Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com
Olahan Buka Puasa, Nggak Pakai Ribet!
Sekitar tahun 2016, saya menjadi member komunitas fruitaholic (Komunitas Pecinta Buah). Moment itu terasa sangat pas, karena (kala itu) saya sedang giat-giatnya memulai diet. Ibarat simbiosis mutualisme, saya perlu support buah kemudian komunitas perlu publikasi.
Komsumsi buah (dan sayur), saya akui sangat membantu melangsingkan badan. Dan yang pasti bikin badan lebih sehat, dengan cara sederhana (meski tantangannya tidak ringan, yaitu diri sendiri).
Bulan suci Ramadan seperti sekarang, menjadi alasan saya lebih rutin mengonsumsi buah. Salah satunya buah pisang, yang sangat membantu menambah energi.
Biar bervariasi, kadang buah saya olah dengan sangat simple tanpa merepotkan istri pula. Tinggal dimasukkan ke dalam panci berisi air, kemudian dinyalakan kompor, beres sudah.
Saya punya cara lebih praktis lagi, yaitu merebus pisang (atau singkong atau ubi) dengan magic jar (atau alat penanak nasi) yang tinggal diceklek doang.
------
Nyaris semua jenis buah saya geemari, apalagi buah yang mudah dicari, dibeli dan harganya bersahabat. Dan tidak harus buah bermerk, saya juga penggemar buah lokal yang dijual tukang buah di pinggir jalan.
Setidaknya ada beberapa lapak buah yang menjadi langganan, sampai-sampai wajah saya dikenal dan diakrabi penjualnya. Lapak buah Babeh Ali salah satunya, lelaki berperawakan kecil asli betawi ini, baiknya luar biasa.
Kalau membeli di lapak babeh, saya kerap diberi bonus atau diimbuhin. Misalnya membeli pisang satu sisir, tiba-tiba ditambah lagi separuh sisir. Membeli singkong dua kilo, si babeh sengaja menimbang dua setengah kilo dan begitu seterusnya.
Misalnya makan nanas, ya mengonsumsi dalam wujud aslinya (buah nanas dikupas dan diiris kemudian langsung makan).
Saya kurang suka mengonsumsi, buah yang disulap menjadi manisan, asinan, buah dikeringkan, buah dibuat rujak atau yang diolah macam-macam.
Proses pengolahan yang kurang tepat, (menurut saya) justru akan menggerus kandungan nutrisi yang ada di dalam buah itu sendiri.
Seperti buah pisang yang dioleh dengan cara digoreng, rasanya gemes dan sangat disayangkan banget kan. Pisag yang sehat dimakan langsung, justru digoreng dengan minyak pula---hadeuh speechless.
Sementara di satu sisi, saya juga ingin menularkan kesukaan makan buah kepada anak-anak (istri juga sudah suka mengonsumsi buah).
Anak-anak pada umumnya kurang tertarik, mengonsumsi buah organik (buah dalam wujud asli tanpa diolah).
Saya berpikir, bagaimana cara jagoan dan gadis kecil antusiast dengan buah. Dan saya menemukan jawabnya, sekaligus solusi agar saya dan keluarga bisa makan buah bersama.
Olahan Buka Puasa, Nggak Pakai Ribet !
Merebus,-- Ya, mengolah buah dengan cara merebus, pilihan yang relatif aman bagi saya, yang menghindari gorengan. Misalnya pisang rebus, saya pilih jenis pisang kepok yang memiliki tekstur lebih kenyal dan pas untuk direbus.
Dari beberapa sumber saya baca, ternyata banyak manfaat yang diberikan oleh pisang rebus. Diantaranya, membantu menormalkan fungsi jantung, membantu menjaga kesehatan pencernaan, meningkatkan energi, baik untuk kesehatan tulang, melancarkan peredaran darah, membantu mengatasi maag.
Cara mengolah pisang rebus juga sangat mudah, seperti saya tulis di awal artikel. Sebaiknya, jangan terlalu lama saat merebus, usahakan pisang tidak sampai lodoh (apa ya, bahasa bakunya).
Pisang yang direbus sampai lodoh, (menurut saya) membuat teksturnya berubah lembek menjadi kurang nikmat untuk disantap.
Buah direbus seperlunya saja (jangan lama-lama), karena buah pisang sendiri (sebenarnya) pada dasarnya sudah empuk dan manis. Pisang rebus, cocok banget dikonsumsi saat berbuka apalagi dinikmati ketika hangat dengan asap yang masih mengepul.
Siapa sangka, cara ini disambut antusias dua anak saya. Mereka suka banget dengan pisang rebus, kadang sampai nambah saking senengnya.
Biarkan pisang berubah warna agak kecokletan, setelah itu angkat dan letakkan di atas piring, baru ditaburi parutan keju.
Konsumsi buah lokal, selain sehat juga menerbitkan senyum petani buah. Mereka lebih semangat menanam, dan kita konsumen semangat mengonsumsi.
Semoga bermanfaat.