panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com
Film Religi vs Film Persepsi religi
Pada suatu waktu, terlintas di timeline facebook saya, seorang kawan yang memprotes film yang mengisahkan kehidupan alm Buya Hamka. Ia sendiri memiliki hubungan khusus masih ada hubungan kerabat dengan keturunan Buya Hamka. Protesnya itu disampaikan terkait dengan penggunaan hijab/jilbab oleh pemeran istri Buya Hamka.
Menurutnya, pada saat itu, istri ataupun keluarga Buya Hamka mengenakan kerudung seperti layaknya wanita-wanita muslimah di jaman itu, yaitu mengunakan kerudung sampir, seperti yang dikenakan wanita muslimah di kalangan pesantren.
Sebut saja istri alm Kyai Hasyim Ashari, istri alm Wahid Hasyim, dan lain sebagainya dan belum mengenakan jilbab seperti yang banyak dikenakan saat ini. Jilbab yang banyak dikenakan seperti model yang sering digunakan saat ini baru mulai populer awal tahun 2000an. Sehingga tidak pas bila istri alm Buya Hamka mengenakan jilbab yang saat itu belum ada atau belum populer digunakan.
Ada lagi fenomena lain bila dilihat dari genre film. Film-film yang mengaitkan perilaku saat seseorang masih hidup dengan gambaran yang muncul saat seseorang meninggal dunia.
Bila yang ditampilkan adalah kejadian-kejadian negatif, maka, di dalam film itu, almarhum atau almarhumah sudah dianggap sebagai 'terkena azab'. Sehingga dalam konteks ini, kita sering menemukan film-film yang misalnya memuat kejadian jenazah jatuh saat ditandu menuju pemakaman - langsung disimpulkan ini adalah azab akibat perbuatannya di dunia.
Jenazah yang saat hendak dikubur, kuburannya harus ditambahkan panjang liang kuburnya karena si jenazah bertambah panjang sehingga lubang yang sudah dibuat tidaklah cukup, harus digali untuk memperluas makam, inipun sudah dicap dengan stigma alm/almh semasa hidupnya, bukanlah muslim/muslimah yang baik. Dan lain sebagainya.
Yang disampaikan di atas ini sangat jelas lebih mengarah kepada 'persepsi religi' yang diyakini oleh si pembuat film. Padahal, masalah azab yang dikaitkan dengan perilaku hidup alm/almh, itu merupakan domain Allah SWT.
Persepsi si pembuat film lah yang kemudian mencap bahwa itu adalah azab dan azab tersebut akibat perbuatannya di masa hidupnya. No, kita tidak ada yang mengetahui hal ini secara pasti. Hal-hal ghaib seperti ini merupakan domain Allah SWT untuk memberikan 'penilaian' terhadap manusia ciptaanNya itu, bukan sesama manusia, dan bukan juga si sutradara film ataupun produser filmnya.
Namun demikian, film-film religi tetap perlu untuk senantiasa dibuat dengan menggunakan sistem adult movie sebagai sarana dakwah dan pembelajaran, serta dibuat berdasarkan nilai-nilai ketentuan agama itu sendiri dan bukan kepada persepsi sutradara atau produser terhadap keyakinan agama yang diyakininya.
Bila melihat manfaatnya, maka beberapa manfaat dari film religi diantaranya:
1. Memberikan inspirasi dan motivasi kepada penontonnya, khususnya bagi mereka yang beragama. Film religi bisa menggambarkan nilai-nilai religius seperti keimanan, ketaqwaan, kesabaran, dan keikhlasan yang dapat memberikan inspirasi dan motivasi pada penonton.
Memberikan edukasi tentang agama, baik untuk orang yang sudah beragama maupun yang belum. Film religi bisa juga menjelaskan tentang ritual, tata cara beribadah, dan nilai-nilai keagamaan secara umum.
2. Film religi dapat pula membangun karakter positif - karena di dalam filmnya seringkali menggambarkan tokoh-tokoh dengan karakter positif yang dapat menjadi contoh bagi penonton. Karakter positif seperti jujur, sabar, rendah hati, dan berbakti dapat dijadikan sebagai inspirasi dalam membangun karakter yang baik.
3. Film religi dapat pula memberikan hiburan yang sehat dan positif. Karena tidak hanya memberikan hiburan secara visual, tetapi juga memberikan pesan moral yang dapat diambil oleh penonton.
Dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada yang menontonnya. Hal ini disebabkan film religi dapat menggambarkan situasi dan kondisi yang seringkali dihadapi oleh umat beragama, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan kecintaan pada agama.
Meskipun film religi memiliki manfaat, namun beberapa film religi juga dapat menimbulkan kontroversi, diantaranya:
1. Kontroversi mengenai interpretasi agama. Kadangkala film religi dapat menimbulkan kontroversi karena interpretasi agama yang berbeda-beda. Beberapa kelompok mungkin tidak setuju dengan interpretasi agama yang disajikan dalam film dan merasa bahwa itu tidak sesuai dengan keyakinan mereka.
2. Kontroversi mengenai kebenaran sejarah dapat pula menimbulkan kontroversi. Beberapa film religi yang mengambil cerita sejarah dari kitab suci atau tradisi agama tertentu dapat menimbulkan kontroversi mengenai kebenaran sejarah. Ada kemungkinan bahwa film tersebut melakukan interpretasi bebas dalam menggambarkan kisah sejarah atau memilih untuk mengabaikan beberapa fakta.
3. Film religius dapat pula menimbulkan kontroversi karena stereotipe yang muncul dalam film. Beberapa film dapat menggambarkan tokoh-tokoh atau kelompok-kelompok tertentu dengan cara yang sangat klise atau stereotipikal, yang dapat menyinggung perasaan orang yang merasa direpresentasikan secara negatif.
4. Kontroversi mengenai toleransi dan pluralisme yang digambarkan dalam film religi dapat menimbulkan kontroversi - karena kurangnya hal tersebut digambarkan dalam film. Hal ini dapat terjadi bila terlalu menekankan perbedaan agama atau menggambarkan agama lain dengan cara yang tidak akurat atau negatif.
5. Kontroversi mengenai unsur kekerasan dan kekerasan seksual yang dimuat dalam film religi yang tidak pantas atau tidak perlu. Kontroversi seperti ini dapat mengurangi kredibilitas film tersebut sebagai representasi agama atau nilai-nilai religius yang seharusnya dijaga.
6. Kontroversi bila film religi terlalu menekankan kepada aspek atau dibuat dengan tujuan komersial. Karena dianggap bahwa pembuatan film tersebut lebih kepada mencari keuntungan, bukan untuk menyampaikan pesan religius yang sebenarnya.
Maka lalu ada tips yang perlu diimplementasikan oleh penonton, misalnya: penonton selalu menganalisa film-film religi yang ditontonnya - apa nilai-nilai yang dapat diperoleh dari menonton film tersebut. Tips lainnya adalah, bila kita melihat bahwa dalam film tersebut lebih banyak persepsi si pembuat film/sutradara, jangan sampai menggoyahkan keyakinan yang sudah lebih dahulu kita yakini kebenarannya, dan hal ini sering dinamai dengan perlunya percaya diri dalam beragama.
Semoga bermanfaat.
#salamcerdas
#samber thr
#samber 2023 hari 5