Any Sukamto
Any Sukamto Penulis

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Kenangan Jarik, Sarung, dan Bersepeda di Bulan Ramadan

2 April 2023   01:40 Diperbarui: 2 April 2023   01:46 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan Jarik, Sarung, dan Bersepeda di Bulan Ramadan
Dokpri, Design by Canva 

Ah, indahnya masa-masa itu. Masa-masa di mana kami tak pernah memikirkan beban atau tugas untuk diselesaikan. Masa-masa di mana kami hanya memikirkan main, main, dan main. Ya, dunia anak-anak adalah dunia bermain.

Satu lagi yang masih teringat jelas, saat saya duduk di kelas 6 SD menjelang lulus. Hari itu, usai makan sahur dan salat di masjid, kami berniat jalan-jalan pagi menuju jalanan protokol untuk melihat orang-orang menyalakan petasan. Mukena kecil telah kami miliki, tidak lagi menggunakan jarit.

Dikarenakan masih merasa segar usai bersantap sahur, kami lalu merencanakan bersepeda melihat calon sekolah baru. Kami memang akan lulus dan melanjutkan ke SMP Negeri pilihan, tetapi kami belum tahu letaknya dan bagaimana harus sampai ke sana jika diterima nantinya.

Akhirnya, setelah mengambil sepeda angin, kami menyusuri jalanan menuju SMP Negeri 12 yang terdekat. Jaraknya tidak lebih dari 1Km, sesampainya di sana masih pagi dan udara masih segar. Kami lalu berniat menuju SMP Negeri 19 yang agak jauh. Jaraknya sekitar 5Km.

Di tengah perjalanan, rasa haus mulai terasa. Antara luapan gembira dan tenaga yang keluar untuk mengayuh sepeda membuat tubuh mulai butuh cairan pengganti. Namun, karena kami berlima puasa semua, tak ada satu pun yang berniat membatalkan puasa.

Entah, karena mereka malu atau memang masih kuat melanjutkan puasa, tak ada satu pun yang membahas haus ingin minum. Mungkinkah hanya aku yang merasakan karena kelelahan?

Sekolah yang kami tuju sudah terlihat pintu gerbangnya. Kami berhenti sesaat di depan pagar. Senang sekali rasanya, karena sebentar lagi pasti teman-teman mengajak pulang. Aku bisa istirahat dan tak membatalkan puasa.

Namun, salah seorang teman mengajak kami melanjutkan bersepeda hingga ke Pantai Kenjeran, jaraknya masih jauh. Kira-kira masih 8Km lagi. Padahal, tak seorang pun dari kami yang membawa uang.

"Bagaimana bisa masuk? Kita nggak ada yang bawa uang." Saya beralasan.

"Kita hanya lihat di depannya saja," jawabnya.

Hal itu disambut kata setuju oleh teman-teman yang lain. Hanya saya yang tidak setuju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun