Tetap Sehat dan Fit saat Berpuasa bagi Penderita Diabetes
Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Bagi orang yang sehat, berpuasa mungkin bukan menjadi problem, terutama dalam hal fisik, godaan puasa bagi orang sehat lebih kepada persoalan imannya. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan orang sehat pun bisa gagal menjalankan ibadah puasa karena melakukannya secara sembarangan.
Lain pula halnya dengan orang yang tidak sehat, seperti misalnya orang yang menderita penyakit gula atau diabetes yang biasa disebut diabetesi. Berpuasa bagi diabetesi bukanlah hal yang mudah mengingat begitu banyak yang harus dikontrol dan dikendalikan oleh mereka, mulai dari penyakitnya sendiri, jenis makanannya, jumlah makanannya dan waktu memakannya termasuk waktu mengkonsumsi obat diabetesnya. Namun demikian, orang dengan diabetes bukan tidak mungkin dapat menjalankan ibadah puasa dengan tetap sehat dan lancar, karena mereka melakukannya secara tepat.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa penyakit diabetes adalah dimana kadar glukosa di dalam darah cukup tinggi yang disebut dengan hiperglikemia. Bagi diabetesi, shaum itu tidak bisa dilakukan sembarangan. Kontrol terhadap kadar gula darah menjadi hal yang mutlak, jika kadar gula atau glukosa di dalam darah sudah terlanjur tinggi maka berpuasapun tidak serta merta dapat menurunkan kadar gula darah tersebut, bahkan dengan tingginya kadar gula darah menjadikan semua rencana puasa bisa buyar dan batal.
Penyakit diabetes berkaitan erat dengan insulin, ada diabetesi yang memang tidak memiliki insulin (diabetes tipe 1) ada pula yang memiliki insulin tetapi insulinnya tidak cukup atau tidak dapat bekerja dengan baik untuk memproses glukosa menjadi energi (diabetes tipe 2). Ada pula yang disebut diabetes gestasional yaitu kondisi kadar gula darah yang tinggi dan hanya terjadi pada wanita hamil.
Bagi penderita diabetes yang sedang kambuh alias mengalami hiperglikemia salah satu cirinya adalah terus merasakan lapar meski sebenarnya sedang kenyang. Ini karena kurangnya insulin pada tubuh membuat sel tubuh tidak dapat menerima energi dalam jumlah yang dibutuhkan untuk beraktivitas. Sehingga sel akan terus mengirimkan sinyal ke otak meminta makanan meskipun sebenarnya makanan yang dikonsumsi telah cukup banyak, namun sel-sel tubuh tetap merasa kelaparan. Kondisi sering merasakan lapar oleh penderita diabetes ini dalam istilah medis disebut sebagai polyphagia.
Begitu juga halnya, ketika terdapat kadar glukosa yang terlalu tinggi di dalam darah. Ginjal akan bekerja dengan keras untuk mengeluarkan kelebihan glukosa yang terdapat di dalam darah tersebut melalui urine. Semakin banyak glukosa yang akan dikeluarkan, maka akan semakin banyak juga cairan tubuh yang diserap oleh ginjal untuk dijadikan urine. Inilah yang menjadi salah satu sebab mengapa orang dengan diabetes sering merasakan haus yang berlebihan. Dalam medis, rasa haus yang berlebihan ini disebut dengan polidipsia.
Selain itu hiperglikemia akan menyebabkan penderitanya merasa lemas dan lelah. Sindrom mudah lelah pada pasien diabetes yang terjadi akibat berbagai faktor disebut diabetes fatigue syndrome (DFS). Ini salah satunya dikarenakan tubuh tidak memiliki cukup insulin atau insulin tidak bekerja efektif dalam tubuh, hingga gula dalam darah tidak bisa masuk ke dalam sel tubuh. Akibatnya, sel tubuh tidak bisa menerima energi yang dibutuhkan. Inilah yang membuat penderita diabetes lebih mudah lelah dan lemas.
Sebagai diabetesi yang sudah cukup lama (lebih dari 15 tahun) saya sudah cukup merasakan asam garam bagaimana lika-liku penderita diabetes dalam menjalankan ibadah puasa. Secara umum penderita diabetes yang "terkontrol" tidak masalah dalam menjalankan ibadah puasa, namun untuk menjadi "terkontrol" ini yang merupakan masalah karena itu tidak mudah. Semua tantangan berat puasa, merasa (sangat) lapar, merasa (sangat) haus dan merasa (sangat) lemas akan dirasakan oleh penderita diabetes yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.
Yang harus dimiliki oleh diabetesi adalah mengetahui dan memahami penyakitnya. Sebagai penderita diabetes saya bisa tahu kadar gula darah saya sedang tinggi tanpa perlu memeriksa kadar gula, walaupun saya punya alat glukometer. Sebenarnya saya bisa tahu dan diabetesi lainnya juga pasti tahu bahwa kadar gula darah pasti akan naik jika kita melakukan ini dan itu, tetapi yah itu tadi kontrol diri yang sulit untuk dilakukan, dan setiap orang tidak sama.
Puasa adalah ibadah pengendalian diri, mengendalikan diri dari segala hal yang bisa membuat jasmani dan rohani rusak. Hikmah puasa bukan saja menyangkut hawa nafsu secara rohani dan spritual, tetapi juga jasmaniah seperti misalnya pengendalian diri terhadap pantangan bagi kesehatan termasuk pantangan dari penyakit diabetes. Dengan melaksanakan puasa secara total (meninggalkan semua larangan dan menjalankan semua perintah) meninggalkan larangan disini termasuk larangan bagi penderita diabetes yang dapat menyebabkan diri sakit (karena tidak mengindahkan pantangan) juga termasuk perbuatan dosa.
Bagi diabetesi jika ingin tetap fit dan sehat saat berpuasa, ikuti cara dan kebiasaan berpuasa Rasulullah, disitulah terdapat sebaik-baik petunjuk tentang kesempurnaan puasa yang oleh Rasulullah dikatakan bahwa berpuasalah kamu niscaya kamu akan sehat.
Rasulullah jika berbuka puasa didahului dengan kurma, bagi penderita diabetes pantangan utamanya adalah makanan manis. Nah, kurma walaupun manis tetapi menurut studi dari Nutrition Journal menyebutkan nilai indeks glikemik kurma berkisar di antara 44-45. Nilai GI yang berada di bawah angka 55 ini termasuk rendah, index glikemik rendah ini artinya tidak cepat menaikkan kadar gula darah apalagi jika dikonsumsi dengan jumlah yang tidak berlebihan (3 biji) sebagaimana kebiasaan nabi. Kuncinya disini adalah jangan makan makanan manis yang index glikemik (IG) tinggi yaitu yang diatas 55, seperti minuman sirup, susu kental manis, gula pasir dan lain-lain.
Nabi Muhammad terbiasa makan lebih sedikit untuk mencegah sakit penyakit. Beliau mencontohkan praktik makan atau mengisi perut dengan 1/3 makanan, 1/3 minuman (cairan) dan 1/3 nafas (udara). Dengan konsumsi yang tidak berlebihan seperti ini kadar gula darah pasti akan terkontrol apalagi dengan diintervensi oleh penggunaan obat-obatan, misalnya Metformin.
Nabi juga mencontohkan untuk makan dengan perlahan. Makan perlahan akan membantu proses pencernaan menjadi lebih baik dan sempurna, sehingga meski makan dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi terasa kenyang. Seperti dilansir dari Connect Muslim Pro, kebiasaan ini ternyata didukung secara ilmiah. Bahwa perlu waktu sekitar 20 menit untuk otak mengirim sinyal kenyang.
Rasulullah juga mencontohkan dalam kebiasaannya sahur dengan air putih. Artinya hindari minum minuman manis seperti teh, kopi, susu dll, meskipun tidak memakai gula, tetapi air putih lebih sehat dan terbukti bisa menurunkan asam lambung. Selain itu air putih juga berfungsi melarutkan kotoran dalam tubuh hingga bisa dibuang melalui urine atau keringat.
Berikutnya adalah tidur cukup, yang merupakan salah satu kunci hidup sehat selain asupan makanan bergizi dan aktivitas fisik. Rasulullah SAW tidak pernah kurang tidur atau tidur berlebihan. Berbagai penelitian ilmiah pun mengaku bahwa tidur lebih awal bisa menjaga stabilitas berat badan dan menghindari masalah lebih serius seperti diabetes, obesitas dan penyakit jantung.
Terakhir adalah menjaga tubuh mesti tetap aktif termasuk selama Ramadhan. Rasulullah sangat menjaga kebugaran tubuhnya. Kurang gerak akan menjadikan tubuh tidak dapat mengolah glukosa dalam darah menjadi energi yang pada akhirnya lama kelamaan bisa menyebabkan obesitas, diabetes dan penyakit lainnya.