Keuangan Liburan Menggerus Kebutuhan
Uang. Ketika keinginan hadir tanpa batas, uang meruntuhkan tembok kebutuhan. Berapapun batas keinginan, tak kan usai jawaban-jawaban ketimpangan. Uang untuk memenuhi kebutuhan, bukan memenuhi pikiran.
Sebenarnya segala keinginan dan kebutuhan bisa saja terpenuhi jika kondisi keuangan memang dalam batas berkecukupan. Bahkan karena yang dibutuhkan telah terpenuhi, keinginan sudah terlampaui, terkadang pamer kekayaan menjadi muara obsesi kehidupan. Manusia perlu dihargai dan menunjukkan bukti kehebatan di antara jutaan manusia lain.
Kebutuhan hidup
Padahal jika kita memahami arti kebutuhan, sebenarnya tidak lain adalah cara kita bertahan hidup, bertahan dengan situasi zaman, bertahan dalam berbagai tantangan. Kondisi keuangan sebenarnya hanya sebatas memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti makanan, tempat tinggal, pakaian, pendidikan, dan kesehatan.
Namun, jebakan keinginan pada akhirnya membawa banyak pilihan dan cenderung menumpulkan rasa dan kemampuan diri, misalnya, cenderung menentukan makan yang serba wah, memilih tempat tinggal yang begitu mewah, pakaian dengan merek tertentu, pendidikan tinggi luar negeri. Padahal, keuangan tak mencukupi, memaksakan keinginan. Di sinilah jebakan-jebakan pinjaman dan utang mulai menggerogoti pikiran.
Jebakan keinginan yang tidak otentik berdasar kebutuhan itulah yang pada akhirnya mendorong sifat serakah, gengsi, pamer, tidak peduli, dan melahirkan perilaku korupsi, pencurian, manipulasi, pencucian uang, atau mental peminta-minta.
Peristiwa sekitar kita
Banyak peristiwa yang menggambarkan bagaimana kehadiran keinginan telah meruntuhkan budaya luhur bangsa. Misalnya, peristiwa Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Iwan Kurniawan Hasyim, yang mengirimkan surat permintaan tunjangan hari raya (THR) kepada perusahaan bus PO Budiman Tasikmalaya. Iwan mengatakan, tujuan awal dikeluarkannya surat itu hanya ingin memberi tambahan bantuan Lebaran untuk anggotanya. (1)
Beredar juga sebuah surat edaran dari salah satu organisasi masyarakat (ormas) yakni Forkabi yang meminta dana tunjangan hari raya (THR) ke perusahaan di Kelurahan Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dalam surat itu juga tertulis tujuan ormas tersebut mengajukan permohonan THR kepada perusahaan, ingin mempererat kerja sama dengan perusahaan dalam hal keamanan.
(2)
Kepala Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Batang, juga menyebar surat permintaan bantuan Tunjangan Hari Raya (THR) tertanggal 29 Maret 2023. Surat kontroversial itu ditujukan pada para pengusaha yang ada di wilayahnya. Setelah beredar luas, Lurah Kasepuhan, Dirgahayu Riyadi mengaku tidak tahu aturan yang ada. Surat bermasalah itu menyebutkan jika instansinya tidak ada alokasi anggaran THR untuk pengurus LPMK, pamong, perangkat, dan anggota Linmas. (3)
Seorang warga Kota Bandung melaporkan menerima surat permohonan bantuan uang Tunjangan Hari Raya (THR) dari Ketua RW setempatnya. Ia mengeluhkan masalah ini yang selalu terulang setiap tahun khususnya menjelang Hari Raya Idul Fitri. Berdasarkan surat yang diterimanya, disebutkan uang THR itu akan diberikan kepada pengurus RW dan perangkatnya. (4)
Mengelola kebutuhan
Kebutuhan menjelang hari raya memang akan membengkak. Dana sosial yang terkadang tak terduga juga akan meningkat. Apalagi benturan gengsi dan harga diri terkadang melumpuhkan urat malu.
Pejabat meminta dana THR karena tidak ada anggaran, ormas memaksa dana THR untuk menyenangkan anggotanya, pejabat kelurahan, RW dan mungkin saja RT begitu mudahnya menulis secarik kertas dengan stempel institusi untuk meminta bantuan dana THR. Rasanya, keinginan-keinginan tanpa batas itu hadir untuk memuaskan kebutuhan diri. Padahal tanpa dana tambahan itu pun sebenarnya cukup sudah kebutuhan terpenuhi.
Maka, merawat keinginan dan kebutuhan dengan sumber keungan yang ada sebenarnya menjadi kunci bagaimana sebenarnya kita dicukupkan setiap hari. Yang kita kelola untuk segala kebutuhan adalah uang yang kita miliki bukan uang yang akan kita miliki. Bijak mengelola yang kita miliki adalah bersyukur atas kebaikan Tuhan di Hari Raya.
Jika saat hari raya kita mendapat tunjangan hari raya, gunakan itu sebagai bonus untuk orang-orang yang kita cintai. Jika tidak, kita pun pasti bisa memberikan sedikit dari apa yang kita miliki saat ini. Jika kita belum mempunyai apa-apa untuk orang yang kita cintai, doakan agar mereka mendapat bonus dari orang-orang lain yang mencintainya.