Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com
Mindful Eating adalah Definisi Makan Sedikit tapi Kenyang
Kompasianer, mungkin pernah mengalami seperti saya alami. Meski sedang puasa Ramadan, tapi tubuh ini makin gendut saja. Buncitnya konsisten, saingan deh dengan ibu hamil. Setelah mencari tahu sana sini, ternyata masalahnya di pola makan yang kurang tepat.
Saya terbiasa sikat semua makanan, begitu adzan maghrib tiba. Saat sahur, makan sebanyaknya agar tidak kelaparan. Puasa ibarat menggeser waktu makan, jatah makan sehari dirapel saat berbuka dan sahur.
Sampai ada satu peristiwa, yang mengubah itu semua. Pada Ramadan dini hari tahun 2016, badan ini sakit saat digerakan. Istri dan anak mbarep menarik tangan ini, agar saya bisa sekadar duduk.
Setelah dibawa ke klinik, dokter memperlihatkan foto hasil rontgen. Bahwa ada lemak mulai menggumpal, di sekitar organ hati. Dokter mengabarkan, ada gejala pelemakan hati .
Tak ada cara lain, kecuali saya musti mengubah gaya hidup. Pola makan dirombak total, menghindari beberapa jenis asupan. Dibarengi olah raga rutin, agar lemak menggumpal bisa tersingkirkan.
Di klinik yang sama, saya dipertemukan ahli nutrisi. Saya mendapat banyak masukan, soal jenis asupan yang musti dikonsumsi dan dhihindari. Dari ahli nutrisi juga, kali pertama saya mengenal istilah mindful eating.
Mindful eating, adalah makan dengan kesadaran penuh. Kita sadar bahwa yang dimakan, akan membawa dampak yang dirasakan sendiri. Yang makan asal-asalan, kemungkinan akan dihinggapi aneka penyakit. Yang makannya baik dan tidak berlebihan, dampak postifnya berupa kesehatan.
Btw, saya langsung ingat pesan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Mengajak kita umatnya, makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang. Ya, makan secukupnya adalah ajaran mulia dari manusia mulia.
Ketika mempraktekan mindful eating, cara saya berbuka dan sahur tidak lagi sama. Tidak terburu-buru menguyah makanan, bisa dibilang sangat menikmati. Asupan yang masuk ke dalam tubuh, seolah bisa terserap dengan baik.
Karena penyerapan makanan baik, maka meski makan sedikit mengeyangkan. Misalnya setelah taraweh lapar lagi, bisa diulang makan dengan mindful eating.
Kata dokter, lebih baik makan sedikit tapi sering. Daripada sekali makan banyak, tapi penyerapannya tidak baik. Puasa saya lancar, berat badan cenderung ideal.
Mindful eating, adalah definisi makan sedikit tapi kenyang.
-------
Bulan Ramadan tahun 2016, saya anggap sebagai moment tidak terlupakan. Saya seperti dibukakan kesadaran penuh soal hidup sehat, menyesali kesalahan selama ini dilakukan.
Setelah dari dokter dan nutrisionis, tekad ini membulat dan menguat. Pemicu luar biasa itu, adalah terbayang istri dan anak di rumah. Kalau si kepala keluarga ini sakit, anak istri yang kerepotan. Kalau saya tidak bekerja, otomatis tidak leluasa menafkahi keluarga.
Berbuka dan sahur dengan mindful eating, terbukti menjadi cara efektif hidup sehat. Menuruti saran ahli nutrisi, tiga hari pertama saya hanya konsumsi buah dan sayur. Racun ditubuh dikeluarkan, saat BAB warna kotoran hitam pekat---dan itulah racunnya.
Proses turun berat badan bertahap, perlahan tapi pasti lemak luntur hingga -- sekira-- 25 Kg-an. Mindset disetting ulang, dengan sadar berbuka dan sahur secukupnya. Ramadan penuh keberkahan, saya berbuka dan sahur dengan pola makan baru.
Mindful Eating adalah Definisi Makan Sedikit tapi Kenyang
"Mas, kok jadi lebih muda" celetuk teman lama tak ketemu
"lha, saiki kok cilik men awake" ujar tetangga di kampung halaman.
(sekarang badannya kok kecil-an)
Kompasianer yang ingin mindful eating, bisa memulai dari yang sederhana. Saat berbuka atau sahur, jangan langsung menguyah semua makan yang ada. Pikiran dibuat relaks, tahan nafsu menyerbu makanan.
Awali dengan minum segelas air putih, minum dengan perlahan rasakan segarnya nikmati saat air di dalam mulut kemudian mengalir ke tenggorokan. Proses by proses, nikmati dengan sangat sensasinya.
Kemudian ambil panganan -- misal buah--, lakukan gigitan dengan perlahan. Kunyah dan nikmati, setiap detil dari buah tersebut. Misalnya pisang, rasakan manisnya, tekstur lembutnya, saat daging buah digigit kemudian menuju lambung.
Lakukan demikian berulang, dengan santai dan seksama. Niscaya perut terasa lekas kenyang, dan itu sudah saya rasakan. Berbuka penuh makna, kita tidak buru-buru tak enggan mengambil jeda sholat maghrib sebelum lanjut makan.
Masih menurut nutrisionis, kuncinya focus dan sadar pada moment tengah berlangsung. Merasakan yang dialami tubuh, menyadari apa yang dimakan. Menikmati rasa, aroma, tekstur, hingga warna makanan.
Mindful eating musti sabar berkelanjutan, hasil tidak instan tetapi impact-nya jangka panjang. Saran dokter, sebaiknya turun BB secara bertahap. Kalau turun terlalu drastis, bisa menganggu metabolisme tubuh.
Saya yang biasa berbuka langsung makan berat, kini dengan sadar mau berubah. Sesuai sunnah sahur di akhir waktu, saya makan minum secukupnya tak berlebihan.
Ketika mudik lebaran, ketemu teman lawas dan tetangga sekitar rumah. Mereka mengomentari penampilan baru saya, dengan kalimat --lebih kurang-- seperti cuplikan di atas.
-----
Mindful eating tidak bisa dilepaskan dari mindset, pengelolaan pikiran paling penting. Misalnya saya praktekkan, ketika makan cokelat setelah taraweh.
Mula-mula saya perhatikan tampilan cokelat, warna bungkus membaca kandungan. Kemudian membuk sedikit bungkusnya, melihat bentuk, mencium aroma harum dan memotek-nya.
Potekan kecil cokelat dimasukkan mulut, dikunyah perlahan merasakan sensasi di lidah. Saat mencecap rasa manis dari cokelat, saya ingat pantangan disampaikan nutrisionis. Yaitu mengurangi asupan mengandung karbohidrat, gula, santan, minyak, tepung-tepungan.
Seketika itu mindset ter-swicth, keinginan meneruskan makan cokelat berkurang banyak. Sebatang cokelat, hanya dimakan sepotek kecil bungkus saya rapikan lagi dan disimpan di kulkas.
Berbeda saat saya berbuka dengan buah atau sayur, mindset dipenuhi perasaan lega. Saya sangat yakin, terbebas dari lima pantangan asupan. Sesuap dua suap dengan mindful eating, terasa sari --sari buah atau sayur diserap dengan baik oleh tubuh.
Seporsi buah atau sayur dimakan, sangatlah cukup dan mengenyangkan. Mindful eating saat buka ataupun sahur, benar-benar melatih mengelola nafsu makan berlebihan.
Rasulullah SAW manusia sempurna, ribuan tahun lalu telah meneladani umatnya. Untuk makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang, kita manusa modern menterjemahkan dengan mindful eating. Subhanallah.
Berkat mindful eating, secara bertahap berat badan ini turun lumayan banyak. Saat awal sakit di Ramadan 2016, timbangan menunjukan angka nyaris satu kuintal. Dan saat mudik lebaran tahun 2017, berat badan ini berada di 75 kg.
Namanya manusia pasti ada lupa, berat badan ini naik turun. Tetapi saya terus berusaha me-maintenance, agar mindfull eating tetap dilakukan. Dan mindful eating adalah definisi makan sedikit tapi kenyang. Semoga bermanfaat.
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY CHALLENGE
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!