Amidi
Amidi Dosen

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Momen Ramadan Tak Hanya Memacu Aktivitas Ekonomi, tapi Juga Mencerdaskan!

20 Maret 2025   18:03 Diperbarui: 21 Maret 2025   04:25 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen Ramadan Tak Hanya Memacu Aktivitas Ekonomi, tapi Juga Mencerdaskan!
Pedagang melayani pembeli takjil di Pasar Bendungan Hilir, Rabu (13/3/2024). (Kompas.com/Frederikus Tuto Ke Soromaking)

Oleh Amidi

Ramadan tidak hanya dimesrai oleh kalangan Muslim, tetapi dimesrai juga oleh kalangan Non Muslim. Selain dijadikan momentum untuk melakukan aktivitas ekonomi (berdagang/menjual makanan/minuman/takjil) oleh kaum Muslim sendiri, dimanfaatkan juga oleh kalangan Non Muslim untuk memburu rupiah melalui berbagai aktivitas ekonomi yang mereka lakukan.

 Memacu Aktivtas Ekonomi

Tibanya bulan Ramadan memang dinanti-nantikan semua anak negeri ini. Di kalangan Muslim, mereka akan berlomba-lomba mengerjakan amal ibadah atau memburu amal kebaikan selama bulan Ramahan dan bagi pelaku bisnis dari kalangan Muslim maupun Non Muslim, mereka akan memburu peluang bisnis di bulan Ramadan.

Singkat kata, momen Ramadan akan memacu aktivitas ekonomi yang akan mereka jalankan. Sehingga, tidak heran, jika kedua kalangan tersebut merasa kehilangan pada saat bulan Ramadan berakhir atau pergi meningalkan kita semua. Bahkan dari kalangan tersebut maunya bulan Ramadan terus menerus, karena mereka sudah merasakan "betapa unit bisnis mereka melesat" pada momen bulan Ramadan tersebut.

Bila disimak di bulan Ramadan ini, aktivitas bisnis semakin bersemarak, aktivitas perdagangan baik yang dilakukan pelaku bisnis skala kecil (UMKM) maupun pelaku bisnis skala besar menunjukkan "kegairahan yang luar biasa".

Di sudut-sudut kota, di perempatan-perempatan jalan, di gang-gang, di lokasi khusus pun dipenuhi oleh pelaku bisnis yang menjual berbagai makanan/minuman kepada konsumen yang akan berbuka puasa.

Di etalase-etalase toko, supermarket, dan sejenisnya dipenuhi oleh berbagai produk yang dipajang untuk dijual kepada konsumen yang akan memenuhi kebutuhannya sepanjang bulan Ramadan dan untuk memenuhi kebutuhannya pada saat lebaran atau hari raya Iduk Fitri nanti.

Tidak hanya itu, hotel-hotel pun tidak ketinggalan memformat ruang-ruang atau area lobi-lobi mereka dengan hiasan yang bernuansa Islam, agar mendorong konsumen atau pelanggan tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan oleh pihak hotel, baik makanan/miniman yang mereka sajikan di restoran hotel maupun jasa penginapan (kamar) yang mereka tawarkan atau sediakan.

Misalnya; di ruangan depan atau di lobi mereka memasang/memajang miniatur masjid, memajang patung onta, menghiasnya dengan pernak-pernik sekitar momen Ramadan (hiasan berupa gantungan ketupat, dan lainnya). Kesemua itu, dilakukan oleh pegelola atau manajemen hotel demi mengambil simpati kaum Muslim.

Begitu juga pihak pelaku iklan atau pelaku bisnis yang akan mengiklan suatu produknya. Jauh sebelum tibanya bulan Ramadan mereka sudah mempersiapkan konten iklan yang bernuansa bulan Ramadan atau bernuansa Islami. Semua konten iklan mereka kaitkan dengan momen bulan Ramadan atau nilai-nilai Islami.

Misalnya iklan beberapa produk engan konten iklannya yakni "produk A mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa", begitu juga dengan produk B, C dan lainnya pun juga menyajikan konten yang sama. 

Misalnya lagi, iklan minuman (susu) dengan konten iklannya yakni "pastikan satu kaleng susu Z saat sahur bantu cegah kondisi tubuh untuk menjalani aktivitas dan ibadah selama bulan Ramadan. Awali dengan kemurnian susu Z, susu Z! rasakan kemurniannya".

Intinya adalah semua pelaku bisnis sebagian besar berlomba-lomba memanfaatkan momen bulan Ramadan tersebut. Intensitas aktivitas ekonomi yang mereka jalankan semakin meningkat, hal ini terlihat dari hiruk pikuk transaksi yang berlangsung di berbagai lokasi, dan di berbagai kesempatan, dan terlihat dari padatnya pengunjung/konsumen yang berdatangan serta bertambahnya durasi transaksi bisnis yang mereka lakukan.

Tidak sedikit unit bisnis yang buka lebih awal dan tutup lebih lambat, bahkan ada yang memberi kesempatan kepada konsumen untuk berbelanja sampai larut malam. Ini semua, dilakukan pelaku bisnis dalam rangka memburu konsumen terutama konsumen dari kalangan Muslim yang pada malam hari baru bisa berbelanja sekitar pukul 9 WIB ke atas, karena mereka baru selesai melaksanakan ibadah sholat tarawih.

Mencerdaskan?

Jauh sebelum tibanya bulan Ramadan, para penjual atau pihak yang akan menawarkan jasa berupa informasi atau siraman rahani yang dikemas dalam bentuk ceramah, tausiyah, kultum, dan lainnya, sudah bersiap-siap menyusun jadwal. 

Media massa, baik cetak, elektronik maupun online termasuk media sosial berlomba-lomba menyajikan informasi atau siraman rohani untuk menyambut tibanya bulan Ramadan, terlebih pada saat detik-detik berbuka puasa.

Para pemateri atau penceramah atau da'i menyajikan berbagai konten baik yang berkaitan dengan bulan Ramadan maupun masalah syariat Islam atau masalah nilai-nilai ke-Islam-an.

Konten tersebut diramu dan disampaikan dengan apik penuh dengan muatan nilai-nilai Islami dengan berbagai pendekatan, ada yang menyajikannya dengan pendekatan aspek ekonomi, aspek budaya, aspek sosial, aspek hukum, aspek kemanusiaan dan lainnya.

Para pendengar atau kalangan Muslim setiap hari berburu informasi atau memburu berbagai kajian ke-islam-an dari berbgaai aspek tersebut dan atau disajikan . Misalnya ada yang getol mendengar kajian Ramadan dari aspek ekonomi, ada yang tertarik mendengar kajian Ramadan dari aspek soial dan lainnya.

Dari berbagai kajian yang disajikan oleh penceramah, atau pemberi tausyiah, atau penyampai kuliah tujuh menit (kultum) tersebut, semua digandrungi konsumen atau pendengar yang akan menerima berbagai keilmuan. Sehingga tidak heran, kalau pada momen bulan Ramadan ini para konsumen atau pendengar akan memperoleh berbagai keilmuan yang akan mencerdaskan mereka.

Betapa tidak, dalam berbagai sajian tersebut, para penceramah atau pemberi tausyiah atau penyampai kultum tersebut terkadang selain menyampaikan materi mereka juga memberi kesempatan kepada konsumen selaku pendengar untuk bertanya atau berkomunikasi secara langsung atau berdialog. Nah, momen inilah mendrong mereka menjadi semakin cerdas. Dengan demikian, tibanya bulan Ramadan selain akan mendorong laju aktivitas ekonomi juga akan mencerdaskan kita.

Beberapa Catatan.

Pertama. Janagan lakukan bisnis secara cukrang atau melanggar etika bisnis, lakukan bisnis dengan jujur dan terbuka, agar konsumen tidak dirugikan dan bisnis kita akan berkah.

Kedua. Dalam membeli makanan/minuman usahakan sesuai dengan kebutuhan, agar tidak mubazir.

Ketiga. Bagi pelaku bisnis, pandanglah konsumen sebagai mitra, atau pandanglah konsumen sebagi objek bisnis sekalgus sebagai subjek bisnis kita, agar terjalin hubungan industrial Panca Sila.

Keempat. Bagi penceramah atau pembeli tausyiyah atau kultum, berikan materi yang menyejukkan hati bukan sebaliknya. Usahakan materi mudah dicerna dan dimengerti serta sesuai dengan aidien yang menjadi bidikan kita

Kelima. Semua ilmu yang kita peroleh, harus dimanfaatkan dan atau diemplementasikan .dalam hidup dan kehidupan sehari-hari pasca bulan Ramadan atau di luar bulan Ramadan, agar hidup kita lebih bermakna!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun