Kesabaran Tak Terbatas di Bulan Ramadan: Perjuangan Merawat Anak Cerebral Palsy
Pagi mulai menampakkan cahayanya ketika Mas Irwan menutup pintu kantornya. Sebagai seorang teknisi di perusahaan telekomunikasi, pekerjaannya sering menuntutnya lembur. Hari ini sudah ke-2 kali lembur dalam seminggu. Dalam sebulan setidaknya minimal 6 kali lembur yang harus dijalani. Sementara itu, di rumah, istrinya, Mbak Sari, tengah menyelesaikan pesanan kue kering yang akan dikirimkan esok pagi.
Mbak Sari adalah seorang ibu rumah tangga yang merintis usaha kecil-kecilan dari rumah, menjual aneka camilan dan kue pesanan. Ramadan tahun ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Bulan ini adalah Ramadan ke-dua bagi keluarga Mas Irwan dan Mbak Sari yang mengontrak rumah bibi ku yang sedang merantau ke Taiwan sudah 3 tahun ini.
Keseharian yang Tak Mudah
Perjalanan keluarga kecil ini dimulai dua tahun lalu, dan mungkin terlalu sederhana jika dianggap sebagai sebuah kisah inspiratif. Saat itu di bulan Mei Naila lahir, Mbak Sari dan Mas Irwan awalnya tidak menyadari ada yang berbeda dengan putri kecil mereka.
Namun, seiring berjalannya waktu, Mbak Sari mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Di usianya yang seharusnya mulai belajar tengkurap, Naila tampak kesulitan mengangkat kepalanya. Ketika anak-anak seusianya mulai merangkak, Naila justru lebih sering menggulingkan tubuhnya dengan gerakan kaku dan tidak terkoordinasi.
Menurut pendapat Dokter, anak mereka Naila yang saat itu berusia 3 tahun didiagnosis dengan cerebral palsy. Kondisi ini membuat Naila mengalami gangguan pada gerakan dan koordinasi ototnya. Sejak saat itu, setiap harinya, Mas Irwan dan Mbak Sari harus berbagi tugas untuk mendampingi Naila sambil menjalankan tanggung jawab masing-masing.
Sebagaimana orang tua dari anak penyandang cerebral palsy, Mbak Sari dan Mas Irwan harus memahami bahwa perawatan fisik hanyalah sebagian dari perjalanan ini. Ada tantangan lain seperti gangguan sensorik, kesulitan berkomunikasi, hingga masalah emosi yang membuat Mbak Naila sering merasa frustrasi.
Orang tua dari anak dengan CP, sering menghadapi tekanan emosional yang lebih tinggi karena harus terus siaga membantu anak mereka melakukan aktivitas sehari-hari.
Tantangan Lebih, Merawat Anak di Bulan Ramadan
Memasuki bulan Ramadan, tantangan yang dihadapi Mbak Sari dan Mas Irwan semakin bertambah. Kurangnya waktu istirahat akibat bangun dini hari untuk sahur dan tidur larut malam karena pekerjaan serta ibadah tambahan membuat fisik mereka lebih cepat lelah. Berpuasa sambil menjalani rutinitas terapi harian Naila memerlukan ketahanan fisik dan kesabaran yang tinggi.
Sebelum fajar, Mbak Sari bangun lebih dulu untuk menyiapkan sahur sambil mengecek pesanan yang masuk. Setelah sahur dan salat Subuh, Mbak Sari memulai rutinitas pagi Naila. Anak dengan cerebral palsy membutuhkan perhatian khusus, mulai dari membantu Naila dalam melakukan latihan peregangan otot hingga melatihnya duduk dengan posisi yang benar. Mbak Sari harus sabar dan telaten, karena setiap gerakan kecil membutuhkan usaha ekstra.
Saat Naila selesai dengan latihan pagi, Mbak Sari membantunya makan dan membersihkan diri. Setelah itu, barulah Mbak Sari mulai membuat adonan kue, sambil tetap memperhatikan Naila yang bermain di ruang tamu dengan mainan sensoriknya. Terkadang, Mbak Sari harus berhenti di tengah membuat adonan untuk menenangkan Naila yang rewel karena frustrasi tidak bisa mengambil benda dengan tangannya sendiri. Tangannya yang kaku membuatnya sulit menggenggam benda kecil, dan ini membutuhkan latihan motorik halus yang rutin.
Perjuangan Orang Tua dengan Peran Ganda
Di sisi lain, Mas Irwan berangkat kerja setiap pagi dan baru pulang sore hari. Sebelum berangkat, ia selalu membantu Mbak Sari mempersiapkan alat terapi sederhana untuk Naila, seperti bola terapi atau papan keseimbangan. Di akhir pekan, Mas Irwan biasanya yang mengajak Naila berlatih berjalan dengan alat bantu, membantunya menguatkan otot kaki.
Setelah seharian bekerja, Mas Irwan pulang dengan tubuh lelah, namun hatinya tetap ringan ketika melihat senyum Naila. Di malam hari, usai berbuka dan salat Tarawih, Irwan mengambil alih merawat Naila. Ia membantu putrinya melakukan latihan pernapasan dan peregangan otot sebelum tidur. Sementara itu, Mbak Sari kembali ke dapur untuk menyelesaikan pesanan yang harus dikirimkan esok hari.
Dukungan Komunitas dan Peran Media Sosial
Mereka tidak sendiri. Mbak Sari bergabung dalam komunitas orang tua anak cerebral palsy yang menjadi tempatnya bertukar pengalaman dan mendapat saran tentang metode terapi yang bisa dilakukan di rumah. Salah satu tips yang sangat membantu adalah membuat jadwal harian yang terstruktur agar Naila merasa lebih nyaman dan bisa memprediksi kegiatan yang akan ia lakukan.
Selain itu, Mbak Sari memanfaatkan media sosial untuk memasarkan usahanya. Pesanan kue sering datang dari teman-teman komunitas atau pelanggan tetap yang mengikuti akun Instagram usahanya. Meski demikian, ada hari-hari ketika pesanan menumpuk dan Naila rewel, membuat Sari harus bekerja lembur hingga larut malam.
Bagi mereka, Ramadan adalah ujian kesabaran dan keteguhan hati ekstra dibanding hari-hari biasa. Berpuasa sambil merawat Naila dan menjalankan usaha bukan hal yang mudah. Namun, mereka menemukan kebahagiaan dalam kebersamaan. Momen berbuka puasa selalu menjadi waktu yang mereka nantikan.
Di meja makan sederhana, mereka saling bercerita tentang hari mereka, diiringi tawa dan canda. Ramadan, menjadi Bulan Penuh Cinta dan kesabaran bagi keluarga penyandang disabilitas, khususnya Mas Irwan, Mbak Sari dan Naila. Perjalanan Mas Irwan dan Mbak Sari merawat Naila adalah cermin dari cinta yang tak terbatas.
Mereka sadar, menjadi orang tua dari anak difabel bukanlah tentang mengorbankan diri, melainkan tentang menemukan kekuatan dalam kebersamaan. Perjuangan mereka mungkin tidak terlihat oleh banyak orang, tapi setiap gerakan kecil yang berhasil dilakukan sang anak adalah kemenangan besar bagi mereka.
Ramadan menjadi pengingat bahwa di tengah kesibukan dan tantangan, selalu ada ruang untuk harapan dan keteguhan hati.
Content Competition Selengkapnya
Kisah Inspiratif Orang-Orang di Sekitarmu
MYSTERY TOPIC
Mystery Topic 4
Mudik Hijau untuk Kurangi Jejak Karbon
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025