Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com
Bahwa Diantara Sifat Orang Mulia adalah Memaafkan Orang Lain
Yakub merasai gelagat ini, berusaha bersikap wajar terhadap Yusuf di hadapan anak yang lain. Namun sifat iri dengki, ibarat api membakar daun kering. Demkian setan terus menghembuskan rayuan, pada saudara tua Yusuf atau melalui dua ibu (ibu saudara tua).
Sampai akhirnya terjadi kisah tragis melegenda, yaitu pembuangan Yusuf ke dalam sumur tua. Dan jalan terjal kenabian dimulai, Yusuf dari kecil hingga usia dewasa, melewati ujian demi ujian yang dahsyat.
Singkat cerita, ...
Ilmu menakwil mimpi, mengantarkan Yusuf dari penjara kemudian menduduki posisi bendahara kerajaan. Mengatasi tujuh tahun masa panceklik, penduduk berbondong menukar gandum ke Mesir. Termasuk penduduk Kan'an, tempat ayah dan keluarga saudara tua Yusuf tinggal.
Yusuf dengan kebesaran jiwa dimiliki, menjamu saudara dengan istimewa. Hal demikian sama sekali tidak disadari saudara, tetapi sang ayah (Nabi Yakub) di rumah merasakan ada sesuatu yang janggal. Yusuf mencari cara sangat elegan, mengirim baju untuk diusapkan pada wajah ayah. Nabi Yakub di usia senja, matanya buta saking sering menangis menanggung beratnya perpisahan dengan Yusuf.
Ada salah satu bagian yang epic, yang membuat rasa takjub ini tidak berpenghabisan. Adalah saat semua saudara menyadari, bahwa petinggi kerajaan yang berdiri dihadapan adalah adik yang pernah mereka celakai. Satu persatu saudara tua minta maaf, menyesali kelakuan yang mereka perbuat.
Nabi Yusuf, manusia pilihan dengan segala kemulian. Sama sekali tak menyimpan dendam, tiada niat membalas perilaku keji yang pernah diterima. Kepada sepuluh saudara yang pernah menistakan, dirangkul dalam kebesaran jiwa yang luar biasa.
Dan untuk keberhasilan mengatasi masa paceklik, Raja mengijinkan Yusuf memboyong keluarga besarnya pindah ke Mesir. Bahkan Kerajaan telah menyediakan, tempat tinggal di lokasi strategis di Mesir-- Subhanalloh, wallahu 'alam bishowab.
Dari kisah Nabi Yusuf AS, saya memetik hikmah sangat dahsyat. Bahwa keputusan memaafkan, bukan perkara yang sepele. Tidak sembarangan orang sanggup, mengemban sifat yang mengantarkan diri pada kemuliaan. Sementara bagi yang minta maaf, tentu ada upaya dilakukan. Meski effort untuk hal tersebut, (menurut saya) tidak seberat yang memberi maaf.
Ya, bahwa sikap memaafkan, membutuhkan energi yang sangat besar. Adalah energi untuk mengalahkan ego, energi untuk menaklukkan bisikan setan yang berhembus kecang di dalam diri.