Andi Zulfikar
Andi Zulfikar Freelancer

Nama saya: Andi Zulfikar. peminat sejarah, politik, dan sosial-budaya

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Tenggelam Dalam Cinta Ilahi

22 Maret 2024   09:36 Diperbarui: 22 Maret 2024   11:14 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tenggelam Dalam Cinta Ilahi
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

TENGGELAM DALAM CINTA ILAHI ALA AISYAH AL BA'UNIYAH

Pernah nggak sih bertanya-tanya, kenapa kita diciptakan? dan untuk apa kita diciptakan? Pertanyaan seperti itulah yang menjadi bahasan ilmu filsafat. 

Bukan cuma itu, ilmu filsafat juga mengajak kita berfikir tentang konsep-konsep seperti kebaikan, keadilan, kebebasan, dan lain-lain. Jadi, ilmu filsafat itu layaknya alat buat mengeksplorasi segala hal yang bikin kepala kita berasa pening dan bikin kita mikir lebih jauh tentang arti hidup dan keberadaan kita di dunia ini.

Itulah yang menjadi perhatian para filsuf yang kebanyakan dari mereka adalah kaum Adam. Sebut saja di antaranya, Ibnu Maskawaih,  Ibnu Sina (980 -1037 M), Al-Ghazali (1058-1111 M).

Sedikit saja kaum perempuan yang mendalami ilmu filsafat atau tasawuf, disiplin ilmu yang tumbuh dari pengalaman spiritual kehidupan moralitas yang bersumber pada nilai-nilai Islam. Satu di antaranya adalah Aisyah al-Ba'uniyah.

Aisyah al_Ba'uniyah dikenal sebagai  seorang syaikhah salehah, sastrawan, cendekia, dan perempuan tercerdas pada masanya. Sejarawan Ibnu al-Imad al-Hambali (1623-1679), mencatat, perempuan kelahiran Damaskus 865 H / 1460 M ini sebagai satu-satunya tokoh dari kaum Hawa yang sangat mumpuni di bidang keilmuan, kepengarangan, dan kepenyairan. 

Kepakaran Aisyah di bidang tasawuf sudah teramat santer. Terbukti Aisyah telah menghasilkan sejumlah karya tasawuf  yang hingga kini menjadi rujukan. Sayangnya, menurut Cendekiawan Amerika Serikat dan Profesor bidang agama di University of Rochester, Amerika Serikat, Th. Emil Homerin, banyak karya-karya Aisyah yang hilang. Lima di antaranya: 

  1. Al-Fath al Haqq min Fih at-Tallaqqi

  2. Al-Fath al-Qarib fi Mi'raj al-Habib

  3. Faidh al-Wafa fi Asma al-Musthafa

  4. Al-Isyarat al-Khafiyah fi al-Manazil al-'Aliyah

  5. Az-Zubdah fi Takhmis al-Burdah

Dari seluruh karya tulisannya, tampak bagaimana kecintaan seorang Aisyah al-Ba'uniyah kepada Rasulullah SAW. Secara khusus dia membedah tingkatan-tingkatan yang perlu dilalui salik agar sampai kepada Allah SWT sebagaimana ditulis dalam kitabnya Al- Muntakhab fi Ushul ar-Rutab.

Keempat prinsip yang harus ditempuh menuju Tuhan, menurut Aisyah Al-Ba'uniyah, adalah sebagai berikut:

  1. Tobat.

Seorang salik harus melakukan tobat lahiriah dan batiniah. Puncaknya adalah kembali kepada Allah, zat yang merupakan permulaan segala yang ada, yang paling awal dan kekal. Tobat itu, kata Aisyah, "kamu menjadi wajah tanpa tengkuk bagi Allah, sebagaimana kamu menjadi tengkuk tanpa wajah bagi-NYA". Artinya, seseorang menghadap sepenuh hati kepada Allah, dan brpaling dari segala apapun selain Dia.

  1. Ikhlas

Pertama-tama yang dilakukan seorang hamba dalam beribadah adalah memurnikan ketaatan kepada Allah semata. Tanda seorang ikhlas, ketika perilakunya sudah seperti perangai anak kecil. Keikhlasan harus melibatkan nafsu, hati dan jiwa. Keikhlasan dengan hati bertujuan untuk menghindar dari perasaan selalu kurang. Keikhlasan dengan hati bertujuan untuk menutup mata dari melihat orang lain. Keikhlasan dengan jiwa bertujuan untuk membersihkan diri dari berkeinginan diistimewakan menjadi tampil adanya.

  1. Zikir

Hakikat zikir, menurut Aisyah, ketika seseorang menyadari bahwa zikirnya berkat Allah dan tentang-Nya, hingga diri pelakunya lenyap bersama Allah, dalam kefanaan yang mengantarkannya menuju keabadian bersama Dia yang selalu diingat. Aisyah menukilkannya dalam sebuah syair:

Kusebut Engkau dengan ingatan bermula dari-Mu

Aku hilang dari zikir sebab tenggelam di dalam-Mu

Tiada tersisa dariku yang berbicara, kecuali diri-Mu

Berbicara tentang aku di dalam ramai dan sunyi-Mu

  1. Mahabbah (Cinta)

Mahabbah (cinta) adalah anugerah Allah. Seorang hamba tidak dapat mencapainya dengan usaha keras yang dikerahkan atau dengan kilah yang mengantarkan dirinya ke sana, amal perbuatan yang dia lakukan dengan sempurna, pengetahuan mendalam yang dia kuasai, atau alasan kuat yang dia andalkan, atau bahkan faktor garis keturunan mulia yang mungkin dimiliki. Cinta adalah anugerah Allah kepada hambanya. Sedangkan cinta hamba kepada Allah adalah menyaratkan peniadaan selain-Nya dari dalam hati secara total, agar yang mencintai menyatu dengan Dia yang dicintai. Caranya, mengikuti segala yang ada pada kekasih-Nya, Rasulullah Muhammad SAW. Cinta, lanjut Aisyah, tidak bersebab, dan juga tidak diperoleh dengan menunaikan ketaatan atau dengan terbebas dari kejahatan. Karena ampunan Allah justru datang dari cinta dia kepada hamba-Nya. Bukan justru sebaliknya. Kecintaan seorang Aisyah dilukiskan dalam syairnya:

Kuhapus namaku dan jejak tubuhku

Aku menghilang dariku selagi ada-Mu

Dalam fanaku telah fana kefanaanku

Dalam fanaku aku menemukan Kamu.

Aisyah menggambarkan cinta sebagai sebuah anugerah dari Allah, yang tidak dapat diperoleh dengan usaha keras atau dengan ketaatan semata. Cinta kepada Allah menyiratkan peniadaan selain-Nya dari dalam hati secara total. Bagi Aisyah, wushul atau penyatuan terus-menerus dengan Allah adalah nektar bunga bagi para pecinta Tuhan, yang tidak pernah lelah untuk menyaksikan-Nya sebagai kenikmatan terbesar dalam hidup mereka.

Perjalanan spiritual Aisyah Al-Ba'uniyah ini mungkin saja menjadi inspirasi buat menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar hakikat kehidupan dan keberadaan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun