Mengenal Tradisi Ul-Daul dan Macet Jalur Mudik di Madura
Pulau Madura di Jawa Timur dikenal masyarakat luas hingga mancanegara dengan bermacam kesenian tradisional dan kuliner khasnya. Termasuk tradisi Ul-Daul yang menyemarakkan malam takbiran di Hari Raya Idul Fitri dan perayaan lainnya.
Mudik adalah tradisi pulang ke kampung halaman pada saat hari raya atau perayaan tertentu. Di Madura, mudik juga menjadi tradisi yang sangat penting, terutama saat Lebaran atau Idul Fitri.
Mudik di Madura biasanya dimulai sekitar seminggu sebelum lebaran dan berlangsung hingga beberapa hari setelahnya. Selama periode ini, jalan-jalan di Madura akan sangat padat oleh kendaraan, baik itu mobil, motor, atau bus.
Meskipun mudik di Madura dapat menyebabkan kemacetan dan peningkatan jumlah kendaraan di jalan raya, namun tradisi ini tetap dijalankan sebagai bentuk penghormatan dan kecintaan pada keluarga dan kampung halaman.
Mudik lebaran tahun 2023 ke Pamekasan-Madura sengaja bertepatan dengan malam takbiran. Niatnya menghindari puncak arus mudik yang biasanya terjadi dua atau tiga hari menjelang lebaran.
Benar saja, memasuki jalur Jembatan Suramadu hingga Kota Sampang, arus kendaraan relatif lancar. Titik-titik macet sekitar pasar tumpah Tanah Merah, Galis, dan Blega lancar dan tidak terjadi kemacetan sama sekali.
Memasuki Kota Sampang, arus kendaraan (utamanya roda empat) mulai padat merayap. Ternyata di Alun-Alun Trunojoyo akan digelar Pawai Takbir Keliling. Sehingga arus kendaraan menuju Kota Pamekasan dan Kota Sumenep dialihkan ke jalur alternatif.
Sesampainya di pusat Kecamatan Camplong, arus kendaraan tersendat dan macet. Penyebabnya pawai Ul-Daul atau Musik Daul yang memakan bahu jalan, sehingga kendaraan dari arah berseberangan harus menepi dan memberikan ruang cukup untuk konvoi Ul-Daul lewat.
Sembari menunggu jalur mudik tertib terurai oleh petugas kepolisian dan keamanan pawai, sajian Musik Daul nan rancak dapat dinikmati para pemudik.
Belum lagi tampilan kereta kencana dengan beraneka warna lampu dan ornamen khas ukiran Madura, menambah semarak hadirnya Pawai Musik Daul di Malam Takbiran.
Menarik untuk mengulik tradisi Musik Daul yang juga dikenal masyarakat dengan istilah Ul-Daul. Tradisi yang mulai dikenal luas di Masyarakat Madura selain Karapan Sapi.
Dikutip dari laman sampang.web.id, istilah Ul-daul sampai sekarang siapa awal pencipta dan pemberi nama belum diketahui. Sebagian orang berpendapat, kata Ul-daul, berasal dari kata "gaul", menjadi "ul-gaul", dan dipraktiskan menjadi "ul-daul".
Mengikuti tradisi proses pengucapan orang Madura, misal: sebutan anak laki-laki "kacong" tapi kerap dipanggil "encung", untuk perempuan "cebbhing", tapi juga dipanggil "embeng".
Hampir sama dengan tradisi Musik Kuntulan di Banyuwangi, konvoi Musik Daul di atas kereta kencana memanfaatkan berbagai alat musik.
Mulai dari rebana, tong-tong (alat musik bambu untuk tradisi sahur), kendang, kenong, gong, hingga tanjidor. Bahkan terompet juga saronen saling beradu nada menghasilkan bunyi musik nan asik dan rancak (dalam tempo cepat dan dinamis).
Sebagai tradisi yang berkembang luas di masyarakat Madura, pemerintah setempat mengakomodasi kekayaan budaya dalam bentuk "Festival Musik Daul" setiap tahun bertepatan dengan hari jadi daerah.
Melahirkan kelompok musik daul terkenal seperti Lanceng Sumekar dan Gong Mania di Sumenep. Lanceng Senopati di Pamekasan. Tera' Bulan dan Sekar Kedaton di Sampang.
Namanya tradisi berkesenian, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam memfasilitasi grup musik Ul-Daul. Biaya terkait pembuatan kereta kencana, kelengkapan peralatan musik hingga seragam bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Terkait dengan kondisi macet saat mudik lebaran, hindari puncak arus mudik yang terjadi di sekitar pasar tumpah Tanah Merah, Galis dan Blega. Biasanya terjadi saat puncak arus mudik, yaitu dua atau tiga hari menjelang lebaran.
Jika mudik bertepatan dengan malam takbiran, jangan kaget saat berpapasan dengan konvoi Musik Ul-Daul, akan menimbulkan kemacetan karena lebar kereta kencana memakan hampir semua bahu jalan.
Nikmati saja perjalanan, sebab ada petugas kepolisian dan panitia yang mengatur kelancaran lalu lintas saat mudik lebaran.