aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.
Catat, Agar Tak Lapar Mata Saat Belanja Makanan
Menahan lapar dan dahaga saat puasa itu lumrah dan harus. Sedikit saja terpeleset akan batal puasanya. Misal ketika jam makan siang, saking tak kuatnya melawan kering tenggorokan minum seteguk air putih. Ini batal sudah.
Meskipun seteguk kalau masuk lewat kerongkongan ya tak boleh. Baik makanan atau minuman harus ditahan tidak sampai masuk mulut, melewati tenggorokan hingga bersemayam di perut.
Godaan mengisi perut demikian hebatnya ketika siang hingga sore menuju maghrib. Tak heran jika beberapa orang lebih mengagungkan ritual berbuka puasa daripada esensi ibadah puasa itu sendiri.
Yang berhikmah, merasakan lapar seperti orang-orang miskin, agar tumbuh empati tak sayang berbagi. Pula, meningkatkan derajat pribadi menjadi Muttaqin, orang yang bertaqwa.
Puasa kita adalah untuk Allah ta'ala, bukan untuk manusia. Allah sungguh menghargai itu, sehingga hitungan tak terhingga bakal didapat bagi orang yang ikhlas. Sebagaimana hadist qudsi berikut ini,
"Orang berpuasa meninggalkan makanannya, minumannya, dan syahwatnya karena Aku, Puasa itu milik-Ku, dan Akulah yang akan memberinya balasan."
Mereka yang melaksanakan, menghormati Ramadhan dengan berlapar dan haus. Juga yang menjalankan tuntunan syariat ringan tanpa beban. Lalu memperbaiki kualitas ibadah dengan memperbanyak kegiatan bernilai amal shalih serta mengurangi dan menyudahi segala hal sia-sia apalagi maksiat. Akan diberi sambutan istmewa oleh Allah, dengan menyediakan pintu surga tersendiri bernama ArRayan. Hadist Riwayat Bukhari Muslim menyatakan hal itu.
"Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru: 'Mana orang yang berpuasa’. Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sungguh istimewa perlakuan hari esok untuk orang yang berpuasa. Lapar dan haus yang manusia rasakan ketika dilarang makan bakal mendapat balasan besar, sesuai yang dijanjikan, surga dalam genggaman. Sebagai hamba Allah, bukan hamba perut atau nafsu dunia. Ada sebutan untuk orang yang memikirkan isi perut saja ini, yakni Abdul butun. Hamba perut.
Atau emak-emak yang membeli bahan makanan berjenis-jenis, dalam jumlah banyak dengan alasan untuk persiapan berbuka puasa nanti. Sementara anggota keluarga cuma dia, suami dan satu orang anak balita.
Fenomena itu lazim terjadi saat bulan puasa tiba. Padahal kebutuhan perut itu ya tidak seberapa. Terlalu banyak makan juga akan menimbulkan sakit, begah misalnya. Mestinya secukupnya, memenuhi kebutuhan tubuh atas nutrisi dan menghilangkan lapar saja. Tidak perlu bermacam-macam menu masuk mulut. Itu yang harusnya berlaku untuk mereka yang sedang berpuasa. Tidak perlu kalap belanja makanan untuk disiapkan menyambut berbuka puasa.
Sesuaikan kebutuhan, agar kita bisa tegak berdiri. Juga berfungsi dengan baik seluruh anggota badan. Sediakan untuk berbuka puasa menu pembuka, dengan minuman hangat atau takjil semangkuk dua. Ada menu utama dengan karbohidrat, protein, vitamin, misal nasi, lauk dan sayur. Lalu kalau ada kebiasaan makanan penutup siapkan buah. Tak mengapa. Lumrah adanya.
Rancang itu untuk keperluan di meja makan secukupnya bagi anggota keluarga. Kalau perlu catat apa saja yang akan disajikan, sehingga tidak sampai berlebihan menyediakan. Beli yang sudah dianggarkan. Misal ingin belanja yang tak tercatat, tulis. Anggarkan untuk esok hari.
Itu juga satu tips dan trik yang saya terapkan. Dengan mencatat akan terhindar dari lapar mata. Tidak ada cerita kalap mengambil apa saja untuk persiapan berbuka. Terencana, disiplin menjalankan yang sudah dituliskan dalam catatan. Bahkan kalaupun ingin sedekah, tulis juga, jumlah orang, jenis makanan dan anggaran.
Ini menghindari mubadzir, berlebih-lebihan. Satu kelakuan yang tak disukai Tuhan, temannya setan. "Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan". (QS.Al-Israa' : 26-27).
Jika tak ingin menjadi saudaranya setan, yuk hentikan sikap mubadzir itu. Pemandangan makanan tak tersentuh di meja makan, lalu penuhnya isi kulkas dengan makanan, baiknya kita hindari. Disamping mengedukasi diri sendiri untuk tidak hidup boros juga memupuk empati atas saudara kita kini yang harus kesulitan demi memperoleh makanan. Terlebih saat ini, ketika banyak keluarga yang terdampak secara ekonomi akibat merebaknya virus covid-19.
Fenomena kalap belanja makanan (Label: Samber 2020 Hari 6 & Samber THR)