el lazuardi daim
el lazuardi daim Wiraswasta

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Mengurai Tanda Tanya Besar Tradisi Membunyikan Petasan di Bulan Ramadan

29 April 2022   03:29 Diperbarui: 29 April 2022   03:36 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengurai Tanda Tanya Besar Tradisi Membunyikan Petasan di Bulan Ramadan
Sebuah rumah hancur diduga karena petasan.Foto:Wahyu Priyanti/krjogja.com

Ramadan adalah bulan mulia dan penuh keberkahan.Ramadan merupakan bulan yang dinanti-nanti kehadirannya.Banyak kegiatan diagendakan untuk menghidupkan Ramadan.Tapi sebagian orang kebablasan dalam menyemarakkannya.

"Dhuerr !dhuerr ! Suara-suara keras nan memekakkan telinga ini sering terdengar di bulan Ramadan.Suara yang berasal dari ledakan petasan berbagai ukuran ini seolah merupakan menu wajib bagi sebagian kecil umat muslim di bulan Ramadan ini.

Suara-suara itu akan makin sering terdengar manakala Ramadan memasuki sepuluh hari terakhir hingga Lebaran datang.Khususnya pada malam hari. Dari sejak selesai melaksanakan shalat Tarwih (sekitar jam 21.00) sampai menjelang sahur suara-suara menggelegar itu terus menggema,bersahut-sahutan tanpa henti.

"Ini sudah menjadi tradisi sejak dahulu" kata mereka yang "melestarikan" tradisi yang satu ini.Mulai anak-anak sampai orang dewasa berlindung di balik kata tradisi ini. Dan karena alasan tradisi itu pula banyak warga masyarakat membiarkan hal itu terus berlangsung. Padahal kerugian dan bahaya yang ditimbulkan sangat besar.

Sudah sering kita dengar banyak korban berjatuhan akibat ledakan petasan.Mulai dari luka bakar sampai korban nyawa.Termasuk pula korban materi berupa kerusakan bangunan yang tak sedikit nilainya.Tapi sayangnya masih banyak yang tidak kapok dan bahkan makin bersemangat untuk membunyikan petasan di bulan suci ini.

Sebuah tanda tanya besar muncul mewakili sejumlah pertanyaan sehubungan dengan kebiasaan yang satu ini.Apakah membunyikan mercon atau petasan merupakan tradisi Islam? Apakah tradisi ini akan dibiarkan terus berlangsung? Bagaimanakah Islam memandang hukum membunyikan petasan ?

Konon kebiasaan membunyikan mercon ini adalah kebiasaan warga Tionghoa dalam merayakan Tahun Baru Imlek sebagai wujud kegembiraan dan sarana mengusir roh jahat.Kebiasaan ini kemudian diadopsi warga muslim sebagai kegiatan bersenang-senang.

Jadi tidak ada korelasi langsung antara Ramadan dan mercon.Karena sesuai tuntunan Rasulullah,kita umat Islam hanya diperintahkan untuk berpuasa,banyak beribadah dan beramal shalih selama Ramadan.

Berikutnya bagaimanakah Islam memandang hukum dari membunyikan petasan tersebut ?

Untuk menjawab pertanyaan ini kita bisa berpedoman pada Fatwa MUI no 31 tahun 2000 pada tanggal 23 Agustus 2010.

Disebutkan bahwa membakar,menyalakan,atau membunyikan petasan adalah kebiasaan buruk yang tak terdapat dalam Islam.Dan bahkan bisa tergolong haram karena merugikan orang lain dan bertentangan dengan ajaran Islam.

Beberapa poin utamanya adalah:

1.Kebiasaan menyalakan petasan adalah kebiasaan yang terdapat pada agama lain sebagai ritual mengusir setan.

Maka disini menyalakan petasan dianggap melakukan apa yang menjadi ritual di agama lain.Dan sebagai muslim hal-hal seperti itu harus dihindari.

2.Kebiasaan membakar petasan bersifat mubazir.

Apa yang dicari dari menyalakan petasan.Tak ada selain berhura-hura.Hanya kesenangan sesaat.

Hobi menyalakan petasan hanyalah sebuah hobi yang mubazir.Sedangkan berbuat mubazir itu dilarang oleh ALLAH.

Dalam surat Al-Isra ayat 26 ALLAH berfirman yang artinya:

"Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros"

Dan pada ayat 27 ALLAH berfirman lagi yang artinya :

" Sesungguhnya orang-orang yang mubazir (pemboros) itu saudara setan dan setan itu sangat ingkar pada Tuhannya"

Dua ayat diatas melarang kita berlaku boros karena merupakan prilaku setan yang ingkar pada Tuhannya.

Kalau kita mengaku hamba yang beriman berarti kita harus meninggalkan prilaku setan,bukankah begitu ?

3.Kebiasaan membakar petasan banyak mudaratnya.

Membakar petasan ada manfaatnya ? Ya,ada manfaatnya tapi sangat sedikit.Sebagai hiburan bagi penggemarnya.Tapi hanya sesaat saja.Sedangkan mudaratnya berkali-kali lipat lebih banyak dari manfaatnya.

Suara letupan petasan hanyalah suara berisik yang menimbulkan kekagetan dan mengganggu pendengaran.Apalagi kalau dinyalakan malam hari.

Dan suara-suara berisik itu bukanlah sesuatu yang kita inginkan.Yang kita butuhkan adalah ketenangan.Ketenangan ketika bekerja,beribadah maupun beristirahat. 

Selain itu kegemaran menyalakan petasan juga sering menimbulkan kerugian materi  berupa kerusakan bangunan dan bahkan cacat fisik maupun korban jiwa.Jadi,sangat jelas bukan,kalau mudaratnya amatlah besar?

Padahal dalam Islam kita diperintahkan untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa menimbulkan kerusakan atau kerugian,baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

"La dharaara wa la dhiraara"

Janganlah kamu melakukan hal yang membahayakan dirimu maupun orang lain.Demikian konsep yang diajarkan Nabi.

Sekarang timbul pertanyaan "apakah tradisi ini akan kita biarkan terus berlangsung atau segera kita akhiri ?"

Dari uraian-uraian diatas sudah dapat kita simpulkan bahwa kegemaran membunyikan petasan di bulan Ramadan harus segera diakhiri.Termasuk ketika menyambut Lebaran nanti.Alasannya sangat jelas.

Pertama,tradisi itu bukan tradisi Islam dan tak ada terkandung nilai-nilai keislaman di dalamnya.

Kedua,para ulama sudah sepakat mengharamkannya karena dinilai mubazir dan banyak mudaratnya.

Namun untuk menghentikannya secara total juga tidak mudah.Apalagi kalau tradisi itu sudah mengakar.Maka yang perlu dilakukan adalah membentuk kesadaran akan bahaya dari petasan tersebut serta memahami secara lebih mendalam poin-poin yang disebutkan diatas.Meyakinkan dalam hati bahwa menyalakan petasan itu bukan cara berbahagia,tapi sumber bencana.

Dalam skala lebih luas juga bisa dibuatkan peraturan untuk memberi sanksi berat pada mereka yang masih nekad menyalakan petasan.Baik itu aturan resmi dari pemerintah maupun kesepakatan antar warga dalam sebuah kawasan.

Yakinlah bahwa penerapan sanksi secara konsisten akan efektif menghentikan kebiasaan ini.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk berbahagia dan menghibur diri.Yang pasti,menyalakan petasan tidak termasuk salah satu diantaranya.

(EL)

Yogyakarta,29042022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun