Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.
7 Cara Mudah Mengajari Anak Beribadah di Bulan Ramadan
Memang gampang-gampang susah untuk mengajari anak beribadah. Terlebih untuk menjalankan rangkaian ibadah Ramadan. Terutama pada bagian berpuasanya.
Bagi anak-anak, menahan lapar dan haus sungguh tidak mudah. Jangankan bagi anak-anak yang gampang makan. Mereka yang sehari-hari susah disuruh makan pun, belum tentu mulus-mulus saja ketika latihan berpuasa.
Maka selain mengondisikan si anak, orang tua mesti mempersiapkan diri terlebih dahulu. Tak hanya mempersiapkan menu sahur-berbuka yang bernutrisi untuk si kecil, tetapi yang terpenting justru mempersiapkan mental dan hati.
Mengapa mental dan hati juga mesti dipersiapkan? Karena tidak ada jaminan bahwa si anak bakalan baik-baik saja dalam proses belajar beribadahnya. Siapa tahu ia bersikap ngeselin gara-gara kepayahan menahan lapar dan haus? Kalau mental dan hati orang tua lemah 'kan kacau jadinya.
Berdasarkan pengalaman pribadi, saya menyimpulkan bahwa ada 7 cara yang dapat dilakukan untuk mengajari anak beribadah di bulan Ramadan. Berikut penjelasannya.
1. Sebelum Ramadan tiba sounding dulu
Kurang lebih satu bulan sebelum Ramadan, mulailah untuk memperbincangkan tentang bulan suci tersebut dengan anak. Ceritakan perbedaan Ramadan dengan bulan-bulan lainnya. Tentu dengan bahasa dan bahasan yang sesuai dengan usia anak.
Jelaskan kepada anak tentang arti berpuasa. Sampaikan dengan gaya santai mengenai keutamaan-keutamaan ibadah yang dilakukan selama Ramadan. Hal ini penting dilakukan supaya anak punya gambaran jelas/utuh mengenai rangkaian ibadah selama Ramadan.
2. Konfirmasi lagi, jadi ikutan puasa?
Ketika Ramadan kurang dua atau satu hari, konfirmasikan lagi ke anak. Apakah ia betul-betul mau ikutan berpuasa? Kalau menjawab iya, tegaskan bahwa sebagai konsekuensinya ia mesti mau dibangunkan untuk sahur. Upayakan anak tidur lebih awal sehingga potensi sulit dibangunkan menjadi rendah.
3. Jelaskan tentang sahur dan manfaatnya
Jelaskan arti dan manfaat sahur kepada anak. Jelaskan pula hukum bersantap sahur. Dorong anak untuk mau makan sahur; antara lain dengan cara berjanji (untuk kemudian nanti betul-betul ditepati) untuk menyediakan menu favorit anak dalam bersantap sahur. Tujuannya tentu agar anak termotivasi.
O, ya. Meskipun menyediakan menu sahur sesuai dengan selera anak, jangan lupa memperhitungkan juga kadar nutrisinya. Tujuannya agar fisik anak tetap kuat meskipun berpuasa seharian.
4. Jangan membangunkan anak mepet waktu Imsak
Poin 1, 2, dan 3 bermakna menyiapkan mental anak sebelum beneran menjalani ibadah di bulan Ramadan. Maka pada poin 4 ini, idealnya anak sudah siap jiwa raga untuk bangun sahur.
Akan tetapi, pertimbangkan juga durasi molor si anak. Terlebih kalau pada dasarnya ia tergolong susah bin lama jika disuruh bangun tidur. Pokoknya atur-aturlah supaya anak dapat makan sahur dengan cukup waktu dan orang tua tidak kemrungsung. Enggak banget 'kan ya kalau belum-belum sudah emosi jiwa tingkat tinggi?
Lagi pula, bangun tidak mepet waktu Imsak membuat anak bisa belajar ibadah yang lain. Walaupun sambil terkantuk-kantuk, ingatannya tetap dapat merekam apa-apa yang dilakukan orang tua.
Misalnya sang ayah mengerjakan salat malam atau membaca Alquran sebelum bersantap sahur, sementara sang ibu menyelesaikan urusan hidangan sahur. Dengan demikian, anak pun paham bahwa ibadah Ramadan tak terbatas puasa dan tarawih.
Kalau memungkinkan, anak bisa diajak salat sekalian. Jika tidak memungkinkan, minta ia untuk menunggu sembari melakukan apa saja asalkan bukan rebahan (kalau rebahan malah bisa tertidur lagi). Misalnya diajak sama-sama berzikir. Ajarkan saja zikir-zikir pendek yang gampang diingatnya.
5. Jaga stamina anak
Walaupun si anak terlihat baik-baik saja selama berpuasa, jangan lengah. Jaga agar aktivitas bermainnya tidak menguras tenaga. Alihkan ingatan anak kepada makanan-minuman dengan cara mengajaknya melakukan hal-hal kreatif minim energi fisik. Misalnya membaca buku cerita, menonton kartun yang berfaedah, atau menggambar dan mewarnai.
Intinya, ajari anak untuk menjalankan puasa dengan bahagia. Selain itu, tegaskan bahwa bagaimanapun puasa tidak berarti diisi dengan tidur melulu. Tidak serta-merta boleh mager dan rebahan sepanjang hari.
6. Tanamkan kejujuran
Tanamkan kejujuran kepada anak. Kalau memang merasa tak kuat dan ingin sekali minum, suruhlah ia berterusterang. Beri jaminan bahwa orang tua pasti membolehkannya meskipun dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Sebagai orang tua, kita pun mesti bijak merespons kondisi demikian. Jangan lupa untuk menegaskan bahwa yang tidak boleh itu kalau diam-diam minum, tetapi pura-pura kuat berpuasa sehari penuh.
7. Yakinlah dengan kekuatan anak
Yakinlah dengan kekuatan anak. Jangan terlalu mencemaskan kondisinya kalau ia tampak lembek, namun bersikeras tak mau minum dulu sebelum melanjutkan puasanya. Percayalah. Anak pasti secara alamiah dibekali oleh-Nya untuk bertahan hidup. Jangan sampai memaksanya sedemikian rupa untuk membatalkan puasa. Bersikaplah just wait and see.
***
Demikian 7 cara mudah mengajari anak beribadah di bulan Ramadan, yang telah saya praktikkan. Semoga bisa menginspirasi.
Salam.