Tradisi Hari Raya Ketupat, Sarana Mempererat Tali Persaudaraan
Tradisi hari raya ketupat, sudah menjadi bagian dan tradisi bagi masyarakat Islam, lebih khusus lagi bagi masyarakat Jawa.
Hari raya Ketupat, tahun 2024 ini, jatuh pada 17 April, yakni seminggu setelah hari raya idul Fitri 1445 Hijriyah.
Kebiasaan yang dilaksanakan oleh masyarakat muslim dan bagi masyarakat Jawa ini, pada dasarnya sebagai bentuk mensyukuri akan nikmat yang diberikan oleh Tuhan yang maha Kuasa.
Jika menilik pada sejarah hari raya ketupat, atau di sebut pula dengan kupatan ini, sejatinya sudah di kenalkan sejak zaman wali Songo.
Kupatan ini di kenalkan oleh salah satu wali Songo, yakni Sunan Kalijaga, sebagai sarana berkumpul, selametan, dalam rangka mensyukuri Nikmat Tuhan.
Momen hari raya ketupat ini merupakan tradisi yang saling turun temurun, sehingga tradisi baik tersebut harus tetap dilestarikan.
Di kutipa dari laman NU online, bahwa hari raya ketupat atau di sebut pula dengan kupatan Memiliki Nilai-nilai FilosofisFilosofis.
Filosofi ketupat Kata "ketupat" atau "kupat" berasal dari kata bahasa Jawa "ngaku lepat" yang berarti "mengakui kesalahan". Sehingga dengan ketupat sesama Muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat bersama.
Apa saja hikmah yang bisa di ambil dan di pelajari dari hari raya ketupat atau kupatan tersebut?
Pertama : sebagai warisan kebaikan yang ditinggalkan oleh para wali, yakni Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga merupakan salah satu walisongo yang melanjutkan tradisi-tradisi lama sebagai wahana untuk mensyiarkan agama Islam ke masyarakat.
Tradisi kupatan atau dinkenal dengan hati raya ketupat merupakan tradisi yang dj kenalkan oleh Sunan Kalijaga kepada masyarakat.
Hingga kini tradisi tersebut masih tetap dilestarikan ssbagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha Esa atas nikmat yang sudah diberikan.
Kedua : saling mempererat tali silaturahmi dan rasa persaudaraan
Sebagai manusia biasa, tentu kita tidak pernah lepas dari khilaf, salah dan dosa. Di momen hari raya ketupat, sebagai ajang selametan dan silaturahmi juga dalam rangka mempererat tali silaturahmi dan tali persaudaraan.
Dengan makan ketupat bersama, di harapkan kesalahan yang telah berlalu bisa di maafkan.
Ketiga : Saling antar ketupat kepada saudara-saudara yang ada di sekitar
Sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang sudah di berikan, slametan ketupat dengan saling mengantarkan makanan ke sanak famili.
Tradisi saling antar makanan ketupat ini sudah terwarisi secara turun temurun, sehingga berbagi di hari raya ketupat menjadi kebahagiaan tersendiri.
Dengan demikian, momentum hari raya kupatan menegaskan bahwa ada nilai-niai syukur, saling berbagi dan saling bermaaf-maafan serta melupakan kesalahan dan dosa yang sudah berlalu dengan makan ketupat bersama.