirmidzi: "Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun." (HR. Imam Tirmidzi No. 807)

Jadi jangan heran jika jaman dahulu, orang tua kita sering sekali meminta kita untuk mengirim makanan untuk tetangga di kiri kanan rumah yang kita tahu beragama Islam. Atau mengajak kita untuk bersilaturahmi ke rumah keluarga dekat sambil membawa paket hampers sembako atau lauk matang. 

Jadi silaturahmi sambil meminta maaf karena akan memasuki bulan Ramadhan tercapai, niat untuk bisa memberi makan orang yang berpuasa pun tercapai. 

Karena sembako atau lauk matang yang dikirm tersebut, karena diberikan di bulan Ramadhan maka otomatis akan dikonsumsi mungkin untuk berbuka atau makan sahur.

Dimulai dengan niat ikhlas (foto koleksi pribadi)
Dimulai dengan niat ikhlas (foto koleksi pribadi)

Sedangkan hampers di penghujung Ramadhan, biasanya diberikan dalam bentuk Parcel. Dan bisnis parcel pun langsung jadi booming. Ada satu jalan di Jakarta Selatan, yaitu Jalan Samali di wilayah Pasar Minggu, sepanjang jalan isinya adalah rumah-rumah yang menjual aneka macam parcel buat pemberian ucapan selamat Idul Fitri

Pada era Presiden Soesilo Bambang Yudoyono, yaitu ketika lembaga KPK baru saja dikukuhkan sebagai lembaga anti korupsi di Indonesia, ada peraturan bahwa semua pejabat negara dilarang menerima hadiah yang bernilai di atas Rp500.000. 

Kecuali jika si pejabat mau melaporkan hadiah tersebut sebagai murni hadiah ke KPK. Nah, mulai deh bisnis parcel mengalami penurunan omset dan perlahan mulai redup dari tahun ke tahun. Nggak heran sih karena memang Parcel yang diberikan itu sering diberikan karena ada udang di balik batu dari pemberinya bagi para pejabat. 

Cerita dari temanku, jadi selain parcel sering diselipkan juga amplop cash di dalamnya.  Jadi, akhirnya Parcel lebaran itu dicurigai sebagai bentuk lain dari gratifikasi dengan tujuan untuk menjalin kolusi tertentu.

Dan ini bisa menjadi sebuah perbuatan korupsi. Ih. Seram. Itu sebabnya orang mulai menolak menerima Parcel untuk menunjukkan bahwa mereka bersih.

Lain parcel, lain lagi hampers yang marak diberikan di jaman sekarang.

Kebanyakan, hampers itu diberikan sebagai pengiring kartu ucapan Selamat Idul Fitri. Isi hampers yang diberikan pun tidak ada yang mahal. Sering merupakan produk UMKM atau beberapa ada yang memang buatan tangan pengirimnya sendiri yang lalu dihias agar cantik.

Apapun itu, menurutku tradisi saling mengirim Hampers itu nyata membantu UMKM Indonesia.  Karena, baik yang dibeli di toko maupun yang dibuat sendiri di rumah, mereka murni menggunakan bahan-bahan yang diproduksi di dalam negeri. 

Dan pembelian bahan-bahan produksi dalam negeri ini menggerakkan UMKM Indonesia, mulai dari sektor hulu (bahan mentah) hingga sektor hilir (bahan matang atau yang sudah jadi, seperti keranjang atau kartu ucapan dan kardus cantiknya). Bahkan termasuk menggerakkan jasa ekspedisi yang kebagian tugas mengantar hampers dari pengirim ke penerima. 

Soal harga? Biasanya sih hampers tidak melebihi ketentuan batas maksimal gratifikasi ya. Eh, tapi nggak tahu juga deh jika ada brownies yang harganya mencapai 1 juta rupiah. Aku sih belum pernah mencobanya. Hahaha. Mau makannya juga sayang kali ya? Hehe. 

hampers yang mampir dengan selamat di rumahku (foto koleksi pribadi)
hampers yang mampir dengan selamat di rumahku (foto koleksi pribadi)

Yang pasti sih, ada 2 nasehat suamiku sehubungan dengan hampers yang dikirim orang ke rumahku.

1. "Jangan dishare di medis sosial ya, De. Baik untuk mengucapkan terima kasih atau apapun. Baik itu di story yang 24 jam kemudian hilang atau di feed yang selamanya bakal terpajang. Karena itu hanya akan mengintimidasi mereka yang belum punya rezeki untuk membeli hampers akibat melihat rekan sejawatnya bisa mengirim hampers. Mengirim atau tidak mengirim, bagiku sama saja, mereka semua adalah teman dan rekan kerja yang baik." 

2. "Hati-hati. Ingat jangan sampai kena diabetes atau tekanan darah tinggi gara-gara hampers." Hehe. 

Jadi, sekalian deh mohon maaf jika aku tidak pernah membuat story di media sosial manapun tentang  hampers yang keluarga kami terima.  

Semoga kita semua senantiasa diberi rezeki yang penuh keberkahan. Aamiin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun