Nur Terbit
Nur Terbit Jurnalis

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Bagaimana Mencapai Keseimbangan Hidup, Kerja dan Ibadah?

23 Maret 2024   23:54 Diperbarui: 24 Maret 2024   00:17 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagaimana Mencapai Keseimbangan Hidup, Kerja dan Ibadah?
Di pojok mal, sambil cuci mata (foto dok Nur Terbit) 

Untuk Sabtu 23 Maret 2024 ini, Bang Nur akan membahas topik "Work, Life, Ibadah Balance" untuk program "Ramadan Bercerita 2024" Kompasiana di hari ke-13 puasa ini. 

"Work, Life, Ibadah Balance", tiga penggalan suku kata yang penuh makna. Kerja, hidup, dan ibadah, adalah tiga hal yang harus dijalani dengan seimbang. 

Ajaran agama Islam sudah mengingatkan, "tuntutlah duniamu seakan-akan engkau akan hidup kekal, dan tuntutlah akhiratmu seakan-akan engkau sudah akan mati esok hari".

Begitu dalam pengertiannya memang. Bahwa kita hidup di dunia ini, butuh kerja (pekerjaan) untuk menghidupi diri sendiri dan anggota keluarga, kalau sudah berkeluarga. 

Tapi bagaimana bisa bekerja? kalau diri kita tidak dilengkapi dengan latar belakang pendidikan yang memadai, dan diimbangi dengan kemampuan kerja serta keterampilan. 

Belum berhenti sampai di situ. Sudah memiliki latar belakang pendidikan memadai, kemampuan kerja serta keterampilan tapi lapangan kerja sendiri tidak tersedia? 

Sudah terbuka lapangan kerja, tapi yang bekerja di dalamnya malah tenaga asing? Kaum pribumi dari anak bangsa hanya bisa jadi penonton? 

Kecemburuan sosial pun timbul, terkadang malah berujung konflik antara tenaga asing dengan pekerja lokal di daerah. Sudah banyak contohnya. 

Itu di perusahaan swasta. Belum lagi kalau kita bicara mereka yang mengadu nasib di instansi pemeritah dengan melamar  sebagai CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil). 

Demikian juga dengan tenaga honorer di daerah, dulu dikenal dengan istilah yang mirip merek sepeda motor produk Jepang: HONDA (HONor DAerah). Mereka digaji oleh pemerintah daerah. 

Lebih prihatin lagi nasib mereka yang berstatus Honda ini. Tidak sedikit jumlahnya di daerah. Mereka banyak yang belum sempat diangkat jadi pegawai tetap hingga dia kemudian "pensiun".

Kini istilah tenaga Honda ini lebih keren belakangan ini. Namanya PPPK. Apa itu? Tidak lain adalah akronim dari Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja. Keren gak? Pegawai pemerintah loh.... 

Ibadah jangan ditinggal (foto dok Nur Terbit) 
Ibadah jangan ditinggal (foto dok Nur Terbit) 

Work-Life Balance

Lalu bagaimana dengan pengertian "work-life balance" itu sendiri? Tiada lain adalah keadaan dimana seseorang bisa mengatur dan membagi waktu dan energi mereka, untuk kehidupan pekerjaan dan pribadi dengan baik. 

Dengan kata lain, bagaimana mengatur dan membagi waktu dengan seimbang untuk urusan pekerjaan dan kehidupan pribadi seperti rekreasi, hobi, keluarga, dan urusan lainnya.

Menurut para ahli sendiri, "work life balance" merupakan suatu prinsip dimana harus ada keseimbangan antara pekerjaan individu dengan kehidupannya di luar pekerjaan dan keseimbangan harus menyehatkan (Delecta, 2011). 

Dengan menjaga keseimbangan tersebut, dapat memberikan beragam manfaat untuk kesehatan mental kita.

Disamping itu, workl ife balance sendiri memiliki makna kemampuan seseorang dalam menyeimbangkan tanggungjawabnya dalam pekerjaan dan hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. 

Menurut Hudson, aspek+aspek dalam work life balance dalam kehidupan nyata adalah antara lain keseimbangan waktu.

Ada juga keseimbangan hidup. Apa pula yang dimaksud dengan keseimbangan hidup? Tiada lain adalah keseimbangan hidup yang merupakan kondisi saat seseorang mampu membagi waktu dan tenaganya untuk kehidupan pribadi dan pekerjaannya. 

Bagi sebagian orang, kedua hal tersebut bisa sulit untuk dilakukan. Pasalnya, kebutuhan ekonomi dan jenjang karir merupakan hal yang sangat penting.

Di sinilah kemampuan seseorang dalam menyeimbangkan tanggungjawabnya dalam pekerjaan harus dibuktikan. Aoakah itu dan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan atau tidak. 

Karena itu, dengan terpenuhinya kebutuhan dari setiap aspek kehidupan sesuai dengan skala prioritas yang miliki, di situlah makna hidup yang diidamkan semua orang. Tentu saja setiap orang berbeda. Jadi, tidak terlalu sulit bukan?

Banyan cara bagimana melatih keseimbangan tersebut. Menurut para pakar, antara lain dengan secara rutin menjaga tubuh agar tidak mudah jatuh. Bahkan meski usia sudah tidak lagi muda, risiko terjatuh bisa menurun tajam. 

Manfaat latihan keseimbangan ini, sebenarnya dapat diperoleh dengan melakukan olahraga ringan. Begitu saran dari para pecinta olah raga. Ada juga cara lain. 

Misalnya meningkatkan produktivitas. Dengan keseimbangan kehidupan di kantor dan di luar kantor, akan membuat pegawai menjadi lebih bahagia. 

Perasaan bahagia ini akan membuat pegawai menjadi lebih produktif dan mampu memberikan inovasi-inovasi untuk kinerja yang lebih baik.

Demikian juga bisa ditempuh dengan cara menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman, melakukan pengembangan diri, berolahraga.

Juga memiliki waktu tidur yang cukup, dan menjalankan hobi merupakan beberapa contoh. 

Dalam hal berkaitan dengan spiritual, dengan menjaga keseimbangan antara ibadah dan aktivitas, umat Muslim dapat menjalankan ibadah dengan baik dan juga tetap menjalankan aktivitas sehari-hari dengan produktif.

Nah, demikiankah sekadar catatan Bang Nur mengenai "Work, Life, Ibadah Balance" untuk program "Ramadan Bercerita 2024" Kompasiana di hari ke-13 puasa ini. Semoga bermanfaat. 

Salam : Nur Terbit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun