Agung Han
Agung Han Wiraswasta

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menggenggam Arti Syukur dengan Berdamai

11 Maret 2024   08:00 Diperbarui: 11 Maret 2024   08:58 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggenggam Arti Syukur dengan Berdamai
illustrasi- dokpri

Kompasianer's, menggapai rasa syukur butuh proses tidak mudah. Karena tidak semua orang, disanggupkan menerima dengan kelapangan hati. Atas segala keadaan yang dialami, entah itu keadaan menguntungkan dan atau (apalagi) merugikan.

Ya, butuh proses dan pergulatan panjang, untuk sampai pada sikap menerima kekalahan, menerima kekecewaan dengan penuh damai. Sikap sebagai seorang yang dewasa, dan niscaya akan melahirkan rasa syukur.

Karena hakikat semua keadaan, dihadirkan demi kebaikan manusia itu sendiri. Bahwa kesedihan, bahwa nestapa, bahwa duka sekalipun, akan menjadi penguat mental dan jiwa, ketika disikapi dengan rasa syukur.

Meskipun untuk hal tersebut, tidaklah mudah.

------

Jujurly, dari ramadan ke ramadan semakin menyadarkan, bahwa saya tidak lagi muda. Tahun ini, saya di fase jelita alias jelang limapuluh tahun. Perjalanan setengah abad, termasuk waktu yang tidak sebentar.

Sejenak menengok ke belakang, betapa aneka peristiwa telah saya dilalui. Baik kejadian yang menyenangkan, menyedihkan, penuh suka cita, mengecewakan, termasuk keterpurukan. Sungguh, saya belajar mensyukuri semua kejadian.  Kejadian yang telah menempa, menjadikan saya yang seperti sekarang ini.

Saya bukan manusia seratus persen baik, banyak sekali dosa yang disengaja maupun tidak dilakukan. Tak jarang banyak sikap dan ucap, tidak terkontrol dan menyakiti hati orang lain. Yang membuat orang lain, menjaga jarak dengan saya.

Pun dari sisi pengalaman pribadi, saya juga telah mengalami aneka kekecewaan. Dengan kadar kecewa yang beraneka rupa, mulai yang kecil-kecilan sampai yang besar. Termasuk kecewa yang luar biasa, pada sikap orang yang saya hormati dan kagumi. Ujungnya, seketika menguap rasa hormat dan kagum saya.

Seiring berjalannya waktu, saya belajar bersyukur. Pernah merasakan kejadian meyakitkan, memicu diri tidak melakukan hal serupa pada orang lain. Karena dikhianati, disuguhi pengingkaran janji,adalah hal yang sangat-sangat tidak mengenakkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun