Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com
Bahwa Diantara Sifat Orang Mulia adalah Memaafkan Orang Lain
Hallo Kompasianer's, ada yang sudah mulai puasa Syawal ?
Yuk, genapkan pahala puasa Ramadan dengan puasa 6 hari di bulan Syawal. Bukankah salah satu teladan Baginda Nabi SAW, adalah menyegerakan diri dalam berbuat kebaikan. Mumpung Syawal masih di awal, sangat dianjurkan bersegera dalam kebaikan.
Idul fitri, identik dengan maaf memaafkan. Sampai di negeri tercinta, ada adat atau kebiasaan mudik demi sungkem pada orangtua. Kalau di kampung saya, hari kedua lebaran diisi keliling bermaaf-maafan dengan tetangga.
Sebagai anak rantau, sebenarnya ada yang mengganjal di benak. Untuk kebiasaan bermaaf-maafan di kampung halaman, tempat yang notabene telah lama kami tinggalkan. Saya merantau sekitar 30 tahun-an, orang di kampung lumayan banyak yang tidak saya kenal.
Ya, tiga atau empat hari saja di kampung halaman, saya seperti orang asing. Penghuninya sudah beda generasi, kebanyakan teman seangkatan berkelana ke berbagai tempat. Kalaupun ada yang mengingat saya, adalah orang sudah sepuh (angkatan ibu atau bulek saya).
Maaf memaafkan dengan tetangga di kampung, (menurut saya) tidak terlalu membutuh effort. Tidak ada sisi emosional yang dilibatkan, dan tidak ada kejadian menguatkan prosesi memaafkan. Saya sekadar salaman, tanpa mengenal orang yang sedang disalami. Bisa dibilang, kami tidak pernah berinteraksi sama sekali.
Kalaupun kebetulan, ketemu dan berpapasan dengan teman-teman lawas. Bahan obrolan kami, seputar mengulang kejadian masa kecil yang nyaris terlupakan. Selebihnya, menanyakan keberadaan teman-teman sepermainan.
Saya akui, sungkem dengan ibu berhasil membuat perasaan teraduk-aduk. Saya tak sanggup berucap, kalimat serasa tercekat dan diiringi air mata yang menderas. Emosi masih terasa bergolak, saat istri dan anak-anak sungkem (untuk ini tidak harus di kampung halaman).
Kembali saya menahan isak tangis, saat bermaafan dengan beberapa kakak kandung dan kerabat dekat. Khususnya pada kakak nomor empat, saya punya cerita masa lalu cukup panjang. Mengingat kejadia per kejadian, kerap kali melahirkan perasaan haru.
Baca di sini ; Nostaligia Ramadan bareng Kakak yang Ngeselin dan Kini Disayang
Sudah seharusnya, maaf memaafkan di hari lebaran memiliki nilai sakral. Karena soal memberi maaf, adalah perkara yang tidak mudah. Ada perjuangan batin harus dilalui, untuk memberi maaf pada orang yang pernah menyakiti hati. Efek dari memberi maaf, juga tidak bisa dibilang sepele. Bagi si pemberi maaf, dia akan merasakan kelegaan yang luar biasa. Karena berhasil berdamai dengan diri, berhasil melunturkan ego demi sesuatu yang hakiki.
Saya simpulkan, bahwa prioritas mudik di hari lebaran, adalah untuk sungkem pada orangtua. Selanjutnya, bermaaf-maafan dengan saudara dan kerabat dekat. Selebihnya (bermaaf-maafan dengan tetangga tidak kenal), anggap saja bonus--hehehe.