Madu, Habbatussauda, dan Tes Kehamilan
Harapan punya momongan itu akhirnya terkabul. Senangnya saya bisa mengalpakan pertanyaan dan sindiran soal kehamilan. Dari banyak orang, baik keluarga, kerabatan, dan teman.
Untuk menguatkan, saya membawa istri ke klinik. Saya ingin pastikan hasil pemeriksaan medis. Syukur alhamdulillah, istri dipastikan positif hamil.
Dokter kemudian memberi resep obat. Dia menyarankan agar istri tidak kerja kelewat berat. Tidak kelewat cemas dan khawatir. Juga menjaga asupan sehat.
Tapi begitulah takdir. Keceriaan dan kebahaan itu berjalan begitu cepat. Sebulan usai dinyatakan tes positif, istri mengalami sakit perut yang luar biasa. Suatu siang, dia menahan perutnya yang sakit sambil selonjoran.
Saya panik. Bergegas saya bawa dia ke rumah sakit. Saya bawa perlengkapan seadanya. Saat membopong istri keluar rumah. Seorang pria melihat kepanikan saya. Dia kemudian menghampiri, lalu menawarkan mobil pikapnya untuk dipakai membawa istri saya ke rumah sakit.
Pria itu ternyata tamu tetangga sebelah. Saya menyesal tak sempat bertanya namanya. Dia bergegas mengantarkan saya ke RSUD dr Soetomo. Tiba di depan pintu masuk, saya dibantu menurunkan istri. Membawanya masuk dengan kursi roda.
Sebelum mendaftar ke loket, saya hampiri pria itu. Saya ambil beberapa lembar uang dari dompet. Kemudian saya berikan kepada dia. Sebagai tanda ucapan terima kasih.
Namun pria itu menolak. "Terima kasih, Pak. Semoga istri bapak cepat sembuh. Assalamulaikum."
Saya tertegun. Menyaksikan mobil pikap itu mengaspal. Hingga sekarang, saya tak pernah bertemu lagi denganya. Saya berdoa, semoga Allah SWT membalas kebaikan dia.
Penanganan cepat dilakukan tenaga medis di RSUD dr Soetomo. Hasil pemeriksaan, istri saya dipastikan mengalami keguguran. Harus menjalani rawat inap. Saya sedih dan kecewa. Tapi saya berusaha mengikhlaskan.
***