Bergembira sebagai Persiapan Menyambut Bulan Ramadhan, Hal Sederhana tapi Amat Bermakna
Imam izzuddin bin Abdissalam dalam kitab Maqhosidus shiyamnya mengutip salah satu hadis "man shaama Ramadhana Iimaanan wahtisaaban Gufiro lahuu maa faqoddama min dzanbihi yang artinya "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaqun Alaih).
3. Memalingkan Hawa Nafsu memperbanyak sedekah dan memeperbanyak keta'atan.
Menurut penjabaran imam izzuddin bin Abdissalam maksud puasa itu mengekang hawa nafsu, ialah karena lapar dan haus itu keduanya mampu mengekang hawa nafsu kemaksiatan hal ini senada denga hadis Baginda Nabi "yaa ma'ayarosy syabaab manis tato'tum minkumul baa'at falyatazawwaj fainnahuu aghoddlu lil basori wa ahahonu lilfaroj, wa man lam yastathi' fa'alaihi bisahoumi, fainnahuu wija'un yang artinya Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya menikah lebih bisa menundukan pandangan dan lebih mudah menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sesungguhnya puasa itu adalah penekan syahwatnya." (HR. Imam Bukhari).
4. Memperbanyak Sedekah
Menurut pendapat imam izzuddin bin Abdissalam
Falianna Sho'im idza jaa'a tadzakkaro maa 'indahu minal juu'i fahatstsahuu dzaalika ilaa ith'amil Jaa'i', sesungguhnya manusia apabila ia lapar ia akan mengingat rasa lapar, Hal itulah yang memberikan dorongan kepadanya untuk memberi makan pada orang yang lapar."
5. Memeperbanyak keta'atan
Dalam pendapat imam izzuddin bin Abdissalam dalam kitab Maqhosidus shiyamnya
Faliannahuu tadzakkaro juu'a alhlinnaari waddlama'ahum fahatstsahuu dzaalika 'alaa taktsiirit thoo'aati liyanjuu bihaa minan naa'ri, Karena puasa mengingatkan kelaparan dan hausnya ahli neraka. Hal itulah yang mendorong orang berpuasa memperbanyak ketaatan kepada Allah agar terselamatkan dari api neraka."
6. Bersyukur mengetahui kenikmatan tersembunyi
Imam izzuddin memberikan penjelasan dengan kalimat "idzaa shaama 'arofa ni'matallaahi 'alaihi fiisyiba'i war rayyi fasyakarohaa lidzaalika, fainna ni'ma laa yu'rofu miqdaarahaa illa bifaqdihaa yang artinya Ketika berpuasa, manusa menjadi tahu nikmat Allah kepadanya berupa kenyang dan terpenuhinya rasa haus. Karena itu mereka bersyukur. Sebab, kenikmatan tidak diketahui kadar/nilainya tanpa melalui hilangnya rasa nikmat itu (terlebih dahulu) .