Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.
Work, Life, Ibadah Balance: Sebuah Refleksi
Bahasan worklife balance umumnya menyoroti perlunya menciptakan lingkungan seimbang, antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Work-Life-Ibadah Balance, apa artinya?
Tiga dekade lalu saya bekerja di sebuah perusahaan. Manajemen memberikan pekerjaan yang membuat saya sibuk, sangat sibuk, demikian sibuk sehingga mengabaikan hakikat work-life balance (saat itu istilah ini belum dikenal).
Pada bulan Ramadan juga tetap sibuk. Bekerja hingga malam, sehingga saya sering tidak ikut salat tarawih berjamaah.
Tidak semua amalan di bulan Ramadan dipenuhi. Bolong-bolong tadarus Alquran. Tidak sempat ikut I'tikaf di Masjid.
Waktu itu, puasa selama Ramadan hanya mendapat lapar dan hausnya saja.
Kenapa bisa begitu? Panjang bila diceritakan.
Kekacauan menyeimbangkan pekerjaan, kehidupan, dan ibadah di atas setidaknya menyangkut:
- Buruknya pengelolaan waktu.
- Jadwal kerja yang tidak fleksibel,.
- Pihak manajemen yang kurang memerhatikan kebutuhan pegawai terhadap hubungan interpersonal (dengan keluarga, teman-teman).
- Perusahaan kurang tanggap terhadap kebutuhan pribadi pegawai (hobi, pengembangan diri, dan lainnya).
Keadaan pekerjaan pada waktu itu bisa jadi sangat berbeda dengan sekarang. Generasi kini bisa bekerja secara hibrid.
Berikut saya sampaikan cara-cara ditempuh demi mencapai keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan kegiatan ibadah di bulan Ramadan.
Uraian dibuat berkaca dari pengalaman tersebut di atas, sebagai berikut:
Diskusikan dengan pihak manajemen, menyangkut fleksibilitas kerja yang mengakomodir kebutuhan pegawai melaksanakan amalan-amalan selama Ramadan.
Membuat jadwal penyelesaian pekerjaan, pelaksanaan ibadah (wajib, sunnah, amalan-amalan) selama Ramadan, dan waktu berharga bersama keluarga.
Beri kesempatan bagi tubuh cukup istirahat, dalam rangka menjaga kesehatan fisik dan mental.
Mengelola stres. Mengembangkan cara-cara mengatasi tekanan yang mungkin timbul dari konflik antara pekerjaan dengan kehidupan pribadi.
***
Cara-cara di atas diupayakan demi menciptakan keseimbangan sehat antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan ibadah selama bulan Ramadan.
Demikian refleksi disampaikan.