Buyung Nurman
Buyung Nurman Lainnya

Orang biasa.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tradisi Masyarakat "Serawai" Bakar Tempurung Kelapa pada Malam 27 Ramadan, Apa Maknanya?

11 April 2024   09:54 Diperbarui: 11 April 2024   10:04 1407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Masyarakat "Serawai" Bakar Tempurung Kelapa pada Malam 27 Ramadan, Apa Maknanya?
Foto Tempurung Kelapa dibakar. sumber foto:  Isman Maasak Air Nipis Bengkulu Selatan. 

Bismillah,

Masyarakat Serawai adalah penduduk asli yang  tinggal  di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Seluma Provinsi Bengkulu mempunyai tradisi unik yaitu membakar tempurung kelapa pada malam 27 ramadan.

Ditengah kemajuan teknologi hari ini, dimana penerangan dengan menggunakan listrik sudah hampir merata di semua pelosok negeri, tapi tradisi unik ini masih tetap eksis.

Bahkan belakangan ini tradisi tersebut mendapatkan dukungan positif dari pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan dan Seluma (Seluma hasil pemekaran kabupaten Bengkulu Selatan).

Lalu seperti apa tradisi ini dilaksanakan?

Sebagaimana kebiasaan masyarakat di era dahulu kala, ketika ingin mengambil santan buah  kelapa untuk digunakan bahan berbagai masakan atau diolah menjadi minyak kelapa.

Maka buah kelapa dikupas dengan membuang  kulitnya, yang dinamakan sabut, lalu dibelah menjadi dua bagian dan daging buah yang  masih melekat pada batok atau tempurungnya dikukur/diparut  dengan alat khusus yang disebut dengan kukughan (parutan).

Dengan cara begitu praktis tempurung kelapa masih tetap utuh menjadi dua bagian dan tempurung inilah nanti yang akan dibakar pada malam 27 ramadan.

Bagaimana Tekniknya?

Beberapa hari lagi menjelang malam 27 ramadan, tempurung kelapa yang sudah cukup banyak terkumpul tersebut dijemur pada sinar matahari agar tempurung benar-benar kering.

Kemudian tempurung-tempurung tersebut diberi lobang agar dapat dengan mudah  disusun di sebuah tonggak atau tajar kayu yang sudah disiapkan, dengan ketinggian  1,5 -2 meter dan ini dibuat sehari atau dua hari sebelum malam 27 ramadan.

Lokasi pemasangan tonggak/tajar biasanya di halaman depan rumah masing-masing, dan bagi yang memiliki stok tempurung cukup banyak maka mereka akan membuat lebih dari satu.

Tempurung mulai dibakar dari bagian atas dan akan terus merambat kebawah pada waktu maghrib tanggal 26 ramadan, sehingga kondisi depan rumah kelihatan terang dan bersinar cukup lama, tergantung panjang pendeknya  tonggak atau tajar karangan tempurungnya.

Apa maknanya?

Tradisi ini erat kaitannya dengan adanya satu malam yang istimewa yang terjadi selama bulan ramadan yaitu Lailatul qadar. 

Merujuk kepada hadist-hadist yang sohe bahwa malam Lailatul qadar terdapat pada 10 malam di akhir bulan ramadan serta ditegaskan lagi pada malam-malam ganjil dan masih dari rujukan hadist diyakini pada malam 27 ramadan.

Oleh karena itu untuk menyambut turunnya malam yang lebih baik dari beribadah 1000 bulan itu beserta para malaikat maka untuk memudahkan " jalannya "diadakan "lampu" penerangan.

Terlepas dari keyakinan itu, bahwa tradisi ini diera dulu banyak dampak  positifnya, karena belum adanya penerangan listrik maka malam itu suasana lingkungan nampak terang bersinar dan memudahkan masyarakat untuk keluar rumah.

Disamping itu " bara api " tempurung yang dibakar tersebut oleh muda mudi diera dulu. dimanfaatkan untuk menyeterika pakaian yang nanti akan dikenakan pada hari lebaran, tak heran bila malam itu disetiap rumah ada yang menyeterika (menggosok) pakaian kesayangannya.

Juga lingkungan disekitar tempat tinggal masyarakat terbebas dengan limbah tempurung kelapa yang berserakan, karena pohon kelapa relatif banyak dan umumnya penduduk " serawai " senang makan gulai bersantan.

Majulah kita semua. # BN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun