charles dm
charles dm Freelancer

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mengajarkan Anak Ibadah Puasa, Relevansi Praktis Hari Pendidikan Nasional

2 Mei 2021   23:12 Diperbarui: 2 Mei 2021   23:32 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajarkan Anak Ibadah Puasa, Relevansi Praktis Hari Pendidikan Nasional
Ilustrasi anak-anak berbuka puasa: verywellhealth.com

Sebagai sebuah proses, mengajari anak berpuasa memang tidak mudah. Seorang anak memang tidak harus berpuasa sebelum mencapai pubertas. Namun begitu, tidak ada kata terlalu dini untuk mulai mempersiapkan anak-anak. Beberapa strategi dan pertimbangan ini sekiranya bisa dipraktikkan.

Pertama, ada ungkapan "practice makes perfect." Cara terbaik untuk mengasah keterampilan atau membuat satu lebih baik adalah dengan berlatih tanpa henti. Latihan akan membuat sempurna.

Demikian juga bisa diterapkan pada anak untuk mulai mengajak mereka berpuasa. Anak-anak perlu dilatih untuk berpuasa melalui proses bertahap. Misalnya mulai dari durasi tiga jam, lalu meningkat menjadi lima jam, lantas setengah hari. Pada waktunya, mereka akan mampu menghadapi tantangan berpuasa selama sehari penuh.

Peran penting orang tua mendampingi anak berpuasa. Ilustrasi dari: www.klikdokter.com
Peran penting orang tua mendampingi anak berpuasa. Ilustrasi dari: www.klikdokter.com

Kedua, orang tua perlu memperhatikan asupan selama anak berpuasa. Bagaimanapun mereka sedang dalam tahap pertumbuhan. Perlu memperhatikan gizi seimbang.

Pada waktu yang sama, orang tua perlu mengontrol pola konsumsi sang anak. Jangan sampai asupan makanan didominasi oleh unsur-unsur yang bisa mengganggu kesehatan, atau bahkan mengganggu puasa. Misalnya, makanan asin dan manis berlebihan yang bisa meningkatkan rasa haus.

Sebagai gantinya, baiknya menyediakan makanan tinggi serat dan protein. Tujuannya untuk membuat mereka bisa kenyang lebih lama.

Ketiga, tidak ada salahnya memberikan penghargaan kepada anak. Melalui sistem "reward" yang jelas, sang anak tentu akan terpacu untuk mencapai tujuan. Misalnya saja bila anak bisa berpuasa teratur selama beberapa hari, atau seminggu, dengan durasi yang konsisten, maka kepada mereka akan diganjar hadiah tertentu.

Hadiah tidak harus mahal. Tidak juga berupa mainan semata. Bisa jadi hadiah itu dalam bentuk makanan ekstra yang menjadi kesukaan mereka. Hal ini tentu akan memacu sang anak bersemangat menjalani hari-hari puasa selanjutnya.

Keempat, sebagai bagian dari sistem penghargaan, setiap perkembangan anak dalam berpuasa harus tetap berada dalam pantauan dan pengamatan orang tua. Bila perlu orang tua membuat kalender warna-warni untuk menandai setiap perjalanan puasa sang buah hati.

Kalender itu bisa di tempel di dinding yang juga bisa dilihat sang anak. Untuk setiap hari yang berhasil dilalui dengan sukses bisa ditandai dengan stiker menarik dan kata-kata penyemangat. Hal seperti ini tentu memantik rasa percaya diri dan membuat sang anak merasa dihargai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun