Agung Han
Agung Han Wiraswasta

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jangan Kalap Saat Ngabuburit, Tetap Pilih Takjil Sehat

12 Mei 2019   04:21 Diperbarui: 12 Mei 2019   04:37 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan Kalap Saat Ngabuburit, Tetap Pilih Takjil Sehat
Ngauburit-dokpri

Manusia itu punya sifat yang unik, diberi dua kemungkinan bisa berlaku benar dan atau salah, mungkin oleh sebab itu Alloh SWT menjadikannya sebagai makhluk mulia. Keunikan itulah, kadang menjadikan manusia keukeuh mempertahakan pendapatnya, bahkan terkesan mentolerir diri sendiri meski yang dilakukan salah.

Dalam hidup ini sudah jelas berlaku hukum karma, bahwa semua yang manusia lakukan (benar atau salah) akibatnya balik pada diri sendiri. Contoh paling sederhana adalah soal makanan, bahwa apapun (makanan) yang kita konsumsi maka dampaknya dirasakan oleh tubuh kita sendiri.

Kita semua pasti sudah tahu dan paham, asupan yang mengandung gllukosa berlebih itu tidak baik, tapi nyatanya banyak orang kita lihat obesitas. Kita sadar dan paham benar, obesitas berpotensi mengundang aneka penyakit mampir ke tubuh, berpotensi terjadi komplikasi dan itu pasti sangat tidak mengenakkan---tapi buktinya, ada saja yang tidak segera berubah, yekan.

Bulan puasa, kesempatan yang sangat baik untuk meluruskan niat, kalau selama ini yang kita kerjakan sudah melenceng, yuk segera diluruskan. Mumpung masih diberi waktu, untuk membenahi diri menjadi lebih baik.

-------

tangkapan layar-dokpri
tangkapan layar-dokpri
Bagi saya, Ngabuburit adalah saat yang menyenangkan, kesempatan untuk menyegarkan diri sambil menunggu datangnya waktu berbuka puasa

Ngabuburit, juga saya jadikan (salah satu) cara yang cukup efektif, untuk menguji ketangguhan niat saya dalam hal konsumsi makanan.

Siapa tidak kalap, melihat aneka makanan tumpah ruah di hadapan, tampil dengan warna-warni dan tampilan menyilaukan mata, hidung dan lidah.

Melihat merahnya syrup bercampur warna-warni potongan buah, dibungkus plastik bening ditata rapi di otak kaca.

Siapa tidak tergiur, melihat tumpukan gorengan yang menggunung menebarkan aroma harum, dengan tampilan tepung bertekstur chrispy. Siapa tidak mupeng, melihat bubur sumsum, kolak pisang dan isi salak, candil, lupis dan sejenisnya dengan lelehan gula cokelat, kue putu, dan lain sebagainya.

Tapi perlu diingat, mengonsumsi makanan dengan jumlah kalori tinggi dan glukosa berlebih, tentunya tidak baik untuk tubuh, tapi anehnya tetap saja kita konsumsi- hehehehe. Saya benar-benar berusaha menahan diri, saya tidak mau kalap karena saya sedang belajar untuk meluruskan niat, yaitu ingin puasa sebagai cara untuk menjadikan diri lebih baik.

Puasa tahun ini, saya sedang belajar lagi untuk mengurangi apa yang sudah kadung berlebih di dalam tubuh ini (diantaranya) asupan yang mengandung gula dan minyak. Saya sedang belajar lagi, untuk lebih banyak mengonsumsi real food (makanan yang diolah alam) dan mengurangi olahan dengan minyak.


Dan akhirnya, setelah ngabuburit saya menemukan dan membeli otak-otak ikan kakap yang dibakar dan kelapa muda murni. Kelapa bisa saya minum sepanjang buka sampai malam nanti, sementara otak-otak bisa dipakai buat camilan, dan kebetulan di rumah saya juga sedia ubi rebus (sebagai asupan karbohidrat komplek)

Untuk melihat keseruan saya ngabuburit, silakan lihat di Vlog sederhana yang saya buat untuk Kompasianer's (Tautan Vlog di akun pribadi)

- salam sehat ya, mohon maaf lahir dan batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun