charles dm
charles dm Freelancer

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Dari Pengalaman Pribadi, 4 Kunci Hobi Badminton Tetap Tersalurkan selama Ramadan

13 April 2023   23:08 Diperbarui: 13 April 2023   23:13 1652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari Pengalaman Pribadi, 4 Kunci Hobi Badminton Tetap Tersalurkan selama Ramadan
Rutinitas berolahraga bisa tetap dijalankan di bulan Ramadan: dokumen pribadi

 

Saya tidak hanya suka mengikuti perkembangan badminton baik dari dalam mupun luar negeri, lalu menulisnya secara khusus di Kompasiana, juga menjadi penggemar aktif yang ikut menikmati permainan itu secara langsung.

Hampir tiada minggu berlalu tanpa meluangkah satu sampai dua jam melantai di satu-satunya gelanggang olahraga badminton yang letaknya tak lebih dari sepelempar batu jauhnya dari kediaman saat ini di Sawangan, Depok, Jawa Barat.  

Tidak terkecuali di bulan Ramadan. Kami berempat bahkan sudah sebelum bulan puasa tiba berkomitmen untuk terus menyalurkan hobi mengayunkan raket itu.

Lantas, bagaimana kami bersiasat agar hobi itu tetap tersalurkan pada periode yang terbilang menantang ini?

Hormon kebahagiaan

Kami sadar bermain badminton khususnya dan berolahraga umumnya selama bulan Ramadan bukan perkara mudah.

Selama sebulan penuh banyak hal ikut berubah. Mulai dari pola makan, aktivitas, sampai olahraga, ikut berubah.

Biasanya orang yang berpuasa memilih mengurangi aktivitas berat dan lebih memilih untuk bersantai. Olahraga sebagai salah satu aktivitas yang cukup menguras energi terkadang masuk dalam daftar kegiatan yang sejauh dapat dikurangi bahkan dihindari.

Padahal, olahraga selama puasa pun tidak tanpa manfaat. Sederet pengaruh positif bisa dirasakan, setidaknya yang saya dan rekan-rekan saya alami hingga saat ini.

Pertama, olahraga selama Ramadan terbukti mampu menjaga kebugaran fisik dan meningkatkan kekebalan dan daya tubuh sehingga tidak gampang terserang penyakit.

Kedua, menjaga berat badan agar tetap ideal. Ada kecenderungan berat badan akan meningkat selama ramadan lantaran pola konsumsi ikut berubah.

Dengan berolahraga, harapan untuk tetap memiliki bentuk tubuh dan berat badan yang diinginkan niscaya bisa tercapai.

Ketiga, setelah berolahraga, selain tubuh menjadi lebih segar, juga rasa lelah yang datangnya tak terhindarkan. Pada situasi seperti ini tubuh membutuhkan kompensasi berupa waktu istirahat yang cukup. Saat itu, biasanya kita akan menikmati jam-jam malam yang nikmat.

Keempat, dengan menyalurkan hobi selama Ramadan, semangat berpuasa kian terpacu. Teman-teman yang tetap bersemangat berolahraga mengakui "mood" mereka untuk menjalankan kewajiban agama ikut terdongkrak.

Secara ilmiah, hal tersebut sudah terbukti. Sebab, saat berolahraga, tubuh akan mengeluarkan endorphin atau hormon kebahagiaan.

Melansir alodokter.com, hormon ini dihasilkan kelenjar pituitari yang ada di dalam otak. Hormon ini bisa distimulasi melalui berbagai hal mulai dari makanan, meditasi, tertawa, juga olahraga.

Sejumlah tip

Banyak manfaat bisa didapatkan dari berolahraga, termasuk bermain badminton di bulan Ramadan. Namun, menyalurkan hobi ini tidak bisa dilakukan secara serampangan. Tubuh bisa mengalami dehidrasi yang dampaknya bisa sangat fatal.

Lantas, bagaimana seharusnya bersiasat?

Pertama, pilih waktu yang paling cocok.

Sebelum bulan Ramadan, kami biasanya meluangkan waktu pada pagi hingga siang hari di akhir pekan. Jadwal tersebut harus kami ubah.

Kami menyadari waktu tersebut tidak cocok dijalankan selama bulan puasa. Ancaman kekurangan asupan cairan mengintai di depan mata.

Setelah masing-masing mengukur kondisi dan kemampuan diri, kami pun bersepakat untuk meluangkan waktu berolahraga setelah berbuka puasa, tepatnya setelah salat Tarawih.

Bagi kami ini adalah waktu terbaik. Sebelumberolahraga kami sudah mengisi asupan energi yang sudah hilang. Lalu setelah itu masih bisa makan dan mium untuk memulihkan dan menghidrasi tubuh.

Bisa saja perubahan jadwal ini tidak berlaku untuk semua orang. Yang hendak ditekankan di sini adalah kecakapan memilih waktu yang paling cocok untuk masing-masing orang.

Selain jam di atas, ada kemungkinan mengambil waktu di sore hari sebelum berbuka atau pada pagi hari.

Aksi dan reaksi saat bermain bulu tangkis di bulan Ramadan: foto dokpri
Aksi dan reaksi saat bermain bulu tangkis di bulan Ramadan: foto dokpri

Kedua, kami sadar bermain badminton saat puasa tidak bisa dilakukan dengan durasi dan intensitas seperti sebelumnya.

Kami perlu menyesuaikan dengan kondisi tubuh. Bila biasanya kami bisa sampai menghabiskan lebih dari satu jam, saat puasa kami sengaja menguranginya menjadi 45 menit.

Yang terpenting adalah hobi tetap tersalurkan dan tubuh bisa menjadi sehat. Bukannya justru mendatangkan kelelahan dan ekses lainnya.

Ketiga, memperhatikan asupan makanan dan waktu istirahat.

Berolahraga saat puasa perlu didukung dengan pola hidup konstruktif. Asupan makanan kaya nutrisi dan waktu istirahat perlu mendapat perhatian serius.

Jangan pernah melewatkan makan saat sahur agar ibadah puasa dan aktivitas lainnya seperti olahraga bisa terlaksana.  Saat-saat tersebut bisa diisi dengan makanan kaya protein, serat, vitamin, dan mineral yang bisa ditemukan dalam lauk-pauk, sayur-mayur, dan buah-buahan.

Tetap terhidrasi

Keempat, hidrasi adalah kunci penting lainnya. Selama bulan Ramadan ancaman dehidrasi selalu mengintai. Jelas olahraga akan terasa lebih sulit dan tubuh akan cepat lelah.

Kita bisa menyiasati dengan menggandakan hidrasi saat berbuka puasa hingga sahur. Minum air putih yang cukup saat berbuka dan saat sahur, atau pada waktu di antaranya.

Kami tidak akan pernah lupa membekali diri dengan air putih yang cukup. Biasanya kami membawa satu liter air, saat puasa kami menambahnya menjadi dua liter air.

Selama berolahraga kami rutin mengambil jeda yang cukup Panjang di setiap akhir set. Tujuannya untuk mendapat waktu istirahat yang cukup dan menghidrasi tubuh sebelum melanjutkan pertandingan.

Setelah berolahraga pun pekerjaan rehidrasi tidak akan berhenti. Sesungguhnya soal hidrasi ini tidak hanya datang dari air, tetapi juga buah dan sayuran yang kaca cairan. Berbagai pilihan itu bisa dinikmati saat berbuka puasa dan sahur.

Beberapa sayur dan buah yang mengandung kadar air yang tinggi adalah semangka, jeruk, apel, timun, tomat, dan bayam. Biasanya, kami tidak hanya membawa air minum, tetapi juga beberapa jenis buah di atas.

Selalu waspada

Patut diakui, saat berolahraga terkadang ego lebih mendominasi. Nafsu mengayunkan raket terkadang sulit dikendalikan.

Sementara itu, tubuh tidak bisa selalu dipaksakan. Tiap-tiap orang perlu mengenali tubuhnya secara baik, termasuk mewaspdai tanda-tanda dehidrasi.

Dari berbagai literatur, disebutkan sejumah isyarat tubuh mengalami dehidrasi. Bila mengalami salah satu atau beberapa dari gejala ini maka baiklah untuk mengambil waktu istirahat.

Merasa pusing, kelelahan, warna urin menjadi gelap, merasa sangat haus, mulai, kram otot, hingga detak jantung cepat.

Bagi Anda yang berolahraga saat puasa apakah pernah sampai mengalami tanda-tanda seperti itu? 

Bila ya, sebaiknya lebih awas dan perlu mengevaluasi diri. Kami akan memutuskan mengakhiri agenda badminton bila salah satu dari antara kami mengalami salah satu gejala di atas.

Jangan terlalu memaksakan diri. Olahragalah secukupnya. Sesuaikan dengan kondisi tubuh. Banyak jenis olahraga ringan yang bisa dipilih (jogging, stretching, jalan, atau senam ringan) dengan dampak positif bagi tubuh yang tidak bisa dianggap remeh seperti menjaga kebugaran dan semangat selama menjalani masa-masa yang sangat menantang tetapi penuh rahmat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun