Rekonsiliasi Hati di Hari yang Fitri
"Begitu istimewanya Ajaran Islam bagi seluruh pemeluknya, dimana momen hari raya idul fitri sebagai hari untuk kembali suci, meleburkan dosa dengan saling memaafkan"
Selama satu bulan penuh masyarakat muslim sudah melaksanakan ibadah puasa.
Sudah tentu merayakan hari kemenangan dengan saling memaafkan, memohon maaf kepada Tuhan yang maha Kuasa, maupun memohon antar sesama makhluknya.
Tentu dalam kehidupan sosial, pergulatan dan hubungan kerap memunculkan perspektif berbeda yang kemudian berujung pada konflik yang tak berkesudahan.
Momen di hari yang fitri ini, tentu sebagai upaya mengevaluasi diri dan introspeksi diri, bahwasanya ssbagai manusia yang hidup bersosial pastinya akan melakukan dosa atau kesalahan baik di sengaja maupun tidak di sengaja.
Kerap kali hati, pikiran, maupun tindakan berkecamuk memunculkan persoalan yang membuat amarah dan dendam.
Di hari yang fitri, kembali menyucikan hati, membangun komunikasi dan silaturahmi yang positif dan menyejukkan.
Di hari yang fitri merajut kembali hubungan harmonis dan rasa persaudaraan
Bahwasanya kita sebagai makhluk sosial, pastinya tidak lepas dari amarah, rasa kecewa, iri, dengki dan perbuatan-perbuatan yang tidak menyenangkan.
Di hari yang fitri ini momen membangun harmonisasi atas perbuatan dan tindakan yang kurang patut, tentu harus di perbaiki kembali.
Hati dan pikiran yang kerap berprasangka negatif, tentu perlu untuk disadari.
Sejatinya bahwa hati dan pikiran merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sehingga menjadi sangat perlu di momen hari yang fitri ini untuk di seimbangkan kembali.
Meleburkan kesalahan dan dosa, dengan saling melapangkan dada untuk bermaaf-maafan.
Bahwasanya harus menjadi kesadaran seutuhnya bagi kita semua, sebagai manusia biasa, tidak akan pernah lepas dari salah dan dosa.
Sebagai maayarakat muslim, bahwasanya kita semua adalah bersaudara, bahkan dengan seluruh makhluk Ciptaan Tuhan pun, tentunya kita harus bersikap baik dan selalu melembutkan hati agar bisa lapang menerima kesalahan dari siapapun.
Momen di hari yang fitri, kembali sucikan hati dan pikiran atas banyaknya kesalahan dan dosa di masa yang lalu.
Dengan saling berjumpa, bersilaturahmi, dan berkomunikasi untuk saling memaafkan dan merekatkan rasa persaudaraan.
Oleh karena itu momen hari yang fitri ini perlu ssbagai evaluasi dan introspeksi diri, serta melakukan rekonsiliasi antara hati dan pikiran untuk melapangkan dada menerima bentuk kesalahan orang lain, dan tentunya permohonan maaf itu pun juga harus tersampaikan dangan baik dan secara tulus dengan hati yang bersih, itulah kemenangan yang sesungguhnya.