Bukber Virtual, Lebih dari Sekadar Normal Baru
Kondisi tersebut mengemuka dalam ketakutan dan kekhawatiran berlebihan. Merasa tidak bisa rileks dan nyaman. Mengalami gangguan tidur, hingga kewaspadaan berlebihan. Demikian penjelasan dr Lahargo Kembaren, Psikiater dari PDSKJI.
Dokter Lahargo menggarisbawahi sejumlah gejala cemas yang paling utama dialami adalah merasa sesuatu yang buruk akan terjadi, cemas berlebihan, mudah marah atau jengkel, hingga tak terlihat santai. Sementara itu, gejala depresi utama yang mayoritas dialami adalah gangguan tidur, kurang percaya diri, lelah tidak bertenaga, hingga kehilangan minat.
Situasi tersebut dialami para responden pada separuh waktu dan hampir sepanjang hari dalam dua minggu terakhir. Tidak hanya itu, Lahargo mengatakan sekitar 80 persen responden mengalami trauma psikologis terkait Covid-19.
"Sebanyak 80 persen orang memiliki gejala stres pascatrauma psikologis karena mengalami atau menyaksikan peristiwa tidak menyenangkan terkait COVID-19. Dari responden yang mengalami trauma psikologis tersebut, 46 persen mengalami gejala berat, 33 persen gejala sedang, 2 persen gejala ringan, dan 19 persen tidak ada gejala."
Gejala stres setelah trauma paling menonjol adalah merasa berjarak dan terpisah dengan orang lain, dan terus dihantui perasaan awas, berhati-hati, dan berjaga-jaga. Selain itu, merasa seperti mati rasa, mudah kesal dan amarah gampang meledak, sulit tidur, hingga gangguan konsentrasi.
Memang patut diteliti lebih jauh fakta di atas. Di antaranya mencari tahu sebab utama berbagai masalah tersebut. Apakah semata-mata karena kekhawatiran tertular Covid-19, takut meninggal dan kehilangan anggota keluarga, atau tersebab dampak turunan pandemi seperti ancaman PHK, penurunan pendapatan, hingga ketidakpastian di masa depan, termasuk setelah pandemi?
Namun demikian, ada satu hal yang bisa dikonklusi. Pandemi ini memang memberikan dampak luas. Menjadi pemicu "multiple stress" pada kehidupan banyak orang.
Melansir Kompas.com (10/05/2020), Asisten Direktur di Pusat Studi Stres Traumatis Uniformed Services University of the Health Sciences AS, Joshua Morganstein, M.D. mengatakan ketidakpastian tersebab pandemi membuat emosi seseorang gampang terganggu.