Ternyata, Sulit Ingin Sehat Financial Selama Ramadan
Ketika saya sedang mengobrol dengan tetangga, kami pun bercerita tentang pakaian lebaran tahun ini. Saat ini tetangga saya sedang memikirkan untuk membeli baju lebaran anak dan keluarganya. Ia bercerita sudah bertanya dan melihat baju lebaran di toko.
Katanya, harga baju saat ini mahal banget, untuk satu lelaki dewasa aja yang ia tanya mencapai Rp 200 ribu. Ia pun urung membeli baju lebaran di toko tersebut.
Ia saat ini punya dua anak yang masih kecil. Jika harga satu baju di toko ia beli dengan harga Rp 100 hingga Rp 200/ perorang, maka teman saya ini harus menggeluarkan uang sekitar Rp 400 hingga Rp 600 ribu, hanya untuk membeli pakaian.
Sementara teman saya ini hanya sebagai nelayan tradisional. Ia saat ini hanya memikirkan pakaian untuk kedua anaknya yang masih kecil tersebut. Katanya tak enak anak-anak tak menggunakan pakaian baru saat lebaran. Sedangkan, anak temanya ini sudah membeli baju untuk lebaran kali ini.
Bagi orangtua nelayan kecil disini pakaian lebaran itu tidaklah terlalu penting, apalagi harga baju saat ini mahal di toko. Akan tetapi para nelayan ini hanya ingin melihat anak-anaknya bahagia ketika memasuki setiap lebaran. Dan tak ingin anaknya menggenakan pakaian lama dan sudah usang.
Saya pun saat itu memberikan saran kepada teman saya ini agar mencari baju lebaran di online shop. Saya bilang ke dia, di online shop banyak menawarkan harga pakaian yang murah dan merakyat. Ya, kita bisa dapatkan 4 buah baju dengan harga Rp 100 ribu. Sementara di toko pakaian Rp 100 ribu hanya dapat saja satu lembar saja.
Ia pun saat itu senang dengan solusi yang saya berikan. Akan tetapi, nelayan ini tidak mengerti untuk membeli pakaian lebaran di online shop. Dan saya meminta agar ia mencari orang yang mengerti belanja online.
Ya, dari sepenggal kisah diatas tetang orangtua nelayan yang ingin membeli baju lebaran. Kita dapat memahami bahwa lebaran memang identik dengan baju dan yang baru-baru. Pakaian baru untuk lebaran ini bukanlah tradisi yang diajarkan nabi, hanya saja sudah menjadi budaya ditengah masyarakat kita saat ini.
Jika kita memang tidak mampu untuk membeli baju lebaran, sebaiknya niat tersebut ditunda terlebih dahulu. Apalagi kebutuhan anggaran rumah tanggan dari ramadan hingga memasuki lebaran cukup tinggi dan besar.
Dikutip dari kompas.com, survei dilakukan sejumlah riset menunjukan anggaran alokasi belanja pakaian, makan minum selama ramadan sangat tinggi dan alokasi berzakat menjadi tertinggi selama bulan ramadan.
Selain itu hasil survei lembaga dari TGM Research, alokasi dana zakat dianggarkan oleh masyarakat Indonesia mencapai 22 persen selama bulan Ramadhan. Belanja zakat tersebut terbilang besar karena berada di urutan kedua setelah pos anggaran belanja makanan dan minuman yang mencapai 45 persen.
Setelah anggaran zakat, terdapat anggaran transportasi sekitar 17 persen serta anggaran belanja hantaran parcel dan angpau dengan persentase lebih kecil lagi. Survei dari TGM Research ini dilaksanakan pada Februari 2024 dengan melibatkan 750 responden dari beberapa wilayah di Indonesia.
Sejumlah Bank juga telah menyiapkan anggaran triliunan untuk ramadan dan Lebaran, nilai yang cukup fantastis. Misalnya BCA telah menyediakan uang tunai Rp68,8 triliun untuk Ramadan hingga Idul Fitri 2024, dan anggaran disiapkan tersebut naik 7 persen dari tahun sebelumnya. Ini menunjukan kebutuhan anggaran yang berputar di masyarakat selama ramadan mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Sementara Bank Mandiri juga telah menyiapkan kebutuhan uang tunai sekitar Rp31,3 triliun. Hal itu dilakukan untuk untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan uang tunai selama 30 saat Ramadan menjelang Idul Fitri 1445 Hijriah. Jumlah anggaran disiapkan Bank Mandiri ini naik sebesar 10,5 persen dibandingkan proyeksi tahun lalu (Inilah.com).
Bulan Ramadan adalah momen yang dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Ini adalah waktu untuk meningkatkan spiritualitas, berbagi dengan sesama, dan bersiap untuk merayakan Idul Fitri. Namun, seringkali di tengah antusiasme menyambut hari kemenangan, kita menghadapi tantangan tersendiri: keuangan yang menipis. Terutama ketika dihadapkan pada kebutuhan untuk membeli pakaian baru sebagai bagian dari tradisi lebaran, pusing pun datang menghampiri.
Penting bagi kita untuk memahami bahwa merayakan Lebaran tidak selalu harus berarti merogoh kocek dalam-dalam. Di sini, kita akan membahas beberapa strategi untuk mengatasi pusing beli baju Lebaran ketika keuangan terbatas.
1. Rencanakan Anggaran dengan Bijak
Langkah pertama yang harus diambil adalah merencanakan anggaran dengan bijak. Tentukan sejumlah dana yang dapat kita alokasikan untuk belanja baju Lebaran. Pisahkan dana ini dari anggaran bulanan lainnya dan pastikan untuk tidak melampaui batas yang telah ditetapkan.
2. Prioritaskan Kebutuhan daripada Keinginan
Saat berbelanja, utamakan kebutuhan daripada keinginan. Pertimbangkan untuk membeli pakaian yang sederhana namun tetap layak dan sesuai dengan budget yang telah ditetapkan. Hindari godaan untuk membeli barang-barang mewah atau tidak terlalu diperlukan.
3. Cari Penawaran dan Diskon
Manfaatkan penawaran dan diskon yang tersedia. Telusuri toko-toko online maupun offline untuk mencari harga terbaik. Juga, pertimbangkan untuk membeli baju Lebaran secara bersama-sama dengan anggota keluarga atau teman untuk mendapatkan potongan harga yang lebih besar.
4. Berhemat dengan Memanfaatkan Barang yang Sudah Ada
Tidak selalu harus membeli pakaian baru setiap tahunnya. Kita bisa memanfaatkan pakaian yang sudah dimiliki dan melakukan padanan yang kreatif untuk menciptakan penampilan yang segar dan menarik.
5. Berbagi dengan yang Membutuhkan
Ramadan adalah waktu yang tepat untuk berbagi dengan sesama. Jika keuangan kita benar-benar terbatas, pertimbangkan untuk mengalihkan sebagian dana yang akan digunakan untuk belanja baju Lebaran untuk membantu mereka yang membutuhkan. Berbagi kebahagiaan dengan orang lain dapat memberikan rasa puas yang lebih besar daripada membeli pakaian baru.
6. Evaluasi Kembali Prioritas Keuangan
Selama Ramadan, penting untuk secara berkala mengevaluasi prioritas keuangan. Jika memungkinkan, alihkan dana dari pos pengeluaran lain yang mungkin kurang penting untuk memenuhi kebutuhan baju Lebaran.
Menghadapi keuangan yang menipis saat mempersiapkan Lebaran memang bisa menjadi tantangan, tetapi dengan perencanaan yang baik dan sikap bijak dalam berbelanja, kita masih dapat merayakan momen bersejarah ini tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Ingatlah bahwa esensi perayaan ini terletak pada kebersamaan, kebahagiaan, dan kedekatan dengan Allah, bukan pada kemewahan atau banyaknya pakaian baru yang dimiliki. Semoga kita semua dapat merayakan Lebaran dengan hati yang penuh sukacita dan keberkahan.