Ramadan 2013, Saya Akhirnya Berjilbab
Akhirnya dalam mimpi itu saya menangis meraung-raung. Menyesal karena tidak mengenakan jilbab. Saya berjanji, bila diberi kesempatan, saya akan mengenakan jilbab. Terus tiba-tiba saya terbangun. Namun, esoknya, lusanya, saya tetap belum mengenakan jilbab hehe.
Lalu, Mengapa Akhirnya Berjilbab?
Mama saya meninggal pertengahan 2010 lalu. Sejak mama saya meninggal saya kerap dihantui rasa bersalah. Saya selalu teringat hadist mengenai tiga amalan yang akan terus mengalir meski kita sudah meninggal.
"Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh." (HR. Muslim nomor 1631).
Saya berpikir, kalau saya tidak berjilbab, saya khawatir tidak termasuk anak yang salih. Terus, saya kepikiran, mama saya dapat tambahan amalan dari mana? Padahal anaknya hanya lah saya seorang.
Akhirnya saya mantap berhijab juga sekitar tiga tahun setelah mama saya meninggal. Entahlah, mengapa memerlukan waktu selama itu.
Mengapa Berhijab di Bulan Ramadan?
Mungkin waktunya pas. Saat Ramadan iman setiap muslim umumnya berada di level tertinggi. Sehingga, saya pun tergerak untuk menjalankan salah satu perintah Allah yang disampaikan melalui Al Quran.
"Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin supaya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al Ahzab ayat 59)
Selain tercantum dalam Surat Al Ahzab, termaktub juga dalam Surat Nur ayat 31:
"Katakanlah kepada para perempuan yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. Hendaklah pula mereka tidak menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara perempuan mereka, para perempuan (sesama muslim), hamba sahaya yang mereka miliki, para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Hendaklah pula mereka tidak mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. (Q.S.Nur ayat 31)