Cucum Suminar
Cucum Suminar Full Time Blogger

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Mengutamakan Ibadah Itu Penting, Namun Menyeimbangkannya Lebih Penting

23 Maret 2024   15:26 Diperbarui: 27 Maret 2024   18:13 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengutamakan Ibadah Itu Penting, Namun Menyeimbangkannya Lebih Penting
Umat muslim saat melaksanakan ibadah di masjid. | Foto Dokumentasi Pribadi

Bulan Ramadan merupakan momen untuk meningkatkan iman dan takwa. Terlebih Allah SWT menjanjikan pahala yang berlipat-lipat saat kita melakukan ibadah dan amalan baik di bulan penuh berkah dan ampunan ini.

Namun, meski saat bulan Ramadan dijanjikan pahala berlipat-lipat, seorang muslim dilarang berlebih-lebihan dalam mengamalkan ajaran agama. Beribadah saja sepanjang waktu, mengabaikan hal lain. Melampaui batas dari apa yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

Agama Islam justru mengajarkan seorang muslim untuk menjaga keseimbangan hidup. Kehidupan dunia dan akhirat. Memelihara situasi dimana kita mampu membagi waktu antara kehidupan spiritual, sosial, pribadi, pekerjaan, dan keluarga. Tidak timpang. Tidak ada yang diabaikan.

Hal tersebut seperti firman Allah SWT yang tercantum dalam QS. Al-Qosos:77:

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi..."

Atau seperti yang termaktub dalam Hadits Riwayat Ibnu Asakir:

"Kerjakanlah urusan-urusan duniamu seakan-akan engkau hidup untuk selama-lamanya, dan kerjakanlah urusan-urusan akhiratmu seakan-akan engkau mati esok."

Islam tidak memandang baik orang yang hanya mengutamakan urusan dunia, dan melupakan urusan akhirat. Sebaliknya, agama Islam juga tidak mengajarkan umat muslim hanya berkonsentrasi untuk urusan akhirat, dan melupakan kehidupan dunia.

Sebab, dunia dan akhirat saling mengisi, saling terhubung.

Kita harus makan dan minum agar bisa beribadah dengan baik. Sementara, untuk mendapatkan makanan dan minuman kita harus bekerja, berusaha. Tidak bisa hanya berdoa dan beribadah saja. Apalagi Allah SWT lebih menyukai "tangan di atas", daripada "tangan di bawah".

Untuk melaksanakan rukun Islam kelima juga kita harus memiliki harta-benda. Tidak bisa hanya modal beribadah saja, meski tidak menutup mata, jika Allah SWT berkehendak apapun bisa terjadi. Ada yang naik haji tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun karena dibiayai teman, saudara, rekan kerja, atau naik haji karena diundang Pemerintah Arab Saudi, dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun