Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.
Sungkeman Lebaran, Tradisi Penuh Makna Asal Jawa
“Pak/Bu, kula ngaturaken sugeng riyadi. Nyuwun ngapunten nggeh, dumatheng sedoyo kalepatanipun kula.”
Terjemahan: “Pak/Bu, saya mengucapkan selamat hari raya. Mohon maaf ya, atas segala kesalahan saya.”
Apakah kamu berasal dari Jawa? Pasti kamu tidak asing lagi dengan ucapan yang saya sebutkan. Itu merupakan ucapan saat kamu melakukan sungkeman lebaran di Jawa.
Mohon maaf nih, berhubung saya hanya bisa sedikit bahasa Jawa, hanya bisa mencantumkan sedikit saja ucapannya. Kalau ingin mengetahui ucapan yang lebih lengkap, bisa searching google atau tanya ke orangtua yang lebih paham.
Dulu, saat nenek saya masih ada, dan masih tinggal di Jawa, setiap lebaran selalu melakukan sungkeman lebaran. Sekarang juga masih sungkeman pada orangtua, tetapi ucapannya sudah tidak menggunakan bahasa Jawa, diganti dengan bahasa Indonesia. Maklum, pengetahuan saya tentang bahasa Jawa krama tidak terlalu banyak.
Nah, sebenarnya sedalam apa sih makna dari sungkeman lebaran itu? Penasaran?
Apa sih makna sungkeman lebaran?
Sungkeman lebaran merupakan sebuah tradisi wajib yang dilakukan di Jawa saat Hari Raya Idul Fitri. Sungkeman adalah penghormatan untuk orangtua atau orang yang dituakan, seperti nenek, kakek, pakde, bude, atau semua orang yang usianya jauh lebih tua dari kita. Tradisi ini bertujuan untuk meminta maaf.
Caranya, kamu duduk bersujud di depan orangtua, tangan ditaruh di lutut orangtua, dan menundukkan kepala. Lalu, ucapkan kalimat sungkeman lebaran versimu. Ucapkan dengan tulus, setelah itu peluk orangtua, dan saling bermaaf-maafan.
Menurut kbbi.kemdikbud.go.id, sungkeman berasal dari kata sungkem. Artinya, sujud sebagai bakti atau hormat pada orangtua atau orang yang dituakan. Sedangkan sungkeman, merupakan upacara memohon restu pada sebuah acara sakral.