Tidak Ada Takjil di Manchester, Kisah Seorang Dosen Mengupgrade Diri
Hidangan kami adalah menu anak sekolahan yang praktis dan ekonomis, meskipun kami berada di kota yang terkenal, di Inggris.
Namun, ada momen-momen spesial yang kami nantikan setiap minggu. Sekali seminggu, kami akan bergabung dengan grup pengajian tarbiyah, sebuah komunitas yang hangat dan penuh kekeluargaan.
Di sana, kami berbuka bersama dan menikmati kebersamaan yang membawa rasa seperti di rumah sendiri. Gurunya, atau murabbinya, adalah Pak Sukamta, seorang anggota DPR dari PKS periode 2019-2024, yang dengan sabar dan penuh hikmah membagikan ilmu dan pengalamannya kepada kami.
*****
Kerinduan akan suasana takjil di Indonesia yang semarak memang terasa mendalam saat berada di Manchester. Di negeri pangeran Charles yang menganut sistem sekuler ini, bahkan azan yang berkumandang dari bangunan masjid pun tidak diizinkan dipancarkan ke lingkungan.
Barangkali ini yang ditiru oleh Menteri Agama di kabinet Presiden Indonesia saat ini. Dia lupa bahwa negeri bumi Pancasila ini tegas berdasarkan kepada Ketuhanan yang Maha Esa.
Segala kegiatan yang mendukung sila pertama ini adalah kehendak dasar kenapa negara Republik Indonesia ini dibangun. Kebebasan beragama dijadikan pijakan dalam mengelola negara, bukan pemikiran sesaat para pembisik yang akan merusak keharmonisan bangsa Indonesia.
*****
Hanya momen berbuka bersama teman-teman muslim saat pengajian yang menjadi penawar rindu, mengobati kerinduan akan suasana Ramadhan di tanah air.
Di UMIST, komunitas muslim memiliki tradisi berbuka puasa bersama yang diadakan di lantai dasar Main Building. Saya pernah bergabung dengan mereka, merasakan kehangatan komunitas yang berbeda.
Kami berbuka di ruangan yang multifungsi, tidak terlalu luas, yang pada hari-hari biasa menjadi tempat sholat lima waktu dan sholat Jum'at.