Hari Ini Sidang Isbat! Kapan Awal Puasa Ramadan?
Pemerintah merasa perlu menggelar sidang isbat lantaran ada beragam cara berbeda menentukan 1 Ramadan. Kapan awal puasa itu, ditentukan dalam sidang isbat ini.
Sidang Isbat (penentuan) merupakan forum musyawarah antara umaro (pemerintah) dan ulama (pemuka agama Islam) yang dilakukan untuk menetapkan awal bulan dalam kalender komariah (Kalender Hijriyah).
Penentuan awal puasa Ramadan tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) menggelar sidang isbat, 29 Sya'ban 1445 H atau bertepatan Ahad, 10 Maret 2024.
Sidang ini dilakukan untuk menetapkan kapan awal 1 Ramadan. dimana kaum muslimin di Indonesia mulai berpuasa selama sebulan penuh.
Dalam sidang isbat penentuan awal Ramadan Kementerian Agama secara rutin mengundang organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam yang ada, perwakilan pondok pesantren, alin ulama, termasuk ahli ilmu falak Islam dan pakar astronomi lainnya.
Selain itu, sidang akan dihadiri para perwakilan instansi, badan dan atau lembaga negara terkait seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Mahkamah Agung (MA), Anggota DPR RI, Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bosscha Institut Tehnologi Bandung (ITB), termasuk perwakilan Duta Besar (Dubes) negara sahabat berpenduduk mayoritas Islam.
"Sidang isbat ini merupakan salah satu layanan keagamaan bagi masyarakat untuk mendapat kepastian mengenai pelaksanaan ibadah,"
Demikian disampaikan Direktorat Jenderal (Ditjen) Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) seperti dikutip dalam website resmi Kementerian Agama Republik Indonesia kemenag.go.id dalam artikelnya "Sidang Isbat Awal Ramadan Digelar 10 Maret 2024".
Baca juga: Marhaban Ya Ramadan
1. Mengapa harus sidang Isbat?
Sidang isbat penting dilakukan lantaran keberagaman organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam di Indonesia yang memiliki metode dan standar masing-masing dalam penetapan awal bulan kalender Hijriyah.
Sebelum Indonesia Merdeka, awal bulan kalender Islam ini ditentukan oleh masing-masing ormas keagamaan yang ada saat itu. Tersebab adanya perbedaan mazhab serta metode yang digunakan, tak jarang pandangan satu dengan lainnya berbeda, termasuk menentukan awal mula puasa Ramadan dan Idul Fitri.
Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia, setelah Kementerian Agama dibentuk mulailah digelar sidang isbat ini.
Nah, dalam hal ini sidang isbat menjadi penting sebagai wadah atau forum komunikasi antar pemerintah dan perwakilan umat Islam, sekaligus mekanisme pengambilan keputusan setiap menetapkan awal bulan Islam.
Dalam proses sidang Isbat nantinya akan dilakukan tiga pembahasan utama yakni, diawali dengan pemaparan posisi hilal awal Ramadan 1445 H berdasarkan hasil hisab. Pemaparan dilakukan Tim Hisab dan Rukyat Kemenag mulai pukul 17.00 WIB.
Lalu, dilanjutkan dengan sidang Isbat Penetapan Awal Ramadan 1445 Hijriyah yang digelar secara tertutup setelah Salat Magrib.
Menurut kemenag.go.id, "Selain data hisab (informasi), sidang isbat juga akan merujuk pada hasil rukyatulhilal (konfirmasi) yang dilakukan Tim Kemenag pada 134 lokasi di seluruh Indonesia,"
Selanjutnya, Menteri Agama akan menyimpulkan hasil sidang isbat yang akan disampaikan secara langsung melalui media secara nasional, apakah awal puasa jatuh tanggal 11 atau 12 Maret 2024.
2. Kenapa penentuan awal kalender Hijriyah bisa beda-beda?
Penetapan awal bulan dalam kalender Islam sesunggunya berada di ranah perdebatan sains, bukan masalah akidah, atau hukum ibadah.
Oleh karena itu ormas-ormas Islam di Indonesia memiliki kalender Hijriyah tersendiri.
Lantaran mazhab serta metode yang digunakan berbeda, akibatnya penentuan awal bulannya juga kerap waktunya tidak berbarengan. Dan itu sudah biasa terjadi.
Nah, perbedaan itu baru mengemuka jadi perbincangan tatkala akan memasuki penentuan awal puasa Ramadan dan lebaran Idul Fitri.
Bahkah melalui surat edaran, Kemenag jauh hari sudah mengimbau, "Umat Islam diimbau untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dan toleransi dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan 1 Ramadan"
Imbauan Menteri Agama tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2024 tertanggal 26 Februari 2024 tentang "Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi" yang ditujukan kepada masyarakat muslim di Indonesia.
3. Lalu, apa perbedaannya?
Umat Islam di Indonesia memulai ibadah puasa Ramadan dan Idul Fitri mengikuti dua metode, yakni metode hisab (hitungan astronomi) dan metode rukyat (melihat langsung) yang masing-masing memiliki landasan yang kuat dari ayat Al-quran dan hadis.
Kedua metode itu kerap disimbolkan pada dua ormas Islam di Indonesia. Di mana Nahdlatul Ulama (NU) direpresentasikan sebagai mazhab rukyat, sedangkan Muhamadiyah diidentikkan sebagai mazhab hisab.
NU menggunakan metode yang disebut "rukyatul hilal" atau melihat langsung maupun lewat penyempurnaan (Istikmal).
Sedangkan Muhamadiyah dikenal dengan hisab atau perhitungan matematis berdasarkan garis edar rembulan hijriyah secara astronomis.
Adapun pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama melalui tim hisab rukyat menggunakan kombinasi metode keduanya.
Contohnya, dalam kalender Kemenag sudah ditentukan secara hisab 1 Ramadan jatuh pada 12 Maret 2024.
Namun, penetapan tanggal ini kemudian akan dibuktikan dalam rukyat atau pengamatan pada saat magrib tanggal 10 Maret 2024 atau 29 Sya'ban 1445 H.
Jika pada 29 sya'ban sore hari, berdasarkan hasil pengamatan rukyat melihat hilal (bulan sabit) maka ditetapkan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada 11 Maret 2024.
Sebaliknya, jika hasil pengamatan rukyat tidak melihat hilal, maka bulan sya'ban akan digenapkan menjadi 30 hari, sehingga awal puasa akan jatuh pada 12 Maret 2024.
4. Apakah kalender Islam yang ada sekarang bisa disatukan?
Kementerian Agama bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas-ormas Islam pernah membahas penyatuan kalender Hijriyah atau Kalender Islam Global.
Sejumlah pakar pun telah dihadirkan. Namun, sampai hari ini nyatanya ormas-ormas Islam masih memakai metode sendiri-sendiri.
Para pakar menyebut dibutuhkan kriteria tunggal penentuan awal bulan kalender Hijriyah untuk mewujudkan kalender Islam berlaku secara global (internasional) sehingga dapat memberikan kepastian.
Prinsip kalender Islam global adalah pemberlakuan satu hari sebagai satu tanggal di seluruh dunia.
Dengan penyatuan kalender ini nantinya 1 Ramadan tahun depan sudah diketahui pasti, bahkan seabad masehi yang akan datang (2124) sudah bisa diperkirakan dengan perhitungan yang pasti, sebagaimana yang berlaku pada kalender masehi. Apakah ini mungkin?
Melihat fenomena yang terjadi hari ini, kiranya tidak luput apa yang diungkapkan Snouck Hurgronje, seorang Orientalis dari Belanda, yang menyatakan dalam suratnya kepada gubenur jenderal Belanda kala sedang menjajah Indonesia:
"Tak usah heran jika di negeri ini hampir setiap tahun timbul perbedaan tentang awal dan akhir puasa. Bahkan terkadang perbedaan itu terjadi antara kampung-kampung yang berdekatan" katanya, dalam Buku Saku Hisab Rukyat, terbitan Kemenag RI, 2013.
Salam Literasi
Ade Setiawan, 10.03.2024