Mengenal Tradisi Buka Luwur di Menara Kudus
Siapa sih yang tidak mengenal dengan Kudus?
Kudus terkenal dengan sebutannya sebagai kota kretek, namun sebenarnya masih banyak lagi yang terkenal dari Kudus. Kudus juga dikenal sebagi kota santri dengan masyarakatnya yang bekerja sebagai pedagang, sehingga hal ini menjadikan Kudus mendapat slogan dengan sebutan “GusJiGang” yang memiliki arti mengaji dan berdagang. Sebagai kota yang mempunyai letak strategis karena diapit oleh Kabupaten Demak, Jepara, dan Pati sehingga menjadikan Kudus sebagai kota tempat persinggahan bagi para pedagang dari daerah lain. Akan hal tersebut, sehingga masyarakat Kudus banyak yang berdagang dengan aneka ragam bentuk barang, jajanan, dan aneka masakan yang khas, diantaranya adalah batik Kudus, bordir Kudus, jenang Kudus, soto Kudus, dan makanannya yang khas yaitu lentog Tanjung Kudus.
Oke teman-teman, setelah kita mengetahui secara umum gambaran tentang kota Kudus yang terkenal dengan sebutan dan segala macam potensi yang ada didalamnya, disini saya akan mengenalkan adanya sebuah tradisi yang sangat terkenal di kota Kudus yaitu tradisi Buka Luwur pada makam Sunan Kudus. Tradisi ini tentunya sudah tidak asing bagi masyarakat Kudus, dan juga oleh masyarakat daerah-daerah lain sekitar Kudus. Tradisi Buka Luwur adalah sebuah kegiatan atau upacara untuk mengganti kain kelambu (luwur) yang menutupi pada makam Sunan Kudus. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh masyarakat setempat yang bertempat tinggal di sekitar Menara Kudus.
Upacara Buka Luwur yang merupakan sebuah ritual tradisi yang dikemas dalam acara keagamaan dilaksanakan setahun sekali, yaitu pada bulan Muharram atau bulan Asyura. Masyarakat Kudus dan sekitarnya sangat antusias akan pelaksanaan tradisi ini. Mereka saling bergotong royong turut memberikan sumbangan baik materi maupun non materi demi terkumpulnya segala keperluan atau uborampe untuk terlaksananya upacara ini. Adapun tujuan dari upacara Buka Luwur adalah untuk menghormati jasa dan perjuangan Sunan Kudus yang telah berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam di Kudus. Perlu diketahui bahwasanya sebelum ajaran Islam masuk di Kudus, masyarakat Kudus banyak yang telah memeluk agama Hindu dan Buddha. Hal ini bisa dilihat dari kepercayaan mereka yang menganggap sapi sebagai binatang yang suci yang harus dihormati, yang tidak boleh disembelih dan dimakan dagingnya. Sebagai tokoh yang berjasa dalam penyebaran Islam membuat segala peninggalan Sunan Kudus masih terus dijaga dan dipelihara sampai saat ini. Sejarah mencatat dalam menjalankan misinya Sunan Kudus mengembara dari satu tempat ke tempat yang lain dalam rangka mendakwahkan ajaran agama Islam. Bahkan, sebelum akhirnya ia menetap di pulau Jawa, ternyata wali keenam dari Walisongo ini juga pernah mengembara hingga ke Makkah. Pemilik nama lengkap Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan ini tidak hanya sekadar berdakwah, tapi ia juga diberi amanah untuk memegang jabatan pada masa kesultanan kerajaan Demak. Banyaknya tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan membuatnya semakin disegani dalam masyarakat. Bahkan, karena ia merupakan wali yang mendalami ilmu agama, maka tidak mengherankan bila akhirnya ia diberi gelar "Waliyyul Ilmi".
Sebagai penghormatan terhadap jasa Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam, masyarakat Islam di Kabupaten Kudus dan sekitarnya beramai-ramai dan berbondong-bondong berziarah untuk memberikan penghormatan kepada beliau. Kegiatan ziarah di Makam Sunan Kudus ini merupakan sebuah fenomena tingkah laku masyarakat yang sudah menjadi tradisi. Tradisi ini sudah lama berjalan bahkan semakin hari semakin semarak, tetapi tidak dapat dipastikan kapan awal mulanya tradisi ziarah di makam Sunan Kudus ini yang akhirnya berkembang menjadi sebuah tradisi upacara Buka Luwur Makam Sunan Kudus yang dilakukan secara turun-temurun dari waktu ke waktu sampai pada saat sekarang ini.
Upacara Buka Luwur adalah merupakan upacara penggantian kain kelambu atau kain kerodong yang dipasangkan pada makam Sunan Kudus yang syarat dengan nilai-nilai dakwah yaitu berupa ritual keagamaan. Acara tahunan tersebut dibawah koordinasi Yayasan Masjid Sunan Kudus. Yayasan Masjid Menara dan Makan Sunan Kudus ini merupakan satu-satunya yayasan yang didirikan untuk mengkoordinasi setiap kegiatan yang ada kaitannya dengan Sunan Kudus. Dari mulai kegiatan keagamaan berupa tabligh, bahtsul masail sampai pemeliharaan benda-benda peninggalan Sunan Kudus.
Pelaksanaan Tradisi Buka Luwur
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa upacara Buka Luwur adalah tradisi mengganti kain mori atau kelambu sebagai penutup makam Sunan Kudus yang dilakukan setiap tahun yaitu setiap tanggal 10 Muharram atau 10 Asyura. Untuk mengenang perjuangan dan keteladanan Sunan Kudus dalam menyebarkan ajaran agama Islam, masyarakat Kudus menggelar tradisi Buka Luwur yang puncaknya diselenggarakan setiap tanggal 10 Muharram. Para alim ulama di Kudus bersepakat menamai tradisi tersebut dengan nama Buka Luwur. Nama haul tidak digunakan karena dikhawatirkan akan muncul kesalahpemahaman di masyarakat bahwa Sunan Kudus wafat pada tanggal 10 Muharram. Sementara hingga saat ini belum ditemukan sumber sejarah yang menerangkan kapan persisnya Sunan Kudus wafat.
Buka Luwur adalah upacara penggantian luwur atau kain mori yang digunakan membungkus nisan, cungkup, dan bangunan di sekitar makam Sunan Kudus. Penyelenggaraan Buka Luwur merupakan serangkaian kegiatan dengan berbagai ritual yaitu mulai dari penjamasan keris Sunan Kudus, pengajian Malam 1 Muharram, pelepasan luwur, Munadharah Masail Diniyyah, doa Rasul dan Terbang Papat, pembuatan dan pembagian bubur Asyura, khatmil Qur'an bil Ghoib, santunan anak yatim, pengajian malam 10 Muharram, pembagian berkat, dan upacara pemasangan luwur baru. Mereka yang mengikuti upacara ini meyakini bahwasanya banyak keberkahan, yang dalam bahasa jawanya disebut “Ngalap Barokah”.
Rangkaian Acara Ritual pada Upacara Buka Luwur
Penjadwalan acara prosesi Buka Luwur Makam Sunan Kudus biasanya sudah disusun oleh panitia pelaksana jauh hari sebelum datangnya bulan Muharram. Adapun urutan acara yang biasanya dilaksanakan adalah:
1. Pengajian Malam 1 Muharram
Tepat datangnya awal bulan, yaitu tanggal 1 Muharram akan diselenggarakan acara yang pertama yaitu pengajian malam satu Sura atau tanggal 1 Muharram. Setiap memasuki tahun baru Islam (bulan Muharam/Sura) sudah menjadi tradisi bagi kaum muslim untuk melakukan doa yang disebut awal dan akhir tahun. Doa tesebut dilakukan untuk merefleksi kadar keimanan dan dosa-dosa yang pernah dilakukan selama satu tahun yang lalu dapat lebur sehingga lembaran tahun baru nantinya akan lebih baik. Pengajian umum ini diselenggarakan di serambi Masjid Al-Alqsha Menara Kudus. Pengajian tersebut dimulai pukul 20:00, berlangsung kurang lebih selama 2 jam.
2. Pelepasan Luwur Pasarean
Pagi hari pada tanggal 1 Sura diadakan upacara pelepasan Luwur makam Sunan Kudus yang dimulai sekitar pukul 06:00. Sebelum luwur dibuka, terlebih dahulu dibacakan tahlil dan doa di makam Sunan Kudus. Pembacaan tahlil dan pelepasan luwur dipimpin oleh Kyai Sepuh, pembukaan secara simbolis dilakukan di dalam makam Sunan Kudus oleh para Kyai Sepuh. Luwur yang telah dilepas kemudian dibawa ke Pendopo Tajug untuk dirapikan dan disimpan.
3. Munadharah Masail Diniyyah
Salah satu makna penting dalam acara Buka Luwur adalah untuk mengenang jasa dan teladan beliau dalam penyebaran serta pengembangan agama Islam. Oleh karena itu, diselenggarakan berbagai rangkaian kegiatan yang memiliki hubungan dengan tujuan dakwah Islam. Salah satunya adalah Munadharah Masail Diniyyah, yaitu forum berkumpulnya para alim atau orang yang memiliki pengetahuan ilmu fiqih untuk membahas masalah-masalah yang muncul di kalangan masyarakat yang belum ada hukum dan dalilnya. Munadharah Masail Diniyyah dilaksanakan pada 2 Muharram, bertempat di Masjid Al-Aqsha Menara Kudus.
4. Doa Rasul dan Terbang Papat
Terbang papat adalah salah satu kesenian khas Kudus yang hingga kini masih dimainkan oleh masyarakat. Terbang papat menggunakan komposisi empat terbang atau rebana dan satu jidur. Empat rebana tersebut terdiri kemplong, telon, salahan, dan lajer. Terbang papat dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram, pukul 20:00 bertempat di serambi Masjid Al-Aqsha Menara Kudus. Terbang Papat sangat dinantikan masyarakat, terbukti secara bergantian dalam berbagai kelompok terbang mereka melantunkan bait demi bait al-barzanji. Pada waktu yang bersamaan, tokoh masyarakat menggelar doa Rasul yang bertempat di rumah Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK).
5. Khatmil Qur'an bil Ghoib
Pada tanggal 9 Muharram pukul 04:30, di dalam masjid diadakan khataman Al-Quran bil Ghoib yang dilakukan oleh para hafidz Qur'an. Khataman Al-Qur'an ini akan dilaksanakan sebanyak 9 kali khataman. Sebelum khataman dimulai, terlebih dahulu diadakan pembukaan serta tausiah dari seorang Kyai. Khataman Al-Qur'an dilaksanakan dalam rangka memeriahkan upacara Buka Luwur yang sudah dilakukan berkali-kali dan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan dalam acara Buka Luwur. Khataman yang dilakukan tersebut pahalanya dihadiahkan khusus kepada Kanjeng Sunan Kudus, dan bagi yang mengikutinya diharapkan mendapat barokah dari khataman yang dilakukan.
6. Santunan kepada Anak Yatim
Pada tanggal 9 Muharram sekitar pukul 08:00 diadakan santunan kepada anak yatim yang dilaksanakan di gedung YM3SK. Panitia menentukan kriteria anak yatim yang diberi santunan, untuk putra maksimal berumur sebelas tahun dan putri maksimal berumur sepuluh tahun. Bulan Muharram adalah bulannya anak yatim sehingga pada bulan ini umat Islam dianjurkan untuk menyayangi anak-anak yatim dengan cara mengelus-ngelus sebagian rambut kepala dan memberikan sedikit santunan sesuai kemampuan kita. Setelah berdoa, satu per satu anak-anak dipanggil untuk menerima santunan berupa uang, tas sekolah, dan lain-lain. Santunan anak yatim tersebut berasal dari shodaqoh masyarakat.
7. Pembagian Bubur Asyura
Pada acara Buka Luwur, panitia juga menyediakan bubur Asyura yang konon merupakan bancakan atau sedekah Nabi Nuh ketika selamat dari banjir bandang pada tanggal 10 Muharram. Bubur Asyura dibuat dari delapan bahan yaitu beras, jagung, kedelai, ketela, kacang tolo, pisang, kacang hijau, dan kacang tanah. Bubur Asyura ini akan dibagikan kepada penduduk sekitar, dan tokoh masyarakat di beberapa desa sekitar Masjid Al-Aqsha Menara Kudus. Bubur Asyura juga dibagikan sebagai menu bancakan bagi ibu-ibu yang menghadiri acara Al-Barzanji pada malam 10 Muharram sehabis salat isya.
8. Pembacaan Qasidah Al-Barzanji
Pembacaan Qasidah al-Barzanji dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram yaitu pada hari kamis pukul 19:30 WIB. Diadakannya acara ini adalah sebuah bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dengan melantunkan shalawat-shalawat dan sebagai penambah penyemarak kegiatan acara buka luwur.
9. Pengajian Umum Malam 10 Muharram
Tanggal 10 Muharram diadakan pengajian umum yang dihadiri oleh masyarakat dari berbagai daerah di Kudus dan sekitarnya. Pengajian 10 Muharram atau yang lebih dikenal dengan pengajian 10 Sura sebenarnya baru dimulai sekitar pukul 21:00, akan tetapi dengan penuh antusias masyarakat lebih memilih untuk bersiap sejak menjelang maghrib. Anak-anak hingga orang yang sudah tua datang berbondong-bondong memenuhi kompleks masjid Al-Aqsha Menara Kudus.
10. Pembagian Berkat Salinan
Pada Upacara Buka Luwur, panitia menyediakan berkat salinan yang akan dibagikan pada warga sekitar Menara dan para pengunjung yang datang. Pembagian berkat salinan dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram sekitar pukul 01:30 sampai 03:30. Pembagian berkat salinan dilaksanakan di kantor YM3SK. Pembagian berkat salinan ini awalnya hanya imbalan dari panitia kepada warga sekitar menara yang telah membantu dengan menyumbang nasi dalam pelaksanaan rangkaian upacara BLMSK.
11. Pembagian Berkat Umum
Dalam upacara Buka Luwur tidak lengkap kalau belum ada “nasi jangkrik”. Para pengunjung selalu berebut menantikan nasi yang satu ini. Nasi jangkrik adalah nasi yang dibungkus dengan daun jati yang didalamnya diberikan lauk potongan daging kerbau. Dari tahun ke tahun panitia selalu menyediakan nasi bungkus ini dalam jumlah yang sangat banyak karena antusias pengunjung atau peziarah yang datang terus meningkat. Tidak tanggung-tanggung nasi bungkus yang disediakan oleh panitia bisa mencapai 30 sampai dengan 50 bungkus.
12. Upacara Pemasangan Luwur
Puncak Upacara Buka Luwur adalah upacara pemasangan luwur baru yang dilaksankaan pada tanggal 10 Muharram sekitar pukul 07:00 WIB. Acara prosesi puncak Buka Luwur dilaksanakan di halaman Pendopo Tajug yang dihadiri para kyai dan tokoh ulama kota Kudus. Tidak lepas juga figur penting kota Kudus dari unsur pemerintahan, tokoh masyarakat, para pemangku makam wali se-Jawa, serta para tamu undangan lainnya. Mengawali prosesi pemasangan luwur baru ditandai dengan pembacaan surat Al-Fatihah, kemudian pembacaan ayat suci Al-Qur'an, dilanjutkan pembacaan hasbunallah wani’mal wakiil, ni’mal maulaa wani’mannasyir sebanyak 70 kali dan diakhiri Doa Asyura.
Demikian sobat dan teman-teman semua penjelasan mengenai prosesi dalam upacara Buka Luwur yang dilaksanakan di Masjid Menara Kudus, semoga menambah pengetahuan, wawasan, dan bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih.