Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ngabuburit: Menjelang Buka Puasa dengan Tradisi Indonesia yang Beragam dan Berwarna

23 Maret 2024   12:56 Diperbarui: 23 Maret 2024   12:59 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngabuburit: Menjelang Buka Puasa dengan Tradisi Indonesia yang Beragam dan Berwarna
Pinterest.com/fikriiprmanaa68 

Asal-Usul Istilah Ngabuburit

Di Indonesia, bulan Ramadan tak hanya dijadikan sebagai periode untuk melaksanakan ibadah dan menunaikan puasa, melainkan juga menjadi momen di mana tradisi khas dan kegiatan bersama masyarakat menjadi sorotan utama. Salah satu tradisi yang sangat mencolok adalah ngabuburit, sebuah kegiatan yang dilakukan pada waktu sore menjelang berbuka puasa. Istilah ini berasal dari bahasa Sunda, yang secara harfiah mengandung arti "bersantai sambil menunggu waktu sore". 

Menurut Kamus Bahasa Sunda yang diterbitkan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), kata 'ngabuburit' berasal dari kalimat 'ngalantung ngadagoan burit' yang memiliki arti 'bersantai sambil menunggu waktu sore'. Frasa ini kemudian diterima secara luas dan telah dimasukkan ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Ngabuburit atau mengabuburit, yang diakui secara luas di seluruh negeri, merujuk pada kegiatan menunggu azan magrib menjelang waktu berbuka puasa selama bulan Ramadan.

Dengan kata lain, ngabuburit adalah kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada waktu sore menjelang berbuka puasa, di mana mereka berkumpul untuk bersantai, berinteraksi, dan menikmati waktu bersama hingga azan magrib berkumandang sebagai tanda untuk berbuka puasa. Tradisi ini memiliki makna dan nilai sosial yang penting dalam budaya masyarakat Indonesia selama bulan suci Ramadan.

Ngabuburit pertama kali menjadi tren di kalangan pemuda Bandung pada era 80-an, di mana sering kali terkait dengan acara musik yang mengusung nuansa Islami. Sejak saat itu, ngabuburit telah menjadi sebuah fenomena yang merambah ke tingkat nasional, dengan berbagai aktivitas yang mencerminkan kekayaan budaya dan keragaman Indonesia. Menurut informasi yang disampaikan melalui situs resmi PPID Kota Serang, asal usul ngabuburit sudah dapat ditelusuri sejak era 80-an. Pada masa itu, kata 'ngabuburit' sering kali digunakan oleh para pemuda di tanah Pasundan, khususnya di kota Bandung. Di Bandung, terdapat serangkaian acara musik yang bertajuk ngabuburit.

Acara-acara tersebut didominasi oleh unsur Islami, baik dari segi pengisi acara maupun penonton yang sama-sama menantikan waktu berbuka puasa. Karena frekuensi tingginya para pemuda dan berbagai acara yang mengusung tema ngabuburit, kata tersebut mulai tersebar luas dan menjadi sebuah tren tersendiri. Dengan demikian, ngabuburit menjadi sebuah fenomena budaya yang muncul di kota Bandung pada era 80-an, di mana kegiatan ini tidak hanya berfokus pada bersantai menjelang berbuka puasa, tetapi juga diwarnai oleh acara musik yang sarat akan nilai-nilai Islami. Dari Bandung, tren ini kemudian menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, mencerminkan kekayaan budaya dan keragaman yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Tradisi Ngabuburit yang Ada di Indonesia

Seiring dengan berjalannya waktu, ngabuburit telah menjadi sebuah tren dan tradisi yang berakar kuat dalam masyarakat Indonesia hingga saat ini. Kegiatan ngabuburit biasanya dilaksanakan menjelang waktu berbuka puasa, pada saat sore hari, sambil menantikan kedatangan azan Magrib. Ngabuburit menjadi sebuah kegiatan yang dianggap penting bagi masyarakat Indonesia, karena tidak hanya menjadi waktu untuk bersantai, tetapi juga sebagai momen untuk berinteraksi dengan sesama dan menikmati kebersamaan. Tradisi ini menunjukkan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga silaturahmi dan solidaritas sosial, terutama dalam konteks bulan suci Ramadan. Selain itu, ngabuburit juga mencerminkan sikap penghargaan terhadap nilai-nilai agama, di mana masyarakat memanfaatkan waktu yang tersedia untuk memperdalam ibadah dan ketaatan kepada Tuhan. 

Dengan demikian, ngabuburit bukan hanya sekadar kegiatan menyenangkan, tetapi juga merupakan bagian integral dari kehidupan spiritual dan sosial masyarakat Indonesia. Dalam praktiknya, kegiatan ngabuburit dapat beragam, mulai dari sekadar duduk-duduk santai di warung kopi atau tempat-tempat umum lainnya, hingga menghadiri acara-acara khusus yang diselenggarakan dengan tema ngabuburit. Meskipun demikian, inti dari ngabuburit tetaplah sama, yaitu menyambut waktu berbuka puasa dengan penuh kegembiraan dan kebersamaan. Dengan begitu, ngabuburit tidak hanya menjadi sebuah tren atau kegiatan biasa, tetapi juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari identitas dan budaya masyarakat Indonesia, yang terus diwariskan dan dirayakan dari generasi ke generasi.

Tradisi ngabuburit di Indonesia sangatlah beragam, dengan berbagai macam kegiatan yang menjadi ciri khasnya:

Pinterest.com/agussolihin1928 
Pinterest.com/agussolihin1928 

1. Berburu takjil merupakan kegiatan lazim yang sering dilakukan ketika menjalani ngabuburit. Masyarakat dari berbagai wilayah biasanya menjelajahi kota atau lingkungan mereka untuk mencari takjil, yakni hidangan yang disantap saat berbuka puasa. Kadang-kadang, mereka juga berupaya menemukan takjil secara cuma-cuma yang kerap dibagikan di berbagai lokasi. Aktivitas berburu takjil ini telah menjadi tradisi yang terakar dalam budaya masyarakat Indonesia, terutama selama bulan Ramadan. Saat menjelang berbuka puasa, pasar-pasar ramai dengan penjual takjil yang menawarkan berbagai jenis hidangan, mulai dari kolak, kurma, es buah, hingga gorengan dan makanan ringan lainnya. Masyarakat dengan antusiasme menjelajahi pasar-pasar tersebut, mencari takjil favorit mereka atau mencoba hidangan-hidangan baru yang tersedia.

Selain berbelanja di pasar, ada juga yang lebih suka untuk menjelajahi kota atau lingkungan tempat tinggal mereka untuk menemukan takjil yang unik atau spesial. Hal ini menciptakan suasana yang meriah dan ramai di sepanjang jalan, di mana masyarakat berinteraksi satu sama lain sambil mencicipi berbagai macam takjil yang ditawarkan oleh pedagang kaki lima atau warung-warung kecil. Tak hanya menjadi sebuah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan fisik, berburu takjil juga memiliki makna sosial yang dalam. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk bersosialisasi, berinteraksi, dan saling berbagi dengan sesama, memperkuat ikatan komunitas dan solidaritas sosial di antara mereka. Dengan demikian, berburu takjil saat ngabuburit bukan sekadar kegiatan rutin, melainkan juga sebuah tradisi yang membawa makna mendalam dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya selama bulan Ramadan.

(Eko Sudjarwo/detikcom)/news.detik.com
(Eko Sudjarwo/detikcom)/news.detik.com

2. Tradisi Kumbohan adalah kegiatan khas dalam ngabuburit di mana masyarakat terlibat dalam proses berburu ikan mabuk atau ikan mangut. Tradisi ini umumnya dilakukan oleh penduduk yang tinggal di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo yang melewati Karanggeneng, Lamongan, Jawa Timur. Kegiatan ini memperlihatkan sifat unik dan kearifan lokal masyarakat Jawa Timur dalam memanfaatkan sumber daya alam secara tradisional. Ikan mabuk atau ikan mangut adalah jenis ikan yang berada di sungai tersebut dan menjadi sumber makanan yang penting bagi masyarakat setempat. Dalam proses Kumbohan, masyarakat biasanya berkumpul di sekitar sungai dengan alat-alat tradisional seperti jala atau peralatan sederhana lainnya untuk menangkap ikan. Setelah berhasil menangkap ikan, mereka kemudian mempersiapkannya untuk diolah menjadi hidangan yang lezat, seperti mangut atau hidangan lainnya yang khas dari daerah tersebut. 

Tradisi Kumbohan bukan hanya sekadar kegiatan berburu ikan, tetapi juga merupakan momen untuk memperkokoh hubungan sosial antaranggota masyarakat. Mereka saling bekerja sama dan berbagi hasil tangkapan, menciptakan ikatan kebersamaan yang erat di antara mereka. Dengan demikian, Kumbohan merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dan tradisi yang penting dalam budaya ngabuburit di Jawa Timur. Hal ini tidak hanya mencerminkan keunikan budaya daerah tersebut, tetapi juga menggambarkan pentingnya hubungan manusia dengan alam dan kegiatan bersama dalam menjaga keberlangsungan tradisi ini.

travel.detik.com
travel.detik.com

3. Sebagai bagian dari kegiatan ngabuburit, terdapat tradisi balap perahu layar mini. Kegiatan ini biasanya diadakan oleh masyarakat di Pantai Kenjeran, Bulak Cumpat, Surabaya, Jawa Timur, sebagai hiburan. Balap perahu layar mini merupakan salah satu bentuk kegiatan rekreasi yang dilakukan di perairan pantai. Peserta balap menggunakan perahu layar mini yang biasanya dibuat secara sederhana dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan seperti bambu dan kain. Perahu-perahu tersebut dilengkapi dengan layar yang ditiup oleh angin, menghasilkan gerakan yang mengasyikkan. Lomba balap perahu layar mini sering kali menarik partisipasi masyarakat lokal, terutama anak-anak dan remaja, yang berlomba-lomba menampilkan keterampilan mereka dalam mengendalikan perahu. Acara ini juga menjadi ajang untuk memperkuat ikatan sosial antaranggota masyarakat, serta memupuk semangat persaingan yang sehat dan sportivitas di antara peserta. 

Selain sebagai hiburan, tradisi balap perahu layar mini juga memiliki nilai budaya dan kearifan lokal yang penting. Kegiatan ini memperlihatkan hubungan yang erat antara masyarakat dengan lingkungan pantai, serta keahlian dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk kegiatan rekreasi dan olahraga. Dengan demikian, tradisi balap perahu layar mini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya ngabuburit di Pantai Kenjeran, Bulak Cumpat, Surabaya, Jawa Timur. Hal ini tidak hanya menyediakan hiburan bagi masyarakat setempat, tetapi juga memperkaya kehidupan sosial dan budaya di daerah tersebut.

Pinterest.com/komikline 
Pinterest.com/komikline 

4. Tradisi Bleguran adalah sebuah kebiasaan khas yang berasal dari masyarakat Betawi, Jakarta, yang sering dilakukan pada saat ngabuburit. Permainan bleguran ini dibuat meniru model meriam kompeni, dengan menggunakan bahan dari bambu petung yang tua dan besar. Dalam permainan ini, bambu petung yang telah dimodifikasi akan diisi dengan bahan peledak ringan seperti campuran serbuk busa dan kertas. Kemudian, bambu tersebut akan dinyalakan di bagian ujungnya, sehingga akan menghasilkan suara ledakan atau dentuman yang khas ketika ditembakkan ke udara. Permainan bleguran tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga memiliki nilai-nilai budaya dan tradisi yang dalam bagi masyarakat Betawi. Aktivitas ini sering dianggap sebagai bentuk ekspresi identitas budaya lokal, serta menjadi sarana untuk mempererat ikatan sosial antaranggota masyarakat.

Selain itu, permainan bleguran juga memiliki nilai-nilai pendidikan dan pembelajaran, terutama bagi generasi muda. Mereka belajar tentang tradisi dan kearifan lokal yang telah diwariskan oleh leluhur mereka, serta mengembangkan keterampilan dalam membuat dan memainkan permainan tradisional ini. Dengan demikian, tradisi bleguran bukan hanya merupakan kegiatan rekreasi biasa, tetapi juga menjadi bagian yang penting dalam mempertahankan dan memperkaya warisan budaya masyarakat Betawi. Permainan ini menunjukkan keunikan dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Jakarta, serta menjadi simbol dari keberagaman budaya di Indonesia.

Pinterest.com/hannahberkhof 
Pinterest.com/hannahberkhof 

5. Aktivitas Panjat Tebing menjadi kegiatan unik dalam tradisi ngabuburit di Madiun, Jawa Timur. Setiap sore, komunitas-komunitas di sana biasanya mengadakan kegiatan panjat tebing sebagai sarana latihan dan pengisi waktu menjelang berbuka puasa. Panjat tebing merupakan kegiatan olahraga yang melibatkan naik atau mendaki dinding batu yang tinggi dengan menggunakan alat bantu seperti tali, karabiner, dan perlengkapan keselamatan lainnya. Di Madiun, Jawa Timur, komunitas-komunitas yang tertarik dengan olahraga panjat tebing biasanya berkumpul di lokasi-lokasi yang telah ditentukan sebelumnya, seperti tebing-tebing alam atau fasilitas panjat tebing buatan. Kegiatan panjat tebing tidak hanya memberikan kesempatan bagi pesertanya untuk berolahraga dan meningkatkan kebugaran fisik, tetapi juga menjadi momen untuk memperkuat hubungan antaranggota komunitas.

 Selain itu, panjat tebing juga dianggap sebagai sarana latihan yang efektif dalam mengembangkan keterampilan teknis dan mental, seperti ketangkasan, keberanian, dan ketekunan. Selama bulan Ramadan, kegiatan panjat tebing juga memiliki makna tersendiri bagi pesertanya. Selain sebagai sarana latihan, panjat tebing di sore hari menjelang berbuka puasa juga menjadi momen untuk menguji ketahanan fisik dan mental dalam menahan lapar dan haus, serta meningkatkan kesadaran spiritual melalui aktivitas olahraga yang menantang ini. Dengan demikian, kegiatan panjat tebing bukan hanya sekadar olahraga atau pengisi waktu luang, tetapi juga menjadi bagian integral dari tradisi ngabuburit di Madiun, Jawa Timur. Aktivitas ini mencerminkan semangat kebersamaan, kebugaran fisik, dan kesadaran spiritual yang menjadi nilai-nilai penting dalam budaya masyarakat setempat.

radarmukomuko.disway.id
radarmukomuko.disway.id

6. Dalam tradisi ngabuburit di Subang, Jawa Barat, masyarakat sering menghabiskan waktu luang dengan bermain meriam bambu, yang dikenal sebagai 'gombongan'. Aktivitas ini menjadi kegiatan rutin yang dinikmati oleh anak-anak selama bulan Ramadan. Bermain meriam bambu merupakan permainan yang melibatkan bambu yang telah dimodifikasi menjadi mirip meriam. Proses pembuatan meriam bambu ini melibatkan pemilihan bambu yang tepat dan pemotongan serta penyusunan bambu sesuai dengan bentuk meriam. Selanjutnya, bambu tersebut diisi dengan bahan peledak ringan, seperti potongan bambu atau kertas, yang kemudian dinyalakan untuk menghasilkan suara ledakan. Kegiatan bermain meriam bambu tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga memiliki nilai-nilai sosial dan budaya yang mendalam.

 Anak-anak yang terlibat dalam permainan ini belajar tentang keahlian tangan dan kreativitas dalam membuat meriam bambu, serta mengembangkan rasa kebersamaan dan solidaritas dalam bermain bersama. Selain itu, tradisi bermain meriam bambu juga menjadi bagian penting dari warisan budaya lokal di Subang, Jawa Barat. Permainan ini telah menjadi tradisi yang turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi, menciptakan ikatan yang kuat antara masyarakat dengan budaya dan identitas lokal mereka. Dengan demikian, bermain meriam bambu tidak hanya sekadar permainan biasa, tetapi juga merupakan bagian yang integral dari tradisi ngabuburit di Subang, Jawa Barat. Aktivitas ini mencerminkan semangat kebersamaan, keceriaan, dan kekayaan budaya masyarakat setempat selama bulan Ramadan.

Semua kegiatan tersebut menunjukkan betapa kaya akan tradisi dan budaya ngabuburit di Indonesia, yang mencerminkan keberagaman dan keunikan masyarakat dari berbagai daerah.

Ngabuburit, beserta seluruh kegiatan yang terkait dengannya, mencerminkan kekayaan tradisi dan nilai kebersamaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia. Ini adalah saat di mana komunitas berkumpul, berbagi, dan merayakan kebersamaan sambil menanti waktu berbuka puasa. Hal ini menjadikan ngabuburit bukan sekadar tradisi, melainkan juga simbol dari kehangatan dan keramahan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Ngabuburit melibatkan berbagai kegiatan yang bervariasi, seperti berburu takjil, berpartisipasi dalam tradisi khas setempat seperti kumbohan atau bermain meriam bambu, dan melakukan aktivitas sosial seperti bermain panjat tebing atau balap perahu layar mini. Melalui kegiatan-kegiatan ini, masyarakat memperkuat hubungan sosial dan menjaga nilai-nilai kebersamaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Tradisi ngabuburit tidak hanya menjadi momen untuk menunggu berbuka puasa, tetapi juga menjadi waktu untuk memperkokoh ikatan antaranggota masyarakat. Ini adalah saat di mana orang saling berbagi, berempati, dan menunjukkan keramahan mereka kepada sesama. Selain itu, ngabuburit juga merupakan kesempatan untuk memperdalam nilai-nilai agama dan spiritualitas melalui ibadah, refleksi, dan kontemplasi. Dengan demikian, ngabuburit tidak hanya merupakan tradisi budaya, tetapi juga sebuah simbol dari kehangatan, keramahan, dan solidaritas yang melekat dalam budaya masyarakat Indonesia. Ini adalah momen yang mempersatukan beragam suku, agama, dan budaya dalam satu semangat kebersamaan yang mengesankan, menjadikan ngabuburit sebagai bagian yang tak terpisahkan dari identitas bangsa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun