4 Hal Ini yang Menjadi Magnet Budaya Mudik di Masyarakat
Mudik telah menjadi fenomena bangsa kita. Sebagai fenomena, maka segenap dinamikanya selalu menyisakan cerita panjang baik secara sosial, budaya maupun ekonomi. Bahkan jika dicermati akhir-akhir ini mudik identik dengan "parade motor dan mobil". Sehingga setiap momen mudik selalu diwarnai kemacetan dan kesemrawutan arus lalu lintas.
Mudik akhirnya berhasil "memaksa" munculnya segenap kebijakan yang mengantisipasi mudik agar membawa maslahat bagi umat. Sebab kenyataannya fenomena mudik juga membawa dampak hilangnya nyawa para pemudik.
Pemandangan padat manusia di setiap momen mudik selalu kita lihat. Terutama di sentral-sentral tranportasi seperti stasiun Kereta Api, bandara, penyebrangan lintas pulau, jalan-jalan protokol. Bahkan dulu terminal bus pernah mengalami kejayaan dalam hal tumpah ruahnya manusia.
Kemudian muncul pertanyaan, magnit apa saja yang dapat mendorong munculnya fenomena mudik di tanah air? Hal inilah yang perlu didiskusikan.
4 Magnit Pendorong Mudik
Ada beberapa hal yang menjadi magnit muncul dan berkembangnya mudik di tengah masyarakat. Berberapa hal tersebut ada yang bersifat emosional, sosial maupun budaya.
1) Idul Fitri
Mudik memang identik dengan hari raya idul fitri. Momen itu ditandai dengan temu keluarga (khususnya bertemunya orang tua dengan anak-anaknya) untuk saling memaaafkan. Anak "sungkem" kepada kedua orang tua dan yang muda meminta maaf kepada yang lebih tua. Jadi tradisi saling maaf-maafan sangat terasa pada momen idul fitri. Sampai-sampai muncul kesan bahwa maaf itu momen yang digunakan hanyalah idul fitri.