Bergembira sebagai Persiapan Menyambut Bulan Ramadhan, Hal Sederhana tapi Amat Bermakna
Ada salah satu hadits yang cukup populer dikalangan para santri, namun cukuplah menjadi pengingat kita semua untuk mempersiapkan bulan Ramadhan, mudah-mudahan tulisan ini bisa termasuk kedalam Firman Allah SWT "Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran".(QS. Al-'Ashr ayat 3) serta sabda Baginda Rasulullah "sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat "(HR. Imam Bukhari).
Hadis tersebut berbunyi "Man fariha bidukhuuli ramadhaana harramallahu jasadahu 'alanniiroon.
Yang artinya Barang siapa yang bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya atas api neraka, " Wallahu a'lam bimuroodihi.
Perhatikanlah saudaraku hanya dengan bergembira saja menyambut bulan yang agung ini kita susah dijanjikan oleh baginda Rasulullah dengan haramnya jasad kita terbakar api neraka.
Namun pertanyaannya apakah kita bergembira dengan dengan datangnya bulan yang agung ini, apakah kita bergembira harus menahan lapar menahan haus, menahan untuk beresetubuh bagi suami istri yang mana itu semua merupakan hal-hal yang menyenangkan naluriah nafsu kita.
Penulis mengajak supaya kita semua bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan ini karena beberapa alasan, diantaranya disebutkan oleh imam izzuddin bin Abdissalam dalam kitab Maqhosidus Shiyamnya
1. Diangkatnya derajat
Hal ini berdasarkan pada ucapan baginda Rasulullah
"Idzaa Jaa a ramadhaana futihat abwaabul jannah wa ghuliqot abwaabun nanti wa shidifatisy syayaathinu yang artinya Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan pun dibelenggu." (HR Imam Muslim)
2. Dihapuskannya kesalahan
Imam izzuddin bin Abdissalam dalam kitab Maqhosidus shiyamnya mengutip salah satu hadis "man shaama Ramadhana Iimaanan wahtisaaban Gufiro lahuu maa faqoddama min dzanbihi yang artinya "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaqun Alaih).
3. Memalingkan Hawa Nafsu memperbanyak sedekah dan memeperbanyak keta'atan.
Menurut penjabaran imam izzuddin bin Abdissalam maksud puasa itu mengekang hawa nafsu, ialah karena lapar dan haus itu keduanya mampu mengekang hawa nafsu kemaksiatan hal ini senada denga hadis Baginda Nabi "yaa ma'ayarosy syabaab manis tato'tum minkumul baa'at falyatazawwaj fainnahuu aghoddlu lil basori wa ahahonu lilfaroj, wa man lam yastathi' fa'alaihi bisahoumi, fainnahuu wija'un yang artinya Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya menikah lebih bisa menundukan pandangan dan lebih mudah menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sesungguhnya puasa itu adalah penekan syahwatnya." (HR. Imam Bukhari).
4. Memperbanyak Sedekah
Menurut pendapat imam izzuddin bin Abdissalam
Falianna Sho'im idza jaa'a tadzakkaro maa 'indahu minal juu'i fahatstsahuu dzaalika ilaa ith'amil Jaa'i', sesungguhnya manusia apabila ia lapar ia akan mengingat rasa lapar, Hal itulah yang memberikan dorongan kepadanya untuk memberi makan pada orang yang lapar."
5. Memeperbanyak keta'atan
Dalam pendapat imam izzuddin bin Abdissalam dalam kitab Maqhosidus shiyamnya
Faliannahuu tadzakkaro juu'a alhlinnaari waddlama'ahum fahatstsahuu dzaalika 'alaa taktsiirit thoo'aati liyanjuu bihaa minan naa'ri, Karena puasa mengingatkan kelaparan dan hausnya ahli neraka. Hal itulah yang mendorong orang berpuasa memperbanyak ketaatan kepada Allah agar terselamatkan dari api neraka."
6. Bersyukur mengetahui kenikmatan tersembunyi
Imam izzuddin memberikan penjelasan dengan kalimat "idzaa shaama 'arofa ni'matallaahi 'alaihi fiisyiba'i war rayyi fasyakarohaa lidzaalika, fainna ni'ma laa yu'rofu miqdaarahaa illa bifaqdihaa yang artinya Ketika berpuasa, manusa menjadi tahu nikmat Allah kepadanya berupa kenyang dan terpenuhinya rasa haus. Karena itu mereka bersyukur. Sebab, kenikmatan tidak diketahui kadar/nilainya tanpa melalui hilangnya rasa nikmat itu (terlebih dahulu) .
7. Mencegah Keinginan Bermaksiat dan Berlawanan
Imam izzuddin bin Abdissalam berkata
"Faliannan nafsa idzaa syabi'at thamahat ilal ma'ashii wa tasyawwafat ilal mukhoolifaati, waidza jaa'at wadlami'at tasyawwafat ilal math'uumaati wal masyruubaati, orang yang kenyang memiliki kecenderungan lebih untuk bermaksiat (thamahat il al-ma'sh), tapi di saat lapar dan haus, fokusnya lebih pada, "tasyawwafat il al-math'mt wa al-masyrbt---mencari makanan dan minuman.
Demikian lah alasan-alasan mengapa kita harus bergembira menyambut datangnya bulan Ramadhan dan bukan hanya bergembira tetapi juga mempersiapkan diri menyambutnya denga sebaik mungkin karena kita tidak tahu kapan ajal kita dijemput oleh yang maha kuasa. Waalahu A'lam
Referensi
1. Imam izzuddin bin Abdissalam Al-Sulami, Maqhosidus shiyam, Qirsia : maktabah arraudhlah, hal 4-11.
2. Muhammad Afiq Zahara/nu.online. (2021, 15 April. Keutamaan Puasa di Bulan Ramadhan. diakses tanggal 10 Maret 2024, /https://www.google.com/amp/s/jabar.nu.or.id/amp/keislaman/keutamaan-puasa-di-bulan-ramadhan-DkjRU.